Angin membelai kulit wajah, dibawahnya nampak jelas padatnya hiruk piruk kota. Sore ini terlihat akan turun hujan, beberapa pengendara terlihat melanggar rambu lalu lintas. Tak lama kemudian, terasa kepalanya basah oleh rintik hujan. Jalanan yang tadi padat menjadi agak senggang. Para pengendara motor dan pejalan kaki terlihat meneduh menghindari jalan. Satu-satunya suara yang terdengar adalah rintik hujan yang beradu dengan benda padat.
Tenang. Kata itu cocok untuk mendeskripsikan perasaan nya saat ini. Sebelum rintik hujan yang menerpa tubuhnya terhalangi oleh payung.
Merasa seseorang mengganggu ketenangannya, di tolehkan kepalanya pada sosok yang baru datang. "Ada apa?"
"Kehadiaran anda dinantikan oleh Nyonya."
Dipejamkan kembali matanya, "Tolong sampaikan kepadanya, saya lelah."
"Baik."
Setelah ucapan terakhir lelaki berusia kisaran 30 awal tersebut, Luna kembali menatap jalan di bawahnya yang semakin lenggang. "Kenapa belum pergi?" Tanyanya kemudian tanpa mengalihkan pandangan dari jalanan.
"Anda bisa sakit jika terus disini."
Luna berjalan menjauh dari tepi gedung tanpa menunggu orang dibelakangnya menyamakan langkahnya, sekali lagi membiarkan tubuhnya diterpa rintik hujan.
Melihat Nona Mudanya jalan mendahulinya, pria tersebut mengikuti dibelakangnya tanpa ada keinginan menyamakan langkah. Nona Muda didepannya sedang dalam kondisi hati yang buruk.
Luna yang sudah berada di depan lift, menunggu box besi tersebut sampai di lantai tertinggi gendung untuk membawanya turun. Dilihatnya bodyguard yang tadi berada beberapa langkah dibelakangnya dengan suit khas bodyguardnya, dengan tangan kiri memegang payung basah dari pantulan pintu lift di depannya.
"Sekarang jam berapa?" Ucap Luna di tengah kesunyian lantai tertinggi gedung.
Pria yang berada 3 langkah dibelakangnya terlihat mengangkat pergelangan tangan kirinya untuk mengetahui waktu akurat saat ini. Belum tersampaikan keinginannya, pintu lift di depannya berdenting terbuka. Dilangkahkan tungkai kakinya memasuki box besi yang akan membawanya turun.
"Pukul 19.37." Ucap pria tersebut setelah pintu lift tertutup.
Disandarkan badan basahnya di box besi, di depannya terpampang badan tegap bodyguard yang menemani 15 menit terakhir.
"Jika kusuruh kau berbohong, apakah kau akan mengikutinya?"
"Tidak." Jawaban tegas tanpa keraguan tersebut menghasilkan senyuman sinis pada wajah gadis di belakangnya.
Luna mengetahui jelas untuk siapa pria didepannya bekerja. Disilangkan kedua tangannya untuk menghalau pendingin yang menusuk tubuh basahnya.
"Kali ini apa alasannya?"
Pria tersebut memilih membuka jas hitam yang dikenakannya, sebelum diberikan kepada gadis debelakang yang nampak kedinginan.
"Nona bisa berjalan menuju pintu Utara, tugas saya hanya memastikan Nona tidak kehujanan." Ucap pria tersebut sebelum menghilang dibalik pintu lift yang telah terbuka.
Luna menghela nafas, sebelum berjalan mengikuti instruktur pria tersebut.
___________________^^____________________
oghey, another new story tapi yang sebelumnya belum dilanjutin chyegg 🤧💔
YOU ARE READING
The Book
Teen Fiction"Masa lalu tidak dapat diulang, sama seperti kau membaca buku. Terasa hambar jika kau baca untuk kedua kalinya."
