Misi 001 : Primbon, Weton, dan Ajun

3K 323 75
                                    

Yogyakarta, 2020.

Pendopo kediaman Palamarta hari ini terasa panas, bukan hanya karena sinar mentari yang bagus tetapi juga ketegangan tensi membara.

Sejujurnya, tegang atau api emosi sering terjadi di sini apalagi antara nyonya Palamarta dengan sang ponakan, Arjuna Dimitrio. Alasannya klasik, selayaknya ditampilkan di sinema pagi televisi maupun sekelas film layar lebar ternama. Pernikahan.

Ajun—sapaan akrab Arjuna Dimitrio—percaya bahwa takdir adalah sesuatu yang pasti terjadi, salah satunya tentang pernikahan. Dia juga percaya, mau atau tidak, terlambat atau lebih cepat jikalau ditakdirkan terjadi pasti terjadi. Tidak bisa dipaksa, tidak bisa diburu.

Makanya, Ajun heran bagaimana bisa Bude Ayu—sapaan Rahayu Palamarta—ngotot memintanya menikah tahun ini dengan embel-embel primbon atau weton yang dia sendiri gak paham sama sekali.

Ajun menggaruk pangkal hidungnya, berusaha menahan suara agar tidak meninggi. “Sial atau enggaknya Ajun gak bergantung sama status pernikahan, Bude.”

“Tapi, Jun. Lik Sari bilang kamu bisa sampai meninggal!”

“Bude, kalau memang Ajun harus meninggal ya tinggal meninggal aja terus kuburin. Kan udah takdir.”

“Arjuna!”

Dalem, Bude.”

Rahayu menghela napas, matanya terpejam beberapa masa. Pening kepalanya menasihati keponakannya yang satu ini. Andai Saka—kakak Ajun—masih ada, tentu lain acara. Anak itu akan menuruti segala titahnya.

Cangkir berisikan teh hijau yang berdiri tegak di atas meja pualam segera diraih Ajun kemudian ia berikan ke Rahayu. Dia tau teh itu pahit, namun setidaknya mampu menghapus peningnya kepala Rahayu barang sedikit.

Tangan lentik Rahayu membentuk gerakan melambai, menandakan para pelayan untuk pergi dari pendopo tanpa terkecuali. Setelah yakin tidak ada yang tersisa selain dirinya dan Ajun, Rahayu membuka bibirnya.

“Kamu paham betul ‘kan kenapa bude sengotot ini?”

“Iya, Bude.”

“Terus kenapa kamu isih nolak, Arjuna?”

Iris legam Ajun bertemu netra cokelat pudar budenya, berusaha menyampaikan maksud hati walau tau akan ditepis. “Ajun masih enjoy sama karir dan gak kepengen punya hubungan serius dulu, Bude. Kalo dipaksa percuma, nanti akhirnya buruk. Dia sakit hati, Ajunnya dosa. Bude mau nanggung emangnya?”

Ucapan kurang sopan namun penuh kejujuran Ajun barusan hampir saja mendapat hadiah pukulan dari Rahayu. Hampir, sebab di hatinya Arjuna adalah bungsu kesayangan di keluarga Palamarta.

Rahayu bertutur pelan, “Kamu gak akan tau kalau gak mencoba, Jun.”

“Bude Ayu,” panggil Ajun lembut. Tatapannya serius, juga lelah. “Pasti Ajun akan nikah, Bude gak usah khawatir. Kapan dan sama siapanya, biar aja waktu yang kasih liat.”

”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Rahasia-Rahasia | Ryujin - Dowoon ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang