AU /2/

7.6K 814 105
                                    

How if Chenle and Jisung become teens and had their teenager conflict? Here we go with this AU!



Btw, Markmin shipper di sini sepi banget ya:'D



-


Sejak anaknya memasuki bangku SMP dan mulai mengenal dunia luar sedikit lebih luas, Jaemin bangga luar biasa. Kini temannya si sulung bukan hanya tetangga depan rumah dan anak dari sahabatnya saja, tapi juga sudah dari berbagai tempat tinggal yang berbeda. Karenanya, tiap ada momen yang membuatnya bisa mengenal teman-teman Jisung dengan lebih dekat, maka ibu dua anak itu tidak akan pernah melewatkan kesempatan tersebut.

"Ini yang cantik siapa namanya Sayang?"

Contohnya saat ini, saat si sulung mengadakan kerja kelompok di kamarnya yang masih berantakan. Jaemin datang dengan nampan berisi jus jeruk dan kudapan ringan lainnya. Di belakangnya, kaki mungil si bungsu mengikuti sembari tangannya menarik-narik bajunya. Rupanya, bocah TK itu sedang ingin mengenal satu-satunya teman sang kakak yang perempuan, yang sedari tadi diomeli oleh si pemilik kamar karena terus mengoceh soal kamarnya yang berantakan.

"Shuhua Tante!"

"Shua!"

"Kak Shuhua, Dongpyo, bukan Shua."

Jaemin mengajari putra bungsunya yang terlihat cekikan malu-malu itu, "Dongpyo-nya boleh ikutan main ngga, Kakak?"

Jisung yang sedari tadi mengabaikan kedatangan Mama dan adiknya itu mulai bereaksi. Ia sudah tak peduli lagi dengan si teman satu bangku yang sedari tadi sibuk merapikan gulungan kertas karton yang akan mereka guntung menjadi dua bagian.

"Ga boleh lah!"

Dongpyo cemberut sesaat, tapi kemudian kembali menyengir lebar dan mengambil duduk di samping teman Jisung yang lainnya, yang tadi memperkenalkan dirinya dengan nama 'Samuel'.

"Aku mau gunting keltasnya juga dongggg~"

"Nih...."

Si bocah berwajah blasteran dengan ukuran wajah kecil itu menyerahkan kertas yang tengah diurusinya begitu saja kepada adik sahabatnya, merasa terbantu dengan keinginan itu karena ia sudah frustasi untuk mengguntingnya menjadi potongan yang rapi. Yang disodori kertas memekik senang bukan kepalang, hingga berhasil mendapat atensi dari tiga kepala di sana dengan ragam ekspresi yang berbeda; sang mama dengan wajah memperingatinya, Shuhua dengan senyum cerianya, dan Jisung dengan ekspresi galaknya.

"IH NGGA BOLEH GANGGU AH DASAR ANAK KECIL!"

"Jisung jangan marah-marah mulu dong!"

Shuhua yang sedari tadi terlibat adu mulut dengan si sulung Lee itu akhirnya kelepasan juga untuk mengomel. Dengan hati-hati ia tatap Ibu cantik yang masih berada di sana dengan senyuman kikuknya. Yang ditatap kikuk hanya tersenyum lebar seolah menenangkannya untuk tidak merasa bersalah atas ujarannya tadi.

"Tuh Kak Jisung dimarahin temennya! Makannya jangan galak-galak sama Dongpyo."

"Biarin! Abis Dongpyo ikut-ikutan mulu!"

Yang tengah dibicarakan dengan nada sebal oleh kakaknya itu seolah tak sadar dan masih asyik memainkan kertas kartonnya, sampai akhirnya tangan mungilnya akan meraih gunting dan langsung mendapat protesan keras dari sang kakak.

"ITU JANGAN DIGUNTING DONG! NANTI NGGA RAPI AKU MARAHIN LHO YA!"

Dongpyo yang mendengar teriakan kakaknya sontak tersentak kaget. Bibirnya sudah melengkung menahan tangis, bukan karena sakit hati--karena demi Tuhan, ia sudah kebal dengan omelan kakaknya--tapi karena tak jadi menggunting kertas kartonnya (yang berarti juga tak jadi mengacaukan pekerjaan rumah sang kakak).

FAMILY TALE [ NOREN-LE ]Where stories live. Discover now