Part 8. Tragic Night

3.2K 216 1
                                    

Pagi itu Richard baru sempat memberikan berkas kerjasama untuk di tanda tangani oleh Ratu Emilia. Tak lupa ia membawa surat dan sapu tangan yang diberikan oleh Duke Sean untuk Elaine.

“Richard, kenapa akhir-akhir ini aku tak melihat Duke Sean? Apa kondisinya baik?” tanya Ratu Emillia sambil terus menatap berkas dengan teliti.
“Duke Sean sedikit kurang enak badan, Yang Mulia.” Jawab Richard singkat.

Elaine yang saat itu berdiri di samping kanan Ratu Emillia melirik Richard sekilas lalu kembali menundukkan wajahnya. Tak lama Ratu Emillia memberikan berkas yang telah ia tanda tangani pada Richard.

“Sampaikan salamku pada Duke Sean, semoga ia lekas baik.” Ucap Ratu Emillia sambil tersenyum.
“Akan saya lakukan, Yang Mulia.” Jawab Richard lalu melihat Elaine.
“Nona Elaine, bisakah kita bicara sebentar? Ada yang ingin saya bicarakan.” Tanya Richard pada Elaine. Elaine melihat kearah Ratu Emillia menunggu responnya dan Ratu Emillia mengangguk sambil tersenyum memberi isyarat bahwa Elaine boleh meninggalkannya dan berbicara dengan Richard.
Mendapat respon itu, Elaine mengangguk pada Richard lalu mempersilahkan Richard untuk berjalan terlebih dahulu di depannya. Richard pun berjalan di depan Elaine sambil membawa berkas dan berhenti di sebuah tempat yang cukup jauh dari ruang kerja Ratu Emillia tadi.

“Ini untuk anda, Nona.” Ucap Richard sambil memberi surat dan sapu tangan pada Elaine. Elaine tak langsung menerimanya, ditatapnya Richard dengan tatapan bingung mengisyaratkan kedua benda itu untuk apa?
“Maaf, Tuan Richard. Apa semua itu benar-benar untuk saya?”
“Yah, surat dan sapu tangan ini pemberian dari Duke Sean untukmu.”

Mendengar itu Elaine mengambil surat dan sapu tangan itu perlahan. Di bukanya surat itu lalu dibacanya.

>> Isi Surat<<
Untuk Elaine.
Aku minta maaf untuk kejadian waktu itu.
Aku pun ingin berterimakasih karena kau bersedia merahasiakannya.
Sapu tangan ini hadiah untukmu.
Semoga kau suka.
Sean.

Elaine tersenyum membaca surat itu lalu membungkuk pada Richard.

“Tolong sampaikan terimakasihku untuk Tuan Duke Sean.” Ucap Elaine sopan. Richard mengangguk lalu berlalu meninggalkan Elaine.
Setelah Richard pergi, Elaine kembali melihat sapu tangan yang diberikan Duke Sean padanya. Sapu tangan dengan sulaman bunga anggrek itu kembali membuat Elaine tersenyum. Disimpannya sapu tangan itu lalu ia memilih kembali menemui Ratu Emillia.

Beberapa waktu kemudian, para pelayan istana sibuk mendekorasi seluruh istana. Tak hanya istana, bahkan seluruh daerah Kerajaan Barat dipenuhi keceriaan dan hiasan-hiasan indah di setiap sisinya.
Besok, Ratu Kerajaan Barat akan mengadakan ritual pencampuran darah dengan kekasih hatinya. Wargapun diliputi rasa bahagia akan hal itu. Namun lagi-lagi, Duke Sean yang mungkin satu-satunya orang yang tampak kurang bahagia melihat para pelayan lalu lalang membawa hiasan-hiasan yang akan dipasang di istana.

Rasanya ingin sekali ia pulang ke Kerajaan Selatan agar ia tak perlu melihat cinta pertamanya melakukan ritual itu bersama orang lain. Tapi apalah daya? Selama kerjasama antar kerajaan berlangsung ia tak bisa pulang. Dikutuknya dalam hati Raja Shawn (Raja Kerajaan Selatan yang memberi perintah kerjasama ini) karena telah mengusirnya dengan halus ke Kerajaan Barat. Beberapa kali Duke Sean menghela nafas kasar.


‘Tak ada pilihan lain selain merelakannya.’ Ucapnya dalam hati. Miris memang ketika kita harus merelakan seseorang apalagi cinta pertama kita bersama orang lain. Tapi mau bagaimana lagi? Nasib telah menyiratkan dan ia hanya bisa menjalaninya.

Elaine tanpa sengaja melihat Duke Sean yang berdiri sambil menyandarkan tubuhnya di tiang tembok istana. Wajah sendu yang sudah ditebaknya ia sedang sedih itu tak memudarkan ketampanannya. Elaine berniat menghampiri Duke sean untuk sekedar menyapa namun panggilan Ratu Emillia menyurutkan niatnya itu lalu iapun menghampiri Ratu Emillia yang saat itu sibuk memilih tiara mana yang akan ia gunakan besok.

Malamnya Elaine berjalan sekedar ingin berkeliling istana dan langkahnya terhenti di sebuah ruang kamar. Disentuhnya pintu kayu kamar itu perlahan dan pintu yang memang sepertinya tak tertutup rapat itu sedikit terbuka.

‘Tidak dikunci?’ tanya Elaine dalam hati lalu mencoba untuk mengintip kedalam kamar itu. Bau minuman keras menyeruak tajam hingga membuat Elaine kurang nyaman.

“Elaine?!” panggil seseorang yang berhasil membuat Elaine terhentak kaget. Iapun mundur dan menunduk saat tahu kalau Richard lah yang memanggilnya.

“Kenapa kau disini? Tuan sedang…- kau pasti tahu kalau dia sedang terpuruk.” Lanjut Richard dengan suara pelan.

“Saya tahu Tuan Duke sangat terpuruk. Tapi tak ada yang bisa siapapun lakukan untuknya saat ini.” Jawab Elaine sambil menoleh ke arah pintu kamar Duke Sean.

Tak lama terdengar suara orang terjatuh dari dalam kamar Duke Sean yang membuat Richard serta Elaine masuk ke kamar itu. Nampak Duke Sean tengah terduduk di lantai dengan nafas terengah-engah. Richard dengan reflek memapah Duke Sean dan mendudukkan Duke Sean di kasurnya.

“Ratu Emillia, kenapa kita tak bertemu lebih dulu? Kenapa aku harus mencintaimu?” Racau Duke Sean. Mendengar racauan Duke Sean, Elaine langsung menutup pintu agar tak ada yang mendengarnya.

“Tenangkan dirimu, Tuan. Jangan berlarut-larut begini.” Ucap Richard.
“Kau tak mengerti. Lagi pula kau harus pergi kan? Kenapa masih disini? Pergilah Richard!” tukas Duke Sean sambil mendorong tubuh Richard pelan karna efek minuman keras.

“Aku tidak bisa pergi jika kau seperti ini, Tuan.”

“Kubilang pergi! Kau juga harus menemui kekasihmu kan? Pergilah aku tak ingin di ganggu!” Usir Duke Sean sambil berteriak.

Memang seharusnya hari ini Richard harus pergi menemui kekasihnya untuk mengantarkan gaun dan menjemputnya untuk hadir ke pesta ritual pencampuran darah antara Ratu Emillia dan Pangeran Harold besok siang. Ia telah berjanji akan menemui dan memberikan gaun serta berangkat bersama dengan kekasihnya besok bersama-sama. Richard langsung berdiri dan berjalan menuju Elaine yang saat itu hanya berdiri diam melihat Richard dan Duke Sean bicara.

“Elaine, aku tak tahu lagi harus bagaimana. Bisakah kau untuk tetap disini sampai Duke Sean tertidur? Aku takut dia muntah atau butuh sesuatu. Aku tak bisa meminta pelayan lain menjaganya karena dia akan meracau tentang cintanya pada Ratu Emilia.” Pinta Richard pada Elaine. Elaine mengangguk ragu akan permintaan Richard. Richard yang melihat anggukan Elaine langsung pamit dan keluar dari kamar itu.

Tinggallah Duke Sean dan Elaine berdua di kamar. Duke Sean terus meracau dan Elaine tetap berdiri diam di tempatnya. Karena lelah berdiri iapun memilih duduk di salah satu kursi di meja kerja Duke Sean.
Ucapan Richard benar. Sekitar 2 jam duduk dan hampir tertidur, Duke Sean mengeluarkan isi perutnya dan dengan cepat Elaine menghampirinya dengan membawa sebaki air untuk membersihkan muntahan Duke Sean. Tak lupa Elaine memberikan segelas air hangat untuk Duke Sean minum setelah itu Elaine melanjutkan membersihkan lantai.

Duke Sean melihat kearah Elaine yang membersihkan lantai. Pandangannya kabur lalu dipegangnya tangan Elaine.

“Elaine, kenapa Ratu lebih memilih Pangeran itu? Apakah aku kurang tampan? Apakah aku tidak cukup sempurna untuk Ratu?” racau Duke Sean lagi.

“Saya tak dapat menjawab pertanyaan anda tuan.” Elaine berdiri setelah selesai membersihkan lantai. Duke Sean tak mendengar jelas respon Elaine. Kembali Duke Sean menatap Elaine namun yang saat itu terlihat bukanlah wajah Elaine, tetapi wajah Ratu Emillia. Ditariknya Elaine hingga terbaring di kasur lalu Duke Sean yang saat itu masih dibawah pengaruh minuman keras mulai melakukan hal yang tak diinginkan pada Elaine.

“T-tuan Duke! Lepaskan aku!” berontak Elaine dengan sekuat tenaga tapi Duke Sean yang kala itu sedang kalap apalagi yang nampak di pandangannya bukanlah Elaine melainkan Ratu Emillia terus melakukannya. Elaine menangis sendu bukan hanya karna ia disetubuhi dengan paksa, namun juga karna saat itu Duke Sean beberapa kali memanggilnya dengan nama Ratu Emillia hingga tak lama Elaine mulai tak sadarkan diri.

Duke's Baby Where stories live. Discover now