Tigabelas

2K 292 25
                                    


"Lo suka kan sama Jisoo?"

Pertanyaan Joy tadi benar-benar mengangetkan Jennie. Bagaimana mungkin Joy tau hal yang dia simpan rapat-rapat?

"Jen, semua orang punya rahasia.. Gue sama Wendy tau karena pernah lihat lo sama Soojoo nangis waktu tau Jisoo jadian sama Mina," jelas Joy.

"Lo liat itu Joy?" tanya Jennie kaget.

"Jadi waktu itu, gue mau balikin buku yang gue pinjem.. Kata Irene lo kayak jalan ke arah belakang sekolah, So.. Gue inisiatif buat nyamperin, taunya lo disana lagi curhat sama Soojoo," Kemudian Joy menceritakan apa yang dia lihat saat masa akhir sekolah mereka.

"Disana gue ketemu Wendy, dia yang ngelarang gue juga buat nyamperin lo sama Soojoo. Dari situ gue kenal Wendy," lanjut Joy sambil mengenang awal perkenalkan nya dengan kekasihnya itu.

Jennie terdiam, kaget dia bukan main. Ternyata ada yang melihat momen menyedihkan dimasa akhir sekolahnya itu.

Dia mengingat pula itu adalah awal pertemanan nya dengan Soojoo. Jennie berfikir, Soojoo yang ada didekat Jisoo terus menerus aja gak dilihat. Gimana Jennie yang selama ini selalu berusaha untuk menghindari Jisoo?

"Gue tau, selama ini lo ngindarin dia banget. Tapi semakin keras lo berusaha, takdir malah semakin buat kalian dekat," Joy mencoba memberikan pandangannya.

Dan menurut Jennie, pandangan Joy itu tidak salah. Dia baru tersadar hal itu, semakin dia menjauhi Jisoo semakin takdir mendekatkan mereka.

"Joy... Gue sendiri bingung harus gimana? Satu sisi, seneng bisa deket sama dia. Tapi satu sisi, gue harus sadar diri. Dia siapa, gue siapa," Jennie mengutarakan pikirannya selama ini. Joy adalah orang pertama yang mengetahui hal ini.

"Kalau yang buat lo selama ini menghindar itu status sosial kalian, kayaknya lo mesti liat gue sama Wendy. Gue tau, ini kita bukan mau adu nasip atau gue mau ngerendahin lo. Tapi sebagai sahabat, lo juga tau keadaan keluarga gue," Joy berhenti sejenak.

Dia mengingat pertama kali diajak Wendy berkunjung ke rumahnya.
"Kamar mandi, di kamar Wendy aja jauh lebih gede dari kamar gue, Jen. Jauh banget, tapi Wendy sering bilang kalau anak bastrad itu gak pernah pilih-pilih temen,"

"Tapi Joy, kan lo juga liat mereka gak pernah berniat nambah temen. Ya paling karena mau gak mau kenal buat tugas kuliah, ya kan?" sanggah Jennie.

"Ada cerita dibalik itu, Jen. Kenapa mereka gak kasih akses orang lain buat masuk lebih deket ke circle mereka," Joy menjelaskan.

"Selain status sosial, lo tau kenapa gue ga bisa deket sama dia kan?" Jisoo sudah menjadi milik Mina, mereka pun terlihat saling menyayangi. Jennie tidak ingin mengingat itu, capek sakit hati.

"Mina? Yaaa gak ada salahnya lo sama Jisoo temenan, kali aja pas ada masalah sama Mina lo bisa langsung tikung," Joy mencoba menggoda Jennie kemudian tertawa.

"Jangan ngaco deh! Gak ya gue gak kayak gitu." Jennie sama sekali tidak pernah berpikir untuk hal yang kayak gitu.

"Hahhaha, bercanda. Gue tau sahabat gue kayak apa. Lo udah ngubungin dia?" Tanya Joy memastikan.

"Udah tadi, tapi.." Jennie menjeda omongannya, dia mengingat suara siapa tadi yang ia dengar saat hendak menelpon Jisoo.

"Ada monyet nya ya? Kasian," lagi-lagi Joy mencoba menggoda Jennie. Maksud Joy baik, dia ingin sahabatnya terbuka tentang perasaannya tapi tidak ingin mendesak untuk hal itu.

"Cantik banget gitu lo bilang monyet? Jehong!" balas Jennie sambil memukul pundak Joy.

"Cantik sih, cuma karena gue bucin, cantikan Wendy dong," Joy berkata dengan bangga.

Sorry Seems To Be The Hardest Word | JENSOOHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin