Epilog : Pesan

2.1K 217 50
                                    

Temari masih ingat pertama kali ia mendekap Shikadai dalam pelukannya.

Begitu kecil, rona merah merayapi sekujur tubuh ringkihnya. Kulit yang mengering, namun tetap begitu lembut di tangannya.

Temari tidak ingat kalau ia pernah mencermati tubuh bayi sebelumnya.

Apakah semuanya benar seindah makhluk yang ada di dekapannya pada saat itu?

Rasanya, sebuah benang tak kasat mata terjuntai kuat, antara dirinya dan bayinya. Saat kulit mereka pertama bersentuhan, begitu hangat. Tidak seperti musim panas di Sunagakure. Seperti musim semi. Sejuk, namun matahari menggelitik seolah menyelimutimu dari bahaya dunia. Perasaan alami, nyaman, tentram.

Cinta.

Shikadai lahir dari cintanya dan Shikamaru.

Masih tidak bisa dipercaya, meski sudah dua puluh tahun lamanya ia melihat anak ini beranjak dewasa.

Bocah cengeng seperti Shikamaru, dan wanita tempramental sepertinya, bersatu di lini masa kehidupan yang membingungkan. Menorehkan kisah sederhana nan merepotkan. Mengalami masa-masa kehidupan berdua.

Sampai darah dan daging mereka, bertemu di satu dimensi biologis. Sebuah mahakarya Tuhan, tak lepas dari andil tubuh mereka yang terpisah. Dua individu yang jauh berbeda--bersatu, menciptakan kehidupan.

Dan nyawa Shikadai, bagaikan hadiah kecil--tidak, hadiah yang sangat besar, dikemas baik di dalam tubuh ringkih bertekad kuat--setidaknya itu yang Temari lihat. Pantang menyerah untuk melihat dunia, bertemu langsung dengan ayah dan ibunya.

Ditiupkan pada tubuh tanpa tuan--tubuh kecil dari dua individu berpadu.

Karunia yang ringan, namun berarti, bagai jatuh begitu saja ke pelukannya. Temari kira, ia takkan pernah bisa melepaskannya.

Menatap wajah putranya untuk pertama kali, bagaikan melihat pemandangan gunung bersalju yang tak pernah kau lihat sebelumnya di Sunagakure. Ketidakmungkinan yang ternyata sampai di genggamannya. Sebuah keindahan luar biasa.

Bagaimana bisa, mereka--shinobi dan kunoichi yang sudah mengambil nyawa--begitu saja dimaafkan oleh Tuhan, dititipkan nyawa tak berdosa lainnya? Begitu indahnya, Tuhan menyisipkan bagian-bagian dari dirinya dan Shikamaru pada anak ini.

Bayi yang baru beberapa jam di dunia, seolah mengenal Temari dan Shikamaru seumur hidupnya. Atau mungkin, dalam rentan waktu tak bercelah, menembus masa depan--selamanya.

Temari--dan tentunya, Shikamaru, tahu bahwa cinta mereka tak lekang oleh waktu. Bahkan di kehidupan selanjutnya. Masa bodo jika reinkarnasi itu nyata atau tidak. Apakah mereka akan menjadi kucing, batu, atau kehampaan--mereka akan selalu mencintai Shikadai. Temari akan memastikan untuk mengingatnya.

Bayi yang datang di dunia, yang seharusnya asing, tak pernah menegur sapa--tapi membuat Temari seketika jatuh cinta tanpa syarat. Temari rela mati untuknya.

Atau lebih baik lagi--di masa-masa di mana Tuhan mungkin mengirim malaikat maut untuk mencabut nyawanya di beberapa titik peperangan--Temari mungkin rela memohon untuk diberikan satu kesempatan saja untuk hidup lebih lama bersama putranya.

Pikiran itu masih tertanam di benak Temari. Sejak pertama kali ia menyandang titel 'Kaa-chan' bagi putranya.

Shikadai akan selalu... selalu menjadi putra kecilnya.

Jadi... melihatnya tumbuh besar, pun memupuk rasa bangga di dadanya.

Bersamaan, menciptakan bentangan jarak antara dirinya dan juga putranya.

Marriage SurvivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang