08. Näher Kommen

Start from the beginning
                                    

"Aku bisa menghubungi Felix."

"Dan Felix yang memintaku menjemputmu besok, dia sibuk."

"Astaga, Huang Renjun!! Kau tidak apa-apa? Bagaimana perutmu?" Seru Lee Felix setelah membuka pintu tanpa permisi. Renjun mengisyaratkan agar bicara tidak terlalu keras padanya. Pria itu mengangguk, menhampiri Renjun dan menggenggam jemarinya. "Aku baik-baik saja, jangan khawatir."

Lee Haechan melihat sinis genggaman tersebut, sebuah interaksi memuakkan yang baru terjadi di hadapannya.

"Bisakah kau tidak menatapku seperi itu. Mau kuambil kedua bola matamu?" Felix berucap setelah ia dapati Haechan melihat kearahnya dengan tatapan sengit dan sinis. Haechan hanya melengos dengan lidah yang diarahkan ke dinding pipinya.

"Manusia bermuka dua."

Felix ingin rasanya memberi pukulan keras tepat dimulut yang kurang ajar padanya. Ia ingin mengumpat namun tangannya ditahan, "Pulanglah, Haechan." Renjun berucap halus pada pria tan tersebut. Ia tak ingin terjadi keributan didalam kamar inap nya.

Lee Haechan pun pergi tanpa berkata apapun pada keduanya, namun matanya masih melihat Felix dengan tatapan sengitnya.

Renjun benar-benar dibuat pusing dengan interaksi keduanya.

"Jika tidak ada alat yang memompa jantungnya, dia sudah meninggal sejak empat hari lalu. Anda masih ingin bertahan?" Ia menghentikan langkahnya saat mendengar ucapan tersebut saat melewati lorong. Di depannya dokter dan para medis serta seorang ibu yang tengah menangis sedang membicarakan pasien tepat di depan kamarnya. Diketahui, pasien di dalam adalah anak dari ibu yang sedang menangis itu. Dari perkataan dokter yang terdengar menyesakkan itu, dapat ia tangkap bahwa anak itu seharusnya sudah meninggal tapi karena alat yang terpasang pada tubuhnya, jantung anak itu dapat berdetak meski kritis. Kemungkinan pasien itu bangun adalah 5%.

Sang Ibu bersikukuh bahwa anaknya bisa bangun, ia memohon pada dokter untuk melakukan perawatan extra pada anaknya berapapun bayarannya.

Lee Haechan memerhatikannya, ia melihat raut putus asa dan tertekan dari wajah sang ibu. Ekspresi yang sangat ia sukai.

Dokter yang berbicara pun akhirnya meninggalkan ibu itu dengan ekspresi yang tidak percaya dan menyesal. Ia membungkuk pada dokter tersebut ketika melewatinya. Ia melihat sang ibu yang kini menangis sejadinya di kursi tunggu, seringai tergambar di bibirnya.

Ia mengambil napas lalu menghembusnya pelan, kemudian pergi dari tempatnya berdiri. Sekilas ia melirik kamar sang putra.

'1880'






+++


Gelap dan sunyi. Itulah yang terjadi di sepanjang lorong Rumah Sakit yang Lee Haechan kunjungi malam ini. Untuk apa?

Menjenguk pasien '1880' dan Huang Renjun, tentunya.

Ia mengenakan pakaian serba hitam, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Matanya menatap kearah langit-langit rumah sakit, CCTV sedang merekamnya. "Kau memiliki pekerjaan, Hwang Hyunjin."

Lalu, ia membuka pintu kamar tersebut dan perlaham masuk kedalamnya. Dia tidak tau, tapi seorang pria paruh baya sedang mendengkur di depan kamar tersebut.

"Aku kasihan melihatmu harus hidup dengan alat ini. tidak kasihankah kau dengan keluargamu?" Ucapnya seraya melihat begitu banyak alat medis yang menempel pada tubuhnya. Kepala, rongga hidung, dada, lengan dan kakinya. Mirip Cyborg yang belum di setting. Lee Haechan melihat mesin pemantau jantung, menunjukkan angka terendah. Ia pun tertawa kecil.

[✔️HYUCKREN] Fall For YouWhere stories live. Discover now