part 4

83 11 2
                                    

Laras dan  aku  sudah ada di ruang tamu. Tadinya, aku tak ingin dia mampir tapi apalah daya jika dia merengek, dan aku sebagai tuan rumah harus menjamu nya.

Bi Hanum datang saat aku memanggilnya untuk membuat minuman. Aku bisa lihat raut keterkejutan nya.

   "Bik, Biru di mana?" Tanya ku saat menyusul bi Hanum ke dapur.

"Non Biru  dan nyonya ada di belakang, Den."

Aku mengusap wajah ku gusar, bagaimana kalau Biru tiba-tiba masuk, ini sungguh di luar dugaanku.

"Ya Allah...bantu hambamu ini."

Do'a terbaik kembali kurapalkan, seolah sedang mendapatkan masalah yang begitu berat. Ya ujian ku saat ini adalah menghadapi Laras.

  Dengan wajah yang berusaha ku atur seramah mungkin akhirnya aku kembali menemui Laras.

"Beib, kamu kemana aja?"

Beib! cih, aku muak mendengar nya.

"Nyari bi Hanum."

"Ngapain?"

"Kan dia lagi buatin kamu minuman, kamu kan ga suka kebanyakan gula dan aku kasih tau dia itu," ujar ku mencari alasan sekenanya.

  Derap langkah seseorang yang datang dari arah pintu belakang membuat jantungku berdegup kencang, aku panik. Bagaimana jika itu Biruku?  Dia Biruku dan aku tak mau dia bertemu Laras.

Dugaanku benar,itu memang Biru. Dengan gamis warna Biru muda dan jilbab pink nya dia berjalan ke dapur.

  Sejenak dia menatapku entah dengan tatapan apa, aku sulit mengartikan nya. Kulihat dia tersenyum pada Laras sebelum masuk ke dapur.

  "Siapa dia? Kenapa aku baru melihat nya." Tanya Laras. Sudah kuduga dia akan bertanya akan hal ini sejak Biru masuk tadi.

"Dia..dia..."

"Dia anak saya, Non. Maaf, dia baru datang dari kampung."

Huh...bi Hanum datang di waktu yang tepat. Hampir saja aku tak bisa menjawabnya.

  "Jadi kalian tinggal bersama di sini?"

"Iya Non, maaf," ujar bi Hanum memelas seperti Laras adalah bos besar nya. Laras menatap ku tajam.

"Kamu...jangan sampe macam-macam ya, Langit. Ingat kamu hanya milikku dan jangan sampai anak pembantu kamu itu memikat kamu," tegasnya.

Ingin sekali aku berteriak bahwa aku memang sudah terpikat cintanya. Tapi, aku sadar ini bukan saatnya.

   Laras menyeruput minuman nya dan buru-buru meletakkan nya.

"Aduh Beib ini pembantu kamu gimana sih, kok asin gini," oekik nya kesal membuatku  melongo.

"Masak sih?" Ku seruput minuman Laras dan aku yakin bi Hanum sengaja melakukan nya. Minuman Laras asin, yang di masukkan tentu saja bukan gula, yah..kalian tau lah.

"Ya udah lah, maafin ya. Tadi kan kau juga yang ganggu di sana," kataku menenangkan, berharap dia segera pergi dari rumah ku.

  "Hey kamu, tolong buatin aku minuman dong!!" teriaknya dan aku langsung menoleh pada seseorang yang dia perintah.

   Dadaku sesak, aku panas. Bagaimana bisa dia meneriaki Biru seperti itu dan meminta nya melakukan hal yang bukan seharusnya dia lakukan.

"Saya?" tanya Biru menatap lembut wajah Laras.

"Biar aku aja," jawabku cepat dan berdiri tapi Laras menahan ku.

"Kamu suruh anak pembantu kamu itu aja, Beib!!"

Bluesky ✔️ (Sudah Terbit)Where stories live. Discover now