[2nd] 27. Penyerangan

Start from the beginning
                                    

"Apa yang harus kita lakukan."

"Ayah. Mengirim Annika jauh dari ibukota seperti nya keputusan yang bagus."

"Apa kau yakin? Dengan fisik nya yang melemah setelah 8 tahun berlalu seperti ini?"

Delapan tahun lalu, Putri bungsu Marquis mengalami sakit parah dan hampir tidak tertolong lagi. Bahkan Annika-yang dikira akan sembuh- sempat berhenti bernafas, lima hari berlalu tepat setelah Musim gugur menjatuhkan daun terakhirnya, Annika bangun kembali. Tentu saja mereka tidak mengetahui bahwa Putri bungsu mereka yang asli sudah mati. Jiwa nya tidak sama. Hanya rupa dan penampilan.

"Eksekusi Lucian yang akan diadakan lusa, ayah, aku takut Annika yang tidak mengetahui apapun akan terkejut dan tidak bisa memaafkan dirinya sendiri, setidaknya kaisar meyakini bahwa kita tidak terlibat dengan hal ini, sebaliknya, Duke Vallerius mendapat hukuman pengasingan dan murid-murid didiknya tidak diterima tinggal dikekaisaran lagi."

"...."

Marquis tidak menjawab, sebaliknya ia menggosok kedua matanya yang lelah lalu menatap wajah Annika.

Suatu hari, putri kecilnya datang sambil menggandeng tangan seorang anak lelaki yang tidak diketahui asal usulnya dan mengatakan bahwa dia berbakat dan pantas mendapatkan sponsor dari nya. Ia mengabulkan nya, lalu suatu hari lagi ia melihat Putri nya terlihat gembira dengan kehadiran anak lelaki itu. Setidaknya ia mengerti betapa sedihnya Annika ketika mengetahui bahwa Lucian tidak dapat berbuat apa-apa dan dengan resmi dinyatakan bersalah.

Tapi bagaimana reaksi nya ketika mengetahui bahwa anak lelaki yang telah tumbuh bersamanya itu akan di eksekusi?

'bagaimana jika....'

Marques menutup matanya dan menghela nafas kembali.

"Ya, kirim dia ke Marquisate di Utara. Sertakan kesatria terbaik untuk mengawal dirinya dan....jangan biarkan publik mengetahui hal ini. Biarkan dia istirahat dan lagi, jangan biarkan dia mengingat Lucian."

"Baik, ayah."

Mereka keluar dari kamarnya dengan langkah kaki hampa, meninggalkan Annika dalam kesunyian yang menyesakkan. 

***

Tap....tap....tap

Jeremy membuka pintu yang terkunci dengan perlahan, dalam ruangan yang berdebu seorang wanita tergeletak lemah tak berdaya dengan tubuh kurus tak berisi. Ia menghela nafas kala mengetahui bahwa Helena masih bernafas meski dengan nafas yang lemah.

"Bangun."

"...."

"BANGUN—!"

Plak—!

Helena membuka matanya lebar-lebar ketika hawa panas merayap memenuhi pipinya, ia melihat Jeremy yang menatapnya tajam dengan pedang ditangannya.

"Berbahagialah."

"...."

Ia tidak dapat bersuara lagi, tenggorokan yang sakit dan kering membuatnya tak kuasa berbicara atau bahkan menangis, jadi ia hanya mundur dengan raut wajah ketakutan akan sosok yang berdiri didepannya.
Jeremy berjalan mendekati nya lalu meraih dagunya dan tersenyum licik.

"Aku belum memberitahukan padamu kan? Keadaan tentang dunia luar saat ini?"

"...."

"Helena Adelio yang malang, aku punya kabar baik dan buruk untukmu. Kabar baik yang aku dapat saat ini adalah, Lucian Vallerius yang berjanji untuk menolongmu jika kau dalam bahaya akan dieksekusi karena telah membantai satu keluarga tak bersalah. Lalu kabar buruknya adalah keluarga yang dibantai oleh dia adalah keluarga mu Helena."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now