07. Because of a Secret

Mulai dari awal
                                    

[4 tahun lalu...]

[ Lee Jeno dan Lee Haechan sedang berusaha membunuh Park Chanyeol
ㅡ Jenderal Militer Angkatan Darat Koreaㅡ yang melanggar janji dengan The Black Rose Gang ]

"Na Jaemin? Kamu dimana?" Seru Hyunjin yang kembali dengan ice americano ditangannya, ia tidak mendapati Jaemin di meja komputernya. Komputernya masih menyala mengamati pergerakan Lee Jeno dan Lee Haechan serta beberapa titik target dalam koordinasi. Hyunjin mengernyit tidak mengerti kemana kekasih temannya ini pergi padahal sedang menjalankan sebuah misi.

Pintu terbuka, menampakkan Choi Yeonjun ㅡsalahsatu penembak terbaik dalam timㅡ Hyunjin menawarkan ice americano yang hampir dingin padanya yang mulanya ia bawa untuk dirinya dan Jaemin. "Kemana anak itu?"

Hyunjin tak menjawab, ia fokus pada satu titik target yang bisa dibilang asing dalam koordinasi, target itu muncul tiba-tiba. "Target asing?" ia melacak target tersebut melalui komputer disebelahnya namun nihil.

"Kenapa?" Yeonjun mengangkat kedua alisnya, bingung dengan tingkah aneh Hyunjin. "Target asing masuk kedalam koordinasi. Ini tidak bisa dilacak, aku harap ini bukan jebakan." Jelasnya.

"Aku akan menghubungi mereka." Final Yeonjun setelah mendengar penjelasan singkat partner-nya.

"Kalian bisa mendengarku?"

"Ya. Ada apa, Choi?" Haechan bersuara dari kejauhan. Dia tampak tenang.

"Target asing memasuki koordinasi kalian. Kami harap itu bukan jebakan."

"Na Jaemin..." Kini Jeno bersuara, nadanya ...

"Apa? Na Jaemin?" Yeonjun mengernyit lalu melihat Hyunjin kemudian mengeraskan panggilan tersebut.

"Target itu... Na Jaemin..." Jeno terdengar menangis setelahnya, membuat Yeonjun dan Hyunjin tak percaya.

Hari itu, hari terakhir dimana Jaemin bersama mereka. Dimana Lee Felix mendeklarasikan kebenciannya pada Lee Jeno. Hwang Hyunjin mengingatnya begitu jelas.

"Ya!! Jangan melamun, nanti kau berubah jadi udon." Suara Choi Yeonjun memecah lamunan pria bermata sipit itu. Hyunjin hanya berdecak lalu memukul lengan kekar Yeonjun. Itu tidak sakit, hanya Yeonjun yang men-dramatisir. "Kau ingin menjadikan lenganku camilan?"



Lee Felix tengah berbaring dengan mata terpejam diatas rooftop rumah, dengan lengan kanannya sebagai bantalan. Rasanya begitu nyaman berada diatas sini ditemani hembusan angin malam begitu menenangkan, kelap-kelip bintang kecil di angkasa. Ia membuka matanya saat sebuah suara terdengar diiringi suara langkah kaki, "Kau belum tidur?"

Lee Felix kembali memejamkan matanya, "Belum."

"Masuklah. Udaranya semakin dingin, tidak lama lagi akan memasuki musim salju." Lee Jeno berkata, ia memilih berdiri di ambang pintu daripada mendekati Felix.

"Apa pedulimu?" Benar, bukan. Jeno hanya berkata demikian saja sudah ditanggapi seperti ini. "Lalu, apa yang bisa aku lakukan seolah kau mengerti kepedulianku?"

"Jangan melakukan apapun." Ucap Felix menekan seluruh kata dalam kalimat tersebut, seakan ia tidak mau diperintah atau oleh seorang Lee Jeno.

Jeno menghela napas berat, ia menengadah melihat langit yang masih dipenuhi kelap-kelip bintang. "Baiklah. Jika kau tak ingin masuk, aku tak akan memaksa. Tapi ingat, kau bisa sakit karena udara malam." Setelah mengatakannya dengan nada sedkkit kecewa ia kembali turun.

Felix berdecak, "Perkataan macam apa itu. Memuakkan."






Lee Felix akhirnya turun bersama Choi Yeonjun, anak itu terus berteriak pada Felix dan terus mengguncang tubuhnya disaat ia mulai terlelap diatas rooftop tadi. Jika tidak kelepasan, bisa saja ia menikam perut bocah sialan itu ratusan kali.

[✔️HYUCKREN] Fall For YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang