Prolog

17 2 0
                                    

"Uhukkk.."

Pemandangan di sekitar terlihat kacau. Pohon tumbang, mayat manusia berserakan dimana-mana. Aroma darah yang sangat kental menusuk indra penciuman. 

"Apakah ini akhirnya..?"

Atlas mengusap darah di wajahnya dengan tangan gemetaran, namun matanya tetap terpaku pada bagian bawah tubuhnya yang hancur tertimpa pohon yang tumbang.

Ia mengedarkan pandangan matanya ke segala penjuru, teman yang sebelumnya sedang bersamanya untuk mengantarkan persediaan ke medan perang sudah entah dimana. Wajah manusia tampak serupa karena tertutupi oleh darah, bahkan sudah tak bisa dikenali akibat terkena serangan dari musuh.

"Prajurit, serang...!!" 

Terdengar seruan pimpinan musuh untuk menyerang orang yang masih hidup.

Atlas menutup matanya, menikmati momen sisa waktu hidupnya dengan tenang sembari membuka memori lama tentang kehidupannya. Ia mengingat kehidupan masa mudanya, teman-temannya, dan ibunya...

"Ahh, kalau saja aku bisa memutarbalikan waktu, aku pasti akan merubah hidupku menjadi lebih layak untuk dijalani..."

Slash...

Terdengar suara tusukan pedang yang sangat dekat dengan Atlas. Suara tersebut disertai rembesan darah di dada Atlas dan rasa sakit yang terasa luar biasa untuk di tahan.

Tak butuh waktu lama, Atlas pun meninggal dalam keadaan separuh tubuhnya hancur dan dadanya berlubang. Inilah akhir hidup Atlas, seseorang yang gagal dan harus hidup menanggung penderitaan dan beban rasa bersalah terhadap masa lalunya.

Tanpa Atlas ketahui, tanda lahir di lengan kiri bagian atasnya bercahaya.

Atlas the LegendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang