SELASA // TUESDAY

1.8K 266 21
                                    

[Demigod!AU]







"Demi Neptunus!"

Chimon berseru kesal. Sungguh, ia sudah lelah.

Purim yang sedang membaca di taman dan melihat kekasihnya mencak-mencak mengerutkan dahi.

"Ada apa, sayangku? Aku dengar kau tidak sengaja menenggelamkan bangunan pusat hari ini."

Chimon mendengus, mendudukkan dirinya di sebelah Purim.

"Nanon berulah lagi, seperti biasa."

"Anak Zeus itu? Apalagi ulahnya kali ini?"

"Dia memanggil awan-awan mini untuk membuat eksperimen hujan di tengah rapat! Saat kutegur dia berkata karena tempat itu sangat panas, tapi apa akibatnya? Ruangan jadi becek. Aku berusaha mengendalikan air-air tersebut namun Nanon membuatku sebal, akhirnya kulipat gandakan saja airnya. Biar ia tahu rasa, tenggelam di sana," jelas Chimon panjang lebar dengan wajah merengut.

Purim tertawa, ada-ada saja tingkah mereka.

"Kenapa kau malah tertawa, ish!" Ia menepuk paha Purim pelan.

"Habisnya, itu menarik. Baru saja tiga hari yang lalu kau dan dia bertengkar perihal menjahili guru, sekarang Nanon sudah membuat ulah lagi. Mungkin ia menyukaimu?"

"Mana mungkin!" tukas Chimon langsung, ia mendengus. "Dia itu demigod ter-tidak punya hati yang paling aku tahu. Tingkat playboynya hampir setara dengan Jane, si anak Aphrodite yang suka bergonta-ganti pasangan. Lagipula, aku kan sudah punya kau, keturunan Apollo."

Purim mengulas senyum. Tentu saja ia tahu, ia hanya bercanda. Chimon sangat tergila-gila padanya dan begitu pun ia yang sangat tergila-gila pada Chimon. Mereka sudah melewati fase yang amat panjang untuk mencapai titik ini.

"Aku harap suatu hari nanti seseorang bisa menaklukkan Nanon," gumam Purim.

Chimon mengangguk, mendekatkan diri pada Purim dan meletakkan kepalanya ke atas pundak lelaki itu. Purim menyambutnya, balas memeluk Chimon.

Ah, berada di dekat kekasihnya saja sudah berhasil membuat amarah Chimon reda. Memang terbukti kekuatan Apollo mengalir dalam darahnya.

"Semoga. Aku sudah lelah menjadi babysitter anak itu, mengawasinya sepanjang waktu. Sepertinya aku lebih banyak menjaga dirinya daripada bersama denganmu."

Purim terkekeh, "Tidak apa. Kau tahu ia lebih membutuhkannya daripada aku."

Sebuah helaan keluar dari mulut Chimon, "Tentu saja," gerutunya, "after all, menjadi anak terkuat dari tiga dewa utama tidak mudah..."





»»——⍟——««






"Permisi, emm ... saya bisa bertanya? Ini―saya ... ada di mana, ya?"

Drake, si lincah keturunan Hermes, memandang pemuda asing itu dengan tatapan menyelidik.

Seingatnya, Camp Half-Blood belum waktunya menerima murid baru. Lagipula, ini pertengahan semester.

Tapi mengapa lelaki ini bisa ada di sini?

"Kau membaca plang tulisan di gerbang depan, kan?"

Pemuda tersebut mengerutkan dahi, bingung, "Plang yang mana?"

Drake nyaris tidak bisa mempercayai telinganya sendiri, "Kau tidak melewati gerbang depan? Yang benar saja?"

Mustahil. Gerbang depan itu ibarat tes pertahanan pertama Camp Half-Blood untuk menyeleksi makhluk macam apa saja yang dapat masuk ke dalam Camp.

Writing Stars [Complete]Where stories live. Discover now