34. Athes dan Pilihan

Začít od začátku
                                    

Nama Athes saja bisa membuat bulu kuduk merinding bagi orang yang mendengarnya. Lelaki itu menguasai banyak Kerajaan di Utara, bahkan ribuan nyawa telah ia binasakan hingga bisa memegang teguh Kerajaan Karstan menjadi satu-satunya di Utara. Athes dikenal kejam dan tak kenal ampun. Ia yang bisa menjadi Raja seperti sekarang juga tak luput dari dosa karena telah membunuh Ayah dan 6 saudara tirinya.

Bayangan mereka semakin menjauh dan kecil, tetapi tetap meninggalkan kesan gelap nan dingin.

Tiba di Istana Grassia, pengawal disana langsung menyambut kedatangan Athes. Seorang prajurit bergegas cepat untuk mengabari kedatangan Athes pada Raja mereka. Sedangkan yang lain langsung mengawal pemimpin Karstan itu untuk masuk.

***

"Yang Mulia, Raja Athes sudah sampai."

Obrolan Lander dan Delano harus terpotong karena kabar tentang seorang Athes. Tangan kekar itu mengepal kuat menahan amarah. Lander melihatnya sekilas lalu beralih pada mata onix Delano.

"Kau mau bertemu dengannya?"

***

"Raja Athes kesini? Untuk apa?"

"Hamba tidak tau Ratu, informasinya Raja Athes ingin menjalin diplomatik perekonomian dengan Grassia."

Alis Thanasa terangkat sebelah, "Bukankah Karstan sudah dipenuhi ladang ekonomi mereka sendiri?"

"Ya Ratu, aku juga berpikir begitu."

Apa tujuan Athes sebenarnya? Gerangan apa yang membuat Raja Karstan itu tertarik dengan Grassia secara mendadak? Thanasa berusaha mencari jawaban dari kaca rias didepannya.

***

Seperti api dan air, begitulah gambaran Delano dan Athes. Tidak ada yang menyapa sejak bertemu.

Atmosfer yang begitu kelam mengusik kedamaian Lander. Raja dari Grassia tersebut membisikkan kepada prajuritnya untuk membawa penari-penari terbaik Grassia kedalam ruangan.

Tidak lama kemudian, muncullah beberapa wanita dengan pakaian minim dan bercadar. Lekukkan tubuh para wanita didepan sana tersuguh sempurna nyaris tanpa cacat. Gerakan yang begitu lembut dan memukau. Hanya saja, cuma Lander yang menikmati pertunjukkan itu.

"Ratu Thanasa memasuki ruangan."

Sempat hening tapi Thanasa memberi isyarat kepada pemusik dan penari untuk melanjutkan aksi mereka. Suasana kembali diiringi alunan melodi.

Menunduk sedikit, Thanasa menyapa Athes hormat. "Selamat datang, Raja Athes." Sedetik kemudian Thanasa mengangkat kepala kembali. Ia bertatapan langsung dengan Athes dan memberi senyuman manis nan tulus. Athes yang disambut sedemikian langsung membalas ramah dan tersenyum. Sedangkan disebrang bangku, pandangan mematikan sudah tertuju jelas pada lelaki disana yang sangat berani melihat wajah istrinya.

"Terima kasih, Ratu Thanasa. Aku tidak tahu kalau kau masih berada di Grassia."

Bibir kanan Thanasa terangkat. "Benarkah? Tidak mungkin kan seorang Raja seperti dirimu tidak tahu informasi ini?"

Athes menatap Thanasa penuh minat. Tidak ada yang berani bicara frontal tanpa basa-basi seperti gadis didepannya ini. Terbilang sangat muda untuk Thanasa yang tidak takut menghadapi seorang Athes. Dimata Athes, Thanasa seorang gadis yang energik, pintar, berani, dan menarik. Sangat langka.

Bukankah sangat disayangkan jika Athes melepaskannya?

"Bagaimana jika aku bilang kesini karena ingin membawa mu?"

Tertawa sarkas, Thanasa memandang Athes dengan menantang. "Apa kau tidak takut dengan omongan tentang Raja yang menikahi istri orang lain?"

"Memangnya siapa yang berani mengatakan hal tersebut?"

Thanasa menggeser pandangan ke pedang Athes. "Bagaimana jika ku ubah pertanyaannya?"

"Silahkan."

Atensi gadis itu kembali pada safir hijau didepannya. "Apa kau tidak takut membawa istri dari Raja Altair?"

Tersenyum tipis, Athes melirik kebelakang dimana Delano sedang berada. Rupanya lelaki itu masih setia mengawasi dirinya dan Thanasa.

"Memangnya sehebat apa Raja Altair?" Selesai dengan kalimat terakhir. Kaki Athes langsung mengarah kepada seorang pria dengan tampang dingin yang tengah duduk siap memegang sarung pedang.

Delano bangkit dari tempat duduk, menatap Athes. Semua hiburan terhenti tatkala kedua Raja yang terkenal kejam dan dingin saling berhadapan.

Semuanya bergeming, tidak ada yang ingin mengambil resiko. Kehadiran Delano sebulan ini saja sudah membuat orang-orang was-was, apalagi ditambah sosok seorang Athes.

Mengulum senyuman iblis lalu menatap sombong kearah Delano. Thanasa memulai pembicaraan dan hampir semua penghuni disana dapat mendengarnya. "Raja Athes ingin membawa ku sebagai Ratunya di Karstan. Apa kau setuju?"

Mata Delano mendelik seolah-olah bertanya apa yang barusan Thanasa bicarakan? Apa gadis itu tidak waras?

"Ratu mu bertanya padaku tadi." Netra hijau hutan saling bertumbuk dengan netra hitam. "Ia bertanya apakah aku tidak takut membawa istri dari seorang Raja Altair?"

"Apa tujuan mu membawa Ratuku?"

Keadaan semakin pelik, mereka yang ada disana rasanya ingin segera lari dan berharap tidak melihat apapun hari ini. Termasuk Lander selaku tuan rumah juga mulai merasa tidak kondusif. Ia melihat bagaimana Athes dan Delano saling memberi kesan gelap dan menakutkan diruangan ini.

"Aku menyukainya."

Segera saja Delano menarik pedang dan menujukkan benda tajam itu tepat dikening Athes. Sebagian wanita disana teriak histeris lantaran kaget. Sedangkan beberapa diantaranya ada prajurit dari Altair dan Karstan yang reflek menodongkan senjata untuk melindungi Raja mereka masing-masing.

"Aku tidak peduli Kerajaanmu sebesar apa. Tapi jika kau berani membawa Ratuku, aku tidak akan ragu menyatakan perang dengan Karstan."

Sudut bibir Athes tertarik, ia menoleh pada Thanasa. "Ratu Thanasa, kau akan memilih siapa?"

Mata Delano bergerak ke Istrinya. Orang-orang juga menunggu jawaban  dari Ratu Thanasa yang berhasil mengacaukan suasana hati kedua Raja terhebat.

Berjalan dengan langkah pasti tanpa gugup. Thanasa mendekat ke Delano. Menatap lumayan lama, kemudian mengangkat suara.

"Aku akan kembali ke Altair jika kau sanggup memenuhi syaratku. Pertama, asingkan Lilia beserta anaknya diluar wilayah Altair. Kedua, cabut status Kerajaan Lilia dan anaknya. Ketiga, anak Lilia tidak akan pernah naik tahta menjadi seorang Raja." Permintaan Thanasa membuat banyak orang tercengang dan kaget.

Menatap tajam, Thanasa kembali berbicara. "Apa kau sanggup Yang Mulia?"

Cerita ini akan happy ending.

Thanasa akan punya anak.

Enaknya cowok atau cewek anaknya Thanasa?

MY KING MY ENEMY (TAMAT) ✓Kde žijí příběhy. Začni objevovat