Sweety kembali memperhatikan Fakhtur. Pada saat yang sama, dia tidak sengaja bertukar tatap dengan dosen mata kuliah lain yang kebetulan melihat ke arahnya. Dia tidak suka Anatomi.

Takut dikira suka sama Anatomi, dia mengalihkan pandangan dan menonton pertandingan. Dia jadi sebal sendiri. Kenapa Fakhtur harus bersampingan dengan dosen jutek itu, sih? Bikin dia gagal memperhatikan Fakhtur saja!

💘💘💘

Saat ini.

Sweety masih melongo. Anatomi tetap santai. Angin berembus menyapa rambut mereka seperti salah satu adegan ala-ala drama Korea. Begitulah keadaan mereka sekarang.

"Mingkem. Kamu mau kemasukan lalat?" ketus Anatomi.

Bayangan indah seperti drama Korea bubar jalan. Mulut ketus Anatomi berhasil mengacaukan suasana. Sweety langsung mengatup mulutnya dan berdecak.

"Bisa-bisanya manusia kayak gini yang nyaman sama gue," gerutunya pelan.

"Kamu komat-kamit mulu."

"Pak, maaf. Ini ada telepon dari Mama." Sweety mengambil ponsel dari saku celana jeansnya, lalu pura-pura menjawab telepon. "Halo, Ma? Iya? Kenapa, Ma?"

"Kamu menghindar lagi? Teleponnya kebalik."

Sweety merutuki kebodohannya. Namun, dia takkan menyerah walau sudah ditegur salah. Dia mundur perlahan sambil terus memegang ponsel yang sudah jelas-jelas terbalik. Sweety mau belagak bego.

"Halo? Halo? Wah ... nggak ada sinyal." Sweety nyengir saat Anatomi mengangkat satu alisnya. "Permisi dulu, ya, Pak. Mama telepon."

Saat akan kabur, Sweety nyaris jatuh tersandung batu. Untungnya dia sudah jago menjaga keseimbangan sehingga tidak sampai mencium aspal. Ini mungkin disumpahi Anatomi lewat mata atau memang Sweety yang ceroboh.

Tak mau dikejar-kejar seperti adegan film India, Sweety kabur secepat kilat menggunakan kekuatan dalam. Dia berlari menerobos beberapa mahasiswa yang berjalan kaki. Dan seperti kesialan yang tiada habis dalam sehari, Sweety menabrak tubuh orang lain cukup keras sampai harus berhenti.

"Ma-ma-maaf," ucap Sweety sedikit menunduk. Dia ingin buru-buru kabur. Masih panik, dia menoleh ke belakang menyadari Anatomi tidak mengikutinya. Dia spontan menghela napas. "Syukurlah," gumamnya pelan.

"Lo baik-baik aja, Sweety?"

Sweety mengangkat wajahnya, mengamati wajah si pemilik suara. Oke, Sweety akan bilang kampusnya sangat luas. Tidak kecil atau sedang. Namun, dia bisa menabrak orang yang sama dalam satu hari. Mirip sinetron banget, kan? Akan tetapi ini kenyataannya. Dia menabrak Fakhtur lagi! Keberuntungan dalam kesialan, bukan?

"Baik, kok." Sweety nyengir. "Kalau gitu gue duluan, ya. Permisi."

"Sweety, sebentar!" panggil Fakhtur.

Sweety buru-buru mengerem kakinya dan memasang senyum lebar setelah menoleh ke belakang. "Ya, Fakhtur?"

"Boleh gue minta nomor lo?"

Senyum Sweety mengembang seperti roti yang baru selesai dipanggang. Fakhtur meminta nomornya? Ya, amplop! Ini kesempatan emas. Dia harus segera memberikan nomor ponselnya. Di balik kesialan pasti ada keberuntungan. Iya, Sweety percaya itu sekarang.

"Boleh, kok."

Fakhtur mengeluarkan ponsel dari saku celana jeans, lalu menyodorkan kepada Sweety. "Tolong sekalian simpan nomor lo sendiri, ya. Namain apa aja boleh."

"Kalau gue kasih nama Sayang juga boleh?" Sadar akan ucapannya itu, Sweety langsung meralat, "Bercanda, ya. Ini humor basi gitu." Dia nyengir tanpa dosa.

Boom Boom HeartWhere stories live. Discover now