29. Taman bungaku

Mulai dari awal
                                    

"Kau cukup lelah menjagaku selama beberapa hari, Yang Mulia. Sekarang aku akan merawatmu."

Liu Xingsheng tersenyum kecil. "Aku bersungguh-sungguh saat mengatakan kau tidak aku izinkan untuk bermain pedang, Xian'er."

Kedua tangan Li Xian terhenti sejenak. "Aku akan jaga diri, Yang Mulia."

Liu Xingsheng menarik tangan Li Xian, memutar tubuhnya agar duduk di pangkuannya. "Biarkan aku yang menjagamu, Li Xian. Aku tidak ingin kau terluka lagi, berjanjilah padaku."

Li Xian terdiam dengan menatap manik mata tegas nan teduh di hadapannya, tak berapa lama kepalanya mengangguk.

"Jangan membahayakan dirimu sendiri, aku tidak sanggup kehilanganmu," ucap Liu Xingsheng bersungguh-sungguh.

Sebelah tangan Li Xian menyentuh rahang Liu Xingsheng. "Aku akan menjadi istri yang baik untukmu," balasnya tersenyum lebar.

Liu Xingsheng ikut tersenyum. "Apa itu juga berarti menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku?" godanya.

Wajah Li Xian meredup. "Aku hanya akan menjadi ibu yang baik untuk anak-anakku."

Kening Liu Xingsheng mengerut. "Bukankah itu juga anak-anakku?"

Kepala Li Xian menggeleng. "Anak-anakmu bisa mempunyai arti lain, sedangkan anak-anakku ya anak dari rahimku sendiri."

Li Xian menghembuskan nafas pelan saat melihat Liu Xingsheng belum mengerti ucapnya. "Anak-anakmu bisa mempunyai arti bahwa mereka bukan hanya berasal dari rahimku," dengusnya membuang muka. "Kau 'kan mempunyai istri lebih dari satu," cibirnya pelan yang masih didengar Liu Xingsheng.

Liu Xingsheng tersenyum kecil. "Apa itu artinya kau bersedia mempunyai anak bersamaku?" godanya lagi.

Kedua manik mata Li Xian melirik tajam. "Jangan harap!" hardiknya melipat tangan.

Liu Xingsheng tergelak, melihat Li Xian yang merajuk padanya.

"Kau akan mendapatkannya," bisik Liu Xingsheng.

Bibir Li Xian mengerucut sebal, kenapa sulit bagi Liu Xingsheng mengatakan bahwa hanya dirinyalah istri satu-satunya, mengetahui fakta itu membuat Li Xian kesal.

"Istana akan semakin meriah dengan kehadiran anak-anak kita nanti," ucap Liu Xingsheng menyenderkan kepalanya di bahu Li Xian.

Li Xian terdiam, kembali mengulum senyum saat Liu Xingsheng menyebutkan nama 'anak-anak kita', semburat merah muncul di kedua pipinya.

"Bagaimana lukamu, Xian'er?"

Kepala Li Xian mengangguk. "Jauh lebih baik, Yang Mulia."

Liu Xingsheng mengangguk pelan, meraih sisi kepala Li Xian dan melabuhkan ciuman hangat nan panjang di bibir mungil berwarna merah itu. Li Xian menyambut ciuman hangat itu dengan menutup kedua matanya, merasakan bibir Liu Xingsheng yang bermain di atas bibirnya.

Cukup lama bibir keduanya bertautan, hingga perlahan Liu Xingsheng melepaskan tautannya, menatap wajah wanita di hadapannya yang memerah dengan nafas terengah-engah. Dia tersenyum kecil, kembali memberikan ciuman di kening Li Xian.

"Sebaiknya kau istirahat, Xian'er. Aku masih ada pekerjaan yang harus ku lakukan," ucap Liu Xingsheng mengusap pipi Li Xian dengan ibu jarinya.

Li Xian beranjak. "Apa kau akan ke penjara bawah tanah, Yang Mulia?"

Liu Xingsheng terdiam.

"Aku ingin ikut denganmu, Yang Mulia," pinta Li Xian.

"Tidak!"

Li Xian EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang