4 - Potensi

4 0 0
                                    


"Aduhh..."

Atlas mengelus lengan yang ia pakai sebagai tameng saat jatuh ke lantai. Sepertinya ia masih tidak sadar apa yang terjadi barusan.

'Aku tidak salah lihat kan? Anak ini baru saja mengeluarkan mana untuk mendorong tubuhnya dari lantai.'

Albert masih terjebak di fikirannya. Bagaimana anak yang hidup secara terpencil ini bisa mengeluarkan hal semacam itu?

Pada dasarnya, orang-orang akan dites terlebih dahulu oleh Asosiasi Sihir Kerajaan sebagai test untuk menentukan apakah orang itu memiliki potensi untuk menjadi penyihir atau tidak. Sangat jarang kejadian dimana seseorang yang belum terlatih bisa mengeluarkan mana sendiri.

Tes yang dilakukan oleh Asosiasi Penyihir pun simple, hanya dengan menggunakan Bola deteksi untuk memeriksa, apakah kandidat memiliki potensi dan kemampuan untuk mengendalikan mana yang ada di dalam tubuh. Semua orang memiliki mana di dalam tubuh mereka. Namun, tidak semua orang memiliki bakat bawaan untuk mengendalikannya.

Kejadian Atlas ini cukup membuatnya penasaran. Bagaimana ia bisa mengeluarkan mana? Apakah ada seseorang yang mengajarinya? Sebenarnya, tidak masalah bagi seorang penyihir untuk memberikan ilmu kepada siapapun, tetapi, jumlah penyihir yang senang mengajari orang lain di luar kegiatan pembelajaran dalam Asosiasi Sihir sangat jarang. Mereka lebih senang membagikan ilmu kepada orang yang memang sudah menjadi muridnya dan cenderung pelit kepada orang asing.

"Ada apa tuan?"

Pertanyaan Atlas mengaburkan lamunan Albert. Ia kemudian kembali ke dunia nyata.

"Tidak ada apa-apa."

"Apakah kau menyadari apa yang baru saja kau lakukan?" lanjut Albert.

Atlas menaikkan satu alisnya ke atas yang menunjukan ia tidak mengerti maksud Albert.

"Aku hanya membersihkan langit-langit. Tetapi, tiba-tiba tangga goyah, mungkin bagian kakinya ada yang keropos."

Atlas lalu membalikkan badannya untuk mengecek kaki-kaki tangga yang patah. Bagian itu terlihat keropos dengan rayap yang berada di sekitarnya.

"Nah, benar kan. Ternyata keropos."

Atlas terlihat masih belum menyadari apa yang dimaksud dari pertanyaa yang dilontarkan Albert. Ia hanya menjelaskan bagaimana proses kejadian hingga ia bisa terjatuh seperti itu.

Albert memandangi Atlas dalam diam. Di pikirannya, entah Atlas sudah bisa mengendalikan mana-nya dan berpura-pura bodoh di depannya, atau memang dia benar-benar tidak menyadari apa yang baru saja ia lakukan.

"Terserah kau saja. Apakah kau sudah membersihkan pekarangan belakang?"

"Sudah tuan..."

Atlas masih dalam posisi terduduk sambil memandangi wajah Albert yang terlihat sedang berfikir keras.

"Baiklah, ikuti aku."

Albert kemudian berjalan ke arah pekarangan belakang diikuti oleh Atlas. Disana, terlihat bahwa tempat itu sudah bersih. Tak ada lagi sampah bekas pembakaran, daun-daun yang berserakan, bahkan tanaman yang berfungsi sebagai pagar pembatas sudah terlihat rapi.

'Kelihatannya ia benar-benar bekerja dengan baik' batin Albert.

"Kau tunggu disini."

Setelah memberikan instruksi, Albert kemudian meninggalkan Atlas, lalu ia bergerak ke arah gudang.

Ada yang tidak dimengerti oleh Atlas mengenai Albert. Saat sedang membersihkan rumah, Ia tadi sempat melihat pin berwarna emas dengan lambang pohon beringin. Lambang itu sangat familiar baginya, apalagi kalau bukan lambang Kerajaan Berg, dimana ia tinggal sekarang.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 20, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Atlas the LegendWhere stories live. Discover now