05

695 94 66
                                    

Acara pertunangan mereka dihadiri oleh keluarga dan orang-orang terdekat saja. Keluarga Todoroki serta keluarga Bakugou. Dan beberapa teman lama mereka yang mempunyai waktu untuk datang. Salah satunya adalah Midoriya.

Bakugou memperhatikan kotak merah yang Todoroki keluarkan. Meski enggan tapi Bakugou mengakui kalau cincin yang akan Todoroki pasangkan itu terlihat sangat bagus. Sederhana namun menarik.

Todoroki sudah siap untuk memasukkan cincin tersebut ke jari manis Bakugou. Namun perlahan jari tangan Bakugou mengepal. Todoroki perhatikan wajah Bakugou yang ekspresinya seperti orang tak menginginkan sesuatu.

"Apa kau tak mau memakainya?"

Lirihan Todoroki menyadarkan Bakugou. Jujur, ia memang tidak ingin. Tapi ini karena Kirishima yang menyuruh dengan dalih demi keluarganya.

Kedua mata bertemu. Todoroki dengan tatapan sendu. Dan Bakugou dengan tatapan terkejut.

Wajah Todoroki menunjukkan ekspresi bersalah. Ia tahu sekali Bakugou ingin Kirishima yang melakukan ini. Bakugou pun sadar Todoroki mengetahui keinginannya itu.

Bakugou kembali merentangkan jari-jari tangannya. "Selesaikan ini dengan cepat." Bisik Bakugou.

Tepat setelah cincin perak itu melingkar di jari manis Bakugou, maniknya tidak sengaja melihat Midoriya tersenyum pahit sambil menyeka sudut mata. Bakugou mendecih. Ia tidak suka semua ini.

××××××××××

Tiga kakak beradik itu berkumpul di kamar Todoroki. Setiap hari Minggu, Fuyumi dan Natsuo selalu menyambangi kediaman orang tua mereka.

Dan ya, Todoroki masih tinggal bersama Enji serta Rei. Ini dikarenakan Rei yang tidak ingin melepaskan anak bungsunya untuk tinggal sendiri sebelum ia menikah. Todoroki hanya menuruti kehendak sang ibu.

"Aku melihat wajah Bakugou menunjukkan keterpaksaan." Ucap Natsuo sambil membaca majalah yang Todoroki sediakan untuknya. Saat pertunangan kemarin Natsuo memperhatikan Bakugou. Raut wajah terpaksalah yang dapat ia tangkap dengan kedua matanya.

Baik Todoroki maupun Fuyumi tersentak. "Jangan berburuk sangka begitu, Natsu!" Kata Fuyumi memperingati adiknya tersebut. Berburuk sangka pada orang lain itu tidak baik.

Didalam kepala Todoroki, terbayang perkataan Touya. Sesuatu yang dilakukan secara terpaksa tidak akan menghasilkan hal yang baik. Itu ada benarnya. Tetapi, suatu hal yang awal mulanya karena terpaksa, ketika sudah terbiasa akan terasa berbeda. Yang awalnya membawa perasaan kesal dikemudian hari akan memberikan nikmat.

Jika memang Bakugou terpaksa, Todoroki tetap akan menerimanya. Meskipun tidak untuk Bakugou.

"Tidak masalah." Kedua kakaknya menatap Todoroki. "Dari dulu Bakugou memang harus dipaksa untuk melakukan sesuatu yang tidak dia inginkan." Seperti itulah Bakugou.

"Kau menyadarinya tapi tidak mau menolak permintaan si pak tua itu?" Natsuo merasa kagum sekaligus heran pada Todoroki yang selalu saja menurut apa kata Enji. Natsuo bahkan tidak pernah melihat Todoroki membantah perkataan ayah mereka tersebut.

"Shoto bukan Touya-nii yang tidak bisa diatur." Timpal Fuyumi. Mereka teringat perang dunia di rumah mereka saat Touya memutuskan untuk pergi karena tidak ingin melakukan apa yang Enji suruh. Saat itu mereka hanya terdiam melihat Enji dan Touya beradu mulut.

"Aneh saja Nee-chan. Aku tidak tahu Shoto ternyata sepatuh ini. Aku malah berpikir Shoto akan menolak. AH SHOTO!"

Todoroki menatap bingung Natsuo yang tiba-tiba berteriak diakhir kalimatnya. "Apa?"

"Shoto, jangan-jangan kau tidak menolak karena kau memang menginginkan Bakugou? Apa kau menyukainya?" Tebak Natsuo lebih kepada rasa penasaran. Ia menaruh majalah keatas meja.

Fuyumi dengan cepat menoleh kearah Todoroki. "Apakah itu benar, Shoto?"

Todoroki menunduk. Wajahnya memerah. Ia menggaruk pelan pipinya. "Begitulah." Jawab Todoroki dengan nada yang sangat kecil.

