[0.6] lembar enam

Start from the beginning
                                    

"Wih, ada cewek cantik nih, sendirian aja, Neng?" goda cowok berjaket kulit hitam yang nggak sengaja ditabrak Adlyne tadi.

"Apaan sih, minggir sana!" seru Adlyne galak, dengan tampang sok tak gentar padahal aslinya gemeteran.

"Galak banget, Neng? Nggak mau mampir dulu bareng kita-kita?" cowok jangkung itu kembali melontarkan godaan, bahkan secara nggak sopan dia mau nyolek dagu Adlyne, tapi beruntung Adlyne udah nepis duluan.

"Nggak sopan banget sih lo?!" bentak Adlyne marah. Ya siapa coba yang nggak marah kalau tiba-tiba dipegang-pegang kayak gitu? Apalagi sama stranger.

Tapi bukannya takut, cowok tadi dan satu temannya yang lain malah mendekat, membuat Adlyne spontan melangkah mundur.

SretBugh! Bugh!

"Cupu amat lo pada sampe berani gangguin cewek kayak gini?!"

Adlyne terkejut, begitu pula dengan kedua cowok yang tiba-tiba dipukul tanpa aba-aba itu.

Tapi Adlyne lebih terkejut pas tau siapa yang tiba-tiba datang dan ngasih bogeman mentah ke cowok-cowok sialan ini.

"L-leon? Lo ngapain di sini?!" seru Adlyne kaget. Nggak penting banget pertanyaannya, tapi refleks aja nanya begitu.

Leon tersenyum miring, buru-buru menarik lengan Adlyne dan membawanya lari. "Sebabnya nggak penting, sekarang lari dulu!"

"Woi, jangan lari lo!"

Melihat dua cowok tadi mau ngejar, Leon langsung buru-buru nyalain mesin motor. "Buruan naik! Pegangan, gue mau ngebut!" titah Leon, setelah menyalakan mesin motornya.

Tanpa protes, Adlyne langsung nurut. Begitu Leon menarik gasnya, dia bernapas lega karena dua cowok tadi kayaknya juga nggak sampai ngejar mereka.

Tapi Adlyne masih heran, kok bisa tiba-tiba Leon datang nolongin dia? Bukannya tadi udah pulang duluan?

"Ng ... Yon!" panggil Adlyne, membuat cowok itu mengurangi laju motornya.

"Oit?" sahut Leon, melirik ke kaca spion.

Adlyne menggigit bibir bawahnya, bingung mau ngomong apa dulu, antara gugup, malu, sama gengsi.

"Lo mau ngomong apaan?" tanya Leon lagi ketika melihat Adlyne kayaknya mau ngomong sesuatu tapi ditahan.

Adlyne ketawa garing, mencoba untuk menelan mentah-mentah rasa gengsinya. "M-makasih," cicitnya pelan dan singkat, hampir nggak kedengeran sama angin kalau aja Leon nggak masang telinga.

Untuk pertama kali, Adlyne bilang makasih sama dia. Catet. Garis bawahi. Pertama kali.

Sebetulnya, tadi Leon udah jalan mau pulang,, tapi pas lewat lapangan deket sekolah sebelah, dia liat anak geng motor yang sering diomongin sama anak HZSQ, awalnya dia cuek aja, tapi pas inget kalau Adlyne masih di depan sekolah sendirian, Leon langsung buru-buru putar balik.

Dan untung aja Leon datang tepat waktu. Mau segalak apapun Adlyne, yang namanya cewek pasti bakalan kalah sama cowok, apalagi mainnya keroyokan.

"Apa? Nggak denger gue," ujar Leon pura-pura nggak dengar ucapannya Adlyne, padahal cuma pengen iseng aja.

Adlyne mengulum bibirnya. "Makasih!" seru cewek itu sedikit lebih keras dari tadi.

"Apa?? Nggak denger, ulangin lagi coba," pancing Leon membuat Adlyne kesal hingga melayangkan pukulan pada helm cowok itu.

"Conge banget sih lo!" makinya.

Membuat Leon tertawa. "Nggak gratis ya," kata cowok itu, melihat Adlyne yang langsung mendelik dari kaca spionnya.

Bittersweet Where stories live. Discover now