[2nd] 28. Fake soul

Începe de la început
                                    

'mengerikan...'

Kalimat kutukan membuatnya nyaris seperti Monster dengan sebagian wajah yang sukses tertutup oleh tulisan-tulisan hitam itu.

Ia termenung sesaat.

- "Baiklah yulia. Ingat satu hal ini, kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dalam hidupmu, cinta dan kasih sayang."

- "Ketika usiamu menginjak 17 tahun, kasih sayang yang kau dambakan, akan kau dapatkan. Tapi tidak disini."

- "Tidak apa, nanti kau juga paham, ingatlah kata-kata ku ini Yulia. Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan dalam hidupmu, dia juga. Jadi jangan bersedih dan berbahagialah. Karena aku memilihmu untuk...."

- "mengubah cerita ini."

'mimpi aneh macam apa itu?'

Ia tidak ingat tentang hari dimana anak sebayanya itu mengatakan nya tapi, seolah buram akan masa lalu yang mulai samar. Hilang. Dalam lembaran kebahagiaan yang ia dapat setelah hidup sebagai Annika. Yang ia ingat sedikit hanyalah fakta bahwa anak yang muncul dalam mimpinya itu adalah anak yang berteman dengan baik bersamanya ditaman ketika dia keluar karena tidak diperbolehkan tidur dirumah nya sendiri.

Dia termenung sesaat sampai sebuah suara pintu terbuka menyadarkannya.

"Kau sudah bangun?"

"....!"

Annika terdiam kala melihat sosok yang bersandar pada pintu dengan perawakan angkuh bak seorang yang tidak bersalah atas apapun. Annika yang berdiri didepan cermin dengan meja kecil itu berusaha mencari-cari barang yang mungkin akan berguna untuk ia lemparkan pada sosok bermata hijau didepannya.

'pedang! Dimana pedang itu?!'

"Jika kau berusaha mencari sebilah pedang wahai nona, maaf, tapi anak buahku sudah lebih dulu menyita hal berbahaya yang seharusnya tidak pernah dipegang oleh seorang wanita bangsawan seperti mu."

"Langsung pada intinya Viscount Jeremy Ellya."

Annika balas menatapnya tajam, meski kepalanya masih berdenyut sakit, ia masih memiliki niatan untuk menghajar habis seorang pria yang sukses membuat jebakan luar biasa pada Lucian.

'menyebalkan!'

Jeremy menatapnya dingin dan menghela nafas lalu tersenyum licik.
"Sepertinya kau tidak menyadari kesalahan apa yang telah kau buat dulu kan?" Ia bergumam pelan lalu menoleh kembali kearah lain dan berbalik lagi kearah Annika yang menatapnya tajam tanpa mendengar perkataan nya barusan.

"Baiklah, cukup mengesankan mengetahui bahwa kau lebih dari sekedar seorang putri bangsawan. Jiwa mu....berkelana pada tempat yang tidak harusnya kau datangi bukan?"

"Apa..."

"Aku telah mengobrak-abrik isi kepalamu menggunakan sihir ku, mengejutkan sekali bahwa Putri bungsu kesayangan keluarga Marquis, ternyata adalah orang lain."

Annika tersentak tiba-tiba, tapi ekspresi nya tidak banyak berubah terhadap kata-kata pria didepannya itu.

"Lantas?"

"Lantas? Hah! Kenapa kau begitu tenang setelah rahasia besarmu yang bahkan tidak seorangpun dari orang terdekat mu mengetahuinya kini telah diketahui oleh orang jahat seperti diriku!"

"Lucu sekali, kau menyadari bahwa dirimu jahat?"

Jeremy berdecak lidah kesal lalu berjalan mendekati Annika yang bahkan tidak berjalan mundur sedikitpun, menatap tajam pada ungu nya itu, Jeremy tersenyum licik dan meraih dagunya.

The Vermilion Primrose [END]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum