Duapuluh Empat

1.9K 277 14
                                    

Jisoo diam duduk di kursi kamarnya, sepulangnya dia tadi Jisoo terlihat banyak berpikir.

"Duh, Jisoo bego.. Jisoo begoo.. Jisoo bego!" kini Jisoo terlihat berbicara sendiri dan menepuk nepuk kepalanya pelan.

*kenceng juga gak papa* - author yang siap diserang para bucin Jisoo.

Bagaimana bisa dia tidak menyadari kalau ada temannya yang tau kejadian saat awal SMA itu?

Dia kembali memikirkan apa yang dikatakan Wendy tadi di cafe.

"Dulu kelas 1, lo kan yang naro surat sama coklat dan lain-lain di kolong meja Jennie?" tanya Wendy santai.

Jisoo yang lagi minum tau tau keselek pas denger hal itu.

"Santai aja, Ji. Yang tau cuma gue kok," kata Wendy sambil memberikan tisu pada Jisoo.

"Terus lo berhenti pas Jennie sama temen-temennya buat tim buat nyari tau siapa yang ngasih kan? Kenapa lo gak ngaku aja saat itu? Terus, kenapa lo takut sama anceman Momo? Ngapain? Tumben banget lo takut sama orang kayak gitu doang?" tanya Wendy bertubi-tubi.

Jisoo meminum kopinya lagi. Dia udah nyoba buat ngubur semua kenangan itu dulu.

"Iya, gue yang ngasih Jennie surat waktu itu. Gue suka sama dia dari lama, kan dia temennya Nayeon. Gue cuma berani ngeliatin dia yang suka main sama Nayeon. Waktu kelas 1 akhirnya gue beraniin diri, gue pikir dia bakal suka. Bakal bales hahaha, tau nya dia malah risih," Jisoo mengenang kejadian masa itu.

Dimana coklat yang sengaja dia beli dengan uang jajannya itu akan berakhir dimakan teman-teman satu kelasnya. Sementara surat darinya berakhir ditempat sampah.

Gimana Jisoo bisa punya nyali kalau dia tau selama ini teman-temannya Jennie selalu mengolok-olok isi surat dia. Padahal, Jisoo cuma mengucapkan salam dan memberi Jennie semangat.

Jisoo kemudian bangkit dari duduknya, mengambil sesuatu diatas lemari bajunya. Ada sebuah kotak yang sudah kusam, Jisoo membukanya perlahan.

Selama ini, gak ada yang tau hal ini kecuali dia. Dalam kotak ini, berisikan segala sesuatu yang berbau Jennie.

Ada surat-surat yang Jisoo tulis, yang selalu dia ambil dr tempat sampah kelas. Ada juga yang udah gak berbentuk karena di sobek-sobek.

Jisoo gak menemukan kata-kata yang bisa membuat jijik dari surat suratnya itu. Tapi dia gak bisa lupa mimik muka Nayeon dan Momo saat itu.

Itu yang membuat Jisoo akhirnya memutuskan untuk berhenti jadi secret admirer nya Jennie.

Jennie pernah membalasnya, satu kali. Itupun Jisoo tau, kalau Nayeon yang memiliki rencana dibalik itu. Untungnya Jisoo mengetahui rencana mereka, maka setelah itu Jisoo memutuskan untuk tidak lagi mengganggu Jennie,

Jisoo tersenyum melihat betapa konyol nya dia saat itu.

Satu pertanyaan Wendy yang tidak bisa dia jawab tadi, masalah dirinya dengan Momo. Jisoo gaak pernah paham kenapa Nayeon gak suka sama dia, kenapa Momo juga jadi ikutan ngacau sama Jisoo?

Saat kelas 2, persaingan antara Jisoo dan Jennie semakin sengit. Para guru tidak segan selalu melibatkan keduanya dalam lomba-lomba untuk mewakili sekolah. Jisoo senang, dia jadi punya banyak waktu dengan Jennie. 

Namun suatu hari, Momo udah nangkring di motor Jisoo pas pulang sekolah.

"Nah, ini dia jagoan kita," kata Momo menyambut Jisoo yang heran ngapain nih anak ada disitu.

"Kenapa, Mo? Lo naksir sama motor gue?" tanya Jisoo santai.

Momo yang denger hal itu langsung ketawa sambil turun dari motor Jisoo. "Gue bisa beli 5 yang kayak gini, gak perlu pake ngerengek minta sama nyokap gue,"

Sorry Seems To Be The Hardest Word | JENSOOWhere stories live. Discover now