Romantisasi Hujan ala Papa dan Mama

Start from the beginning
                                    

"Terus Mama ngapain dong? Kan adik bayi beruangnya masih di dalam perut?"

Bocah sulung itu tampak menimbang-nimbang jawaban yang akan diutarakannya sebelum matanya mengerling jahil ke arah sang papa yang baru kembali dari dapur dengan sebuah cangkir dalam genggaman tangannya.

"ULUSIN PAPA! Kan Papa Nono anak bayi hihihi!"

"HEH!!"

"HIHIHI BAYI NONO KAMU NGGA BOLEH MALAH-MALAH YAH NANTI MAMA SEDIH BANGET DEH!"

"Lele pengen Papa gelitikin ya?!!"

"HIHIHIHI AKU TAKUT BANGET DEH!"

Jeno sudah menaruh cangkirnya dan langsung menerjang dua kakak-beradik itu ke dalam pelukannya. Eits, itu bukan pelukan biasa! Sekalinya dipeluk Jeno, Chenle sampai harus teriak-teriak sambil cekikan minta dilepas, begitupun dengan Logan yang pasti akan merengek kesal sambil memandang sang mama penuh harap.

"Udah ngemil, minum susu, terus dipeluk Papa. Pasti abis ini ngantuk nih Kak Lele sama Lolo...." gumam Renjun sembari menaruh mangkuk dan gelas bekas kedua bayinya itu tadi. Saat kembali ke ruang tengah ia sudah mendapati pemandangan Chenle yang terbaring kelelahan di paha papanya meski masih tetap menyengir lebar. Sementara Jeno sedang pura-pura mengabaikan rengekan Logan dalam pelukannya. Kedua papa dan anak dengan wajah serupa itu tengah berpelukan dengan wajah keduanya yang menempel lucu. Bedanya, pelukan ini tak semanis pelukan Lele dan Lolo karena Logan sudah terlihat frustasi dipeluk papanya dengan tidak manusiawi.

"Mama aku ngantuk banget deh!"

Dugaan Renjun ternyata tak keliru. Putra sulungnya itu benar-benar mengantuk meski masih terlihat ceria. Kalau sudah kelelahan dan sedikit mengantuk di jam sore begini Chenle biasanya akan tidur di paha mamanya sembari mengoceh kecil sebelum tidur. Kadang ia juga akan mengajak bicara dua adik bayi yang masih bersarang di perut mamanya, seolah-olah kedua sosok bayi beruang itu benar-benar mengerti ucapannya sebagai seorang kakak.

"Hm? Sini tidur di paha Mama! Lolo juga sini sayang Mama peluk...."

"Ga! Lolo dipeluk sama Nono aja, ya?"

"Lo No, ya?"

Logan membeo dengan raut wajah sedih. Bocah itu menatap mamanya dengan tatapan memelas berharap dibebaskan dari kembaran besarnya yang kini sedang merecokinya dengan ciuman itu. Chenle yang mendapati adik bayinya sedang berada di tangan Papa Nono si anak nakal itu hanya dapat menggeleng-geleng dengan raut wajah serius.

"Papa Nono ngga boleh nakalin Lolo yah kalena Lolo itu adik bayi aku!"

Tubuhnya yang tadi akan direbahkan di paha sang mama itu beranjak menuju Logan untuk mengecup dan mengelus pipinya dengan sayang, "Lolo aku tidul dulu ya kalena aku ngantuk banget! Nanti aku bangun lagi telus aku ulus kamu ya~

Nanti aku pukpuk kamu deh hihihi!"

"Pukpuk yaaaa!"

Mendapat respon dari adiknya membuat Chenle tersenyum senang. Sekali lagi bocah sulung itu mengecup gemas pipi sang adik dengan manis.

"Muah! Aku tidul dulu yaaaa! Nanti kalau Papa Nono nakal kamu bilang ke aku ya Lolo nanti aku malahin deh!"

"Aku juga mau dicium dong Kak Leleeeeee~"

Yang tengah dibicarakan sebagai tersangka dari aksi nakalnya itu ikut unjuk pipi dengan mata terpejam--ceritanya sedang bertingkah imut untuk mendapat ciuman dari si kakak tertua. Chenle yang tadinya mau menolak akhirnya luluh juga. Bukan apa-apa, ia hanya merasa bahwa papanya ini sedang memperlakukannya sebagai seorang kakak setinggi lampu dan Chenle menyukainya.

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Where stories live. Discover now