above the dusk snow.

239 34 28
                                    

━━━━━━━━━━━━

・・・・・・・・・・・・

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

・・・・・・・・・・・・

Payoda swastamita kiwari muram, nabastala semenjana sedu sedan; menangis bersama dengan frekuensi anila. Mengambau sempena pada bentala dan segala isinya. Tanpa terkecuali untuk sang wanodya yang kini menjaja daksa sarat harsa dibawah ratapan bumantara. Ratapan material pucat nan dingin ambau dengan suasana sukacita.

Dirinya masih enggan memasuki wisma. Memilih berpijak pada pelataran salju yang kian menebal. Bertindak abai terhadap panggilan yang dituju untuknya; sibuk dengan semestanya sendiri.

Hingga torso kecilnya sedikit limbung tatkala mendapati gumpalan salju menimpuk pelipis. Membuatnya menoleh rupa, mencari siapa gerangan sang tersangka. Lantas pasang obsidian amber tersebut mendapati presensi pemuda yang semalam ia tolak untuk menemaninya pulang selepas wiyata.

Teruna dengan surai panjang sepundak beserta rona bak piringan hitam kini mengukir kurva manis pada labium. Hingga pasang maniknya hirap, turut menyipit mengukir senyum. Sang puan yang hendak membalas dengan membentuk bola salju di genggaman mendadak menjeda gerak hastanya. Senyuman praja itu adalah invasi yang sempurna—membuatnya sukar untuk marah saja.

Sekon usainya, sang pemuda mengangkat papan putih di udara dengan aksara tinta hitam dari teras depan kediaman sang teruni. Begini rasanya kalau mendapati tetangga sebrang yang tanpa ada perkenalan dalam awal bersua. Yang rupanya jua tetangga kelas wiyata kesenian di tempat yang sama.

diluar dingin, kenapa tidak lekas masuk?
ibumu sedari tadi memanggil, loh.

Ah, rupanya kehendak sang teruna dengan melempar bola salju adalah guna mengingatkan sang dara yang masih bergemul dalam dunianya tanpa henti. Semburat dalam durja sang wanodya kian memerah nan perlahan memanas. Ia tak tahu, pipinya memanas karena hawa rasuk udara yang terlampaui dingin atau pair jantungnya akan kelakar sang pemuda yang bak katastrofa.

Lantas sang puan sadrah. Melangkah tungkai memasuki wisma, meninggalkan figur sang teruna dengan sweater senada rona salju yang masih tak henti menggilas kurva dari teras seberang sana.

drrt,

Hyunjin sontak berpindah atensi pada getaran dalam saku celana. Lantas jemarinya sibuk menggulir ragam aplikasi pada gawai. Labium berisinya mengulas senyuman bak sabit tatkala mendapati notifikasi yang memendar afeksi dalam hatinya.

halo Sam aku Sheara.
salam dari Budapest untuk Zermatt.
jangan lupa minum obatmu tepat waktu,
dan pastikan kamu selalu baik-baik saja.

jangan lupa, simpan nomor baruku.
kutunggu balasanmu.

Dapat dipastikan hari ini, sang teruna benar-benar dalam periode kulminasi.

Entah dampak dari percakapan tanpa birama dengan puan di kediaman seberang sana. Atau karena pesan masuk dari sosok yang dikaguminya dalam kebisuan.

 Atau karena pesan masuk dari sosok yang dikaguminya dalam kebisuan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

to be continue,
©blackllunar, 2020.

𝐰𝐡𝐞𝐧 𝐭𝐡𝐞 𝐰𝐞𝐚𝐭𝐡𝐞𝐫 𝐢𝐬 𝐟𝐢𝐧𝐞Where stories live. Discover now