[2nd] 30. Looking for You

Start from the beginning
                                    

Lucian dengan cepat memotong kata-kata Selena lalu berjalan selangkah kemudian berhenti dan menoleh kembali. "Katakan pada ayahmu, yang mulia kaisar, untuk berlutut meminta maaf pada dirimu sendiri karena dituduh bersalah dan mencoba menutupi kesalahanku. Atau tidak..."

"Aku akan dengan senang hati mengambil alih kekaisaran sialan ini ke tanganku dan menghancurkan nya sehingga tidak ada yang tersisa sedikitpun."

Selena menatap punggung rapuh yang perlahan menghilang bak ditelan udara. Ia mendengus kesal dan menatap sebagian bangunan istana yang beberapa saat kemudian menyusul runtuh dan membuat sang ayahnya, kaisar Kendrick kewalahan menghadapi hal itu.

"Ayah yang malang karena tidak mempercayai ucapan putrinya, kau terpaksa kehilangan sebagian bangunan istanamu dan barrier pelindung kebanggaan mu itu, ish-ish-ish~ tak patut-tak patut, mana diriku kena ancam pula tu."

Beberapa umpatan kasar terdengar dari mulutnya sukses membuat beberapa pelayan yang tak pernah berurusan dengan hal-hal pribadi seorang Selena terpaku seolah tak mempercayai hal itu. Marie sang pelayan mengelus dada nya dengan nafas kesal atas sikap bar-bar yang kini nampak dipermukaan. Bahkan Albert dari kejauhan seolah tak mempercayai hal itu. Selena tak peduli hal itu jadi dengan langkah setengah malas ia terpaksa kembali menghadap ayahnya, sang kaisar.

***

Lucian mendaratkan kaki didepan sebuah lautan kepulan kabut putih mengerikan yang tak pernah ia sadari ada disalah satu bagian terdalam hutan itu. Mengejutkan memang, pantas saja para kesatria kekaisaran tidak menemukan apapun karena tempat ini berada dekat dengan jurang, Tidak, lebih tepatnya ada didalam jurang yang ia yakini sangat gelap sehingga sinar matahari pun akan kesulitan menemukan celah untuk masuk.

Ia menarik nafas dalam-dalam lalu memegang erat pedang ditangannya.

'aku yakin ada celah...'

"verbrijzelde duisternis..."

Ia menarik pedangnya tinggi-tinggi lalu dengan cepat menusukkan nya tepat ke atas tanah tempat ia berpijak. Tanah bergetar seolah mengerti apa yang ia ucapkan. Perlahan, sebuah pohon besar tumbuh tidak jauh dari tempat ia berdiri, dengan akar penopang yang merambat kedalam kabut tanpa ragu-ragu, membentuk anak tangga kecil menuju kebawah sana. Jauh kedalam dan tentunya berhasil menembus kabut putih dengan aliran mana berbahaya.

'bagaimana Jeremy bisa melakukan ini?'

Lucian menatap tangga itu sejenak lalu turun perlahan.

'jawabannya akan aku ketahui, tepat setelah aku berhasil memasuki tempat ini.'

Semakin dalam ia menuruni anak tangga tersebut, semakin sesak pula kabut yang menusuk Indra pernapasan nya, Lucian menahannya dan tetap turun kebawah sana. Ralat, pendapat nya tentang matahari yang tidak bisa menembus tempat itu ternyata tetap masuk ketempat gelap itu melalui beberapa celah kecil.

Ssrk—

Beberapa bunyi-bunyian aneh terdengar diberbagai tempat, Lucian mengangkat pedangnya perlahan. Sesuatu mendekat kearahnya, Lucian menutup matanya lalu menghela nafas pelan dan menoleh dengan cepat kebelakang nya.

"Sienna, berhentilah bersembunyi seperti itu."

Seseorang yang mengikuti terlonjak kaget dan menatapnya kesal.

"Eh! Bagaimana kau tahu itu aku?! Aku sudah datang diam-diam loh bersama Harry." Lalu Setelah nya seorang lelaki keluar dari balik tubuh mungil elf itu dan menyapanya.

"Kau itu menakutkan sekali hah?! Elden bahkan harus menjalani perawatan intensif karena terpapar oleh kekuatan menyeramkan milikmu itu!"

Lucian mendelik sesaat dan menatap tepat kearah kaki Sienna lalu menatap kembali kearah Sang pemilik kaki. "Kaki mu belum sempurna, kenapa kau ikut?"

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now