part 18

9.6K 821 60
                                    

"Kak niko ngapain?", Tanya gracia saat sadar pipinya ditangkup.

"Aku tiupin matanya, sini. Ganjel ya?", Ucap niko sangat lembut. Hal itu tentu diangguki oleh gracia. Gracia butuh bantuan niko. Dia biarkan saja niko membantunya.

fuuuhhh!!! fuuhhh!!

"Udah enakan belum matanya atau masih ganjel?", Tanya niko setelah meniup mata gracia.

"Hehehe udah engga kok kak, makasih ya". Ucap gracia dengan cengiran manisnya. Tak sadar kalau tangan niko belum juga beranjak dari pipinya, malah yang ada ibu jarinya mengusap pipi gembul gracia.

Degup jantung niko berulah, tak beraturan. Tak ada cacat sama sekali di paras wanita depannya ini. Sangat cantik.

Jika bara dari arang sudah terlalu biasa, tapi untuk kali ini, ada bara yang tidak biasa. Bara yang berasal dari hati yang terbakar, sekarang semakin menjadi, semakin berapi api. Jika dilihat dari titik saat ini shani duduk, jelas terlihat niko sedang mengecup gracia. Tak ingin menjelaskan di bagian mana. Namun cukup untuk membuat hati shani tersayat.

Rasa rendah diri perlahan menyambangi, pelan namun menguat. Belum juga shani mulai berlari untuk mendapatkan hati wanita 21 tahun itu, shani sudah terlebih dulu dibuat jatuh. Jangankan jalan walaupun pincang, bangkit saja belum, sudah diinjak pula, cukup ironi juga tragis. Mustahil untuk bisa meraih hati itu. Ibarat si kerdil yang ingin menggapai bintang. Tidak mungkin.

Rasa hati shani semakin lama makin terbakar, sesak, juga nyeri. Jika saja ada pilihan rasa terbaru, shani ingin mengklaim rasa baru untuk meramaikan khasanah per cemilan indonesia. Rasa HATI TERPANGGANG. Cukup menarik bukan? Setidaknya cocok untuk para kaum muda yang langganan patah hati.

Ingin rasanya shani bangkit sekarang juga, mencari karung bekas tepung tapioka ataupun bekas bungkus pupuk kandang juga tak masalah. Membungkus tubuh laki laki jangkung yang cukup berisi itu dengan karung yang sudah dipersiapkannya. Membawa seonggok manusia mengesalkan itu ke tepian jurang, lalu mendorongnya jatuh. Atau mungkin juga melarungnya di laut? Biar saja tubuhnya di ombang-ambing ganasnya ombak laut pantai selatan. Atau jadi santapan predator lautan sekelas hiu megalodon, ataupun kumpulan paus orca yang kelaparan. Shani tak peduli.

Biarlah shani mendapatkan predikat ADIK DURHAKA, ia sama sekali tak masalah dengan gelar itu. Yang penting hatinya bisa terselamatkan.

"An?", Panggil shani yang menoleh ke arah andela, memutus pandangannya ke gracia dan niko yang masih asik.

" Iya, shan? Ada apa?", Tanya andela yang tersenyum manis.

"Boleh minta tolong ga, an?".

"Boleh. Minta tolong apa, shan?".

"Aku mau pulang, an. Anterin ke poli papamu ya?", Pinta si indira. Secepat mungkin ingin enyah dari sana.

"O-oh. Oke, yuk?", Andela bangkit. Sebenarnya dia berharap shani mau bercerita, apapun itu pasti andela dengar. Dengan maksud lain, andela masih ingin berlama lama bersama sang cinta pandangan pertama nya itu.

"Makasih, an". Ucap shani dengan senyum amat manis.

Shani merutuki nasib nya, bukan menyalahkan Tuhan atas alur kisah hidupnya, hanya menyayangkan saja apa yang harus dia jalani sekarang.

Shani mengucap banyak keluhan, mengeluh kenapa kakaknya itu masih saja betah disini. Bukannya sudah kelewat lama jatah sang niko untuk libur? Kenapa dia tak kunjung pulang ke tempat dimana dia bisa lupa segalanya?.

Ya, memang segalanya termasuk lupa pada keluarganya juga shani karena terlalu sibuk kuliah dan bekerja?. Kenapa tak juga kembali ke habitatnya? Shani geram, lebih tepatnya mulai tersulut emosi. Setidaknya itu yang shani rasa.

MEDICAL LOVE 💉 (final) Where stories live. Discover now