"Ah begitu. Pantas kau tidak pernah memperkenalkan wanita kepada kami. Itu karena kau menginginkan Bakugou-kun, ya." Kata Fuyumi yang memahami sikap adiknya yang cuek. Terutama masalah wanita dan percintaan.

"Astaga Shoto. Kupikir karena kau terlihat tidak tertarik pada wanita, kau akan melajang seumur hidupmu." Sambung Natsuo. Tapi itu ada benarnya. Todoroki sudah memutuskan untuk tidak akan menikah dengan siapapun, jika orang itu bukan Bakugou.

"Tapi aku bersyukur, Shoto dijodohkan dengan orang yang dia inginkan. Aku justru takut apa yang Natsuo katakan itu terjadi."

Fuyumi memegang kedua pundak Todoroki. "Kalau begitu jaga Bakugou-kun baik-baik, Shoto." Kemudian Fuyumi tersenyum hangat. Sedangkan Natsuo mengangguk setuju.

Todoroki ikut tersenyum. Setidaknya kedua kakaknya ini tidak mempermasalahkan penyimpangan seksual yang ia miliki.

××××××××××

"Jadi ini demi Shoto?" Rei benar-benar terkejut mendengar pengakuan Enji.

Pria berbadan besar itu mengangguk. "Aku ingat anak itu pernah mengerjakan tugas kelompok bersama Shoto."

Ya, Rei juga ingat itu. Mereka berdua datang ke rumah. Hanya berdua saja. Bakugou memasang wajah suram dan Todoroki sedikit lebih cerah dari biasa.

"Shoto terus tersenyum tipis selama bersamanya. Saat dia marah-marah pun Shoto tetap tersenyum. Tatapan Shoto juga sangat lembut. Seperti tatapan penuh kasih sayang." Enji menatap kaca jendela yang memantulkan bayangan dirinya bersama sang istri.

"Kau menyimpulkan kalau Shoto menyukai Katsuki-kun dan membuat skenario ini?" Enji mengangguk singkat.

"Kau menjatuhkan perusahaan mereka dengan menggunakan perusahaan cabang yang Hawks pimpin. Lalu kau menawarkan bantuan kepada mereka. Dan kemudian memberikan syarat-" Rei menutup mulut. Ia tidak melanjutkan perkataannya karena rasa tidak percaya.

Enji yang melakukan semua skenario ini.

"Jika dia tahu ini adalah ulahmu. Katsuki-kun mungkin akan membatalkan-"

"Maka dari itu jangan beritahu siapapun termasuk Shoto. Simpan ini baik-baik. Karena kau istriku maka dari itu aku menceritakannya padamu." Ujar Enji.

Enji sadar ini sedikit keterlaluan dan egois. Ia hanya ingin melihat reaksi Todoroki yang ia kira akan menolak. Enji pun ingin memastikan pemikirannya. Dan siapa sangka Todoroki menerima.

Sebenarnya Enji tidak masalah kalau semisal Todoroki menolak sambil marah-marah padanya. Enji tetap akan menolong.

Karena kebangkrutan perusahaan orang tua Bakugou disebabkan olehnya.

Pemikiran Enji dimana Todoroki menyukai Bakugou memanglah benar. Itu terbukti setelah reaksi yang diberikan Todoroki. Tak banyak protes dan langsung menyetujui.

"Shoto tak pernah memperkenalkan wanita kepada kita. Dia selalu fokus dengan pekerjaannya saja."

Rei bertanya. "Oleh sebab itu kau berpikiran demikian lalu merancang rencana untuk membuktikannya?"

"Ya."

Rei tersenyum singkat. "Kau terlalu mengatur Shoto." Setelah mengatakan itu ia teringat pada Touya. Anak sulung mereka yang tidak pernah bisa diatur.

Enji sudah memutuskan Touya yang akan memegang kendali perusahaan mereka. Namun Touya menolak. Ia lebih memilih kerja bersama rekan-rekannya yang kata Enji orang tidak jelas.

"Touya nampaknya tidak setuju dengan ini."

Enji mendengus kasar. "Kita tidak perlu persetujuan darinya. Yang mau Shoto, bukan dia."

"Tapi kau menyuruh Shoto."

"Dan Shoto tidak menolak, kan?" Rei terbungkam.

Untuk memastikannya, Rei rasa ia harus bertanya kepada Shoto. Jika tidak begitu, Rei tidak akan puas hanya dengan asumsi tidak pasti Enji.

***

Huh capek juga ternyata kuliah sambil kerja. Sampai kelupaan kalo ada cerita yang mesti dilanjutin.

Semangat buat kalian semua :3

MirayukiNana

Jum'at, 24 September 2021.

Because, I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang