part 17. Arhen's Choice

3.6K 209 2
                                    

Masih di toko tempat Elaine membeli selimut, Duke Sean dan Arhen memilih untuk menunggu Elaine di ruang tungu khusus yang biasa dipakai bangsawan lain untuk istirahat saat menunggu pesanan mereka selesai. Suasana ruang tunggu tampak suram karena kedua pria yang duduk saling berhadapan itu saling menatap tajam dan menyelidik. Duke Sean sudah tahu tentang Arhen dan apa hubungan antara Arhen dengan Elaine. Sedangkan Arhen yang tidak tahu siapa pria di depannya dan mengapa ia menatapnya tajam malah membalas tatapan pria di depannya itu dengan tatapan menyelidik dan senyum yang ia paksakan.

Tatapan sengit keduanya membuat pelayan yang ditugaskan melayani pria-pria itu berkeringat dingin dan berharap kalau situasinya saat ini segera berakhir.

"Sepertinya anda seorang bangsawan dari kerajaan lain, ya? Tapi kenapa anda sampai repot-repot mengantar Elaine yang seorang pelayan?" tanya Arhen membuka percakapan.

"Bukan urusanmu." Jawab Duke Sean singkat. Ia tak berniat sedikitpun untuk ramah pada lawan bicaranya itu. Matanya terpejam sambil menjawab begitu pertanda ia tak tertarik untuk sekedar bercakap-cakap dengan Arhen.

"Benar juga. Kalau anda melakukan ini karena terpaksa, anda bisa meninggalkan Elaine disini dan saya yang akan-" ucapan Arhen terpotong.

"Tidak perlu. Kau saja yang pergi karena sepertinya kau orang yang sangat sibuk. Dan tak baik untukmu untuk mengantar Elaine pulang keistana sedangkan kau sudah dirumorkan memiliki hubungan dengan putri seorang Earl." Terang Duke Sean.

Mendengar itu Arhen menahan rasa marahnya dengan masih memaksakan bibirnya untuk tersenyum. Duke Sean yang menyeringai saat melihat Arhen yang menahan amarahnya karena tak bisa menjawab perkataannya barusan. Sedangkan pelayan yang masih berdiri di samping pintu merasa semakin tersiksa dan ingin segera keluar dari tempat kedua pria itu berada.

Tak lama Elaine masuk ke ruang istirahat lalu menghampiri kedua pria itu. Melihat Elaine masuk, kedua pria yang tadinya saling menatap sengit langsung berdiri melihat ke arah wanita pelayan itu. Masing-masing dari mereka tersenyum dan menghampiri Elaine.

"Apakah urusanmu sudah selesai, Elaine?" tanya Arhen pada Elaine.

"Ya, Tuan. Urusan saya sudah selesai dan saya ingin langsung kembali ke istana." Jawab Elaine.

"Kalau begitu ayo kita cepat pergi. Udara akan semakin panas jika kita terlalu lama disini." Ucap Duke Sean sambil memegang tangan Elaine.

"Kalau begitu sampai jumpa lagi, Elaine."ucap Arhen ramah. Ia menyerah untuk mengantar Elaine pulang karena tugasnya mempersiapkan segala persediaan musim dingin belum selesai.

Elaine hanya tersenyum dan mengangguk pada Arhen karena tangannya sudah ditarik sebelum ia menjawab salam dari Arhen. Elaine melihat kearah Duke Sean yang membantunya naik ke kereta kuda. Ia masih bingung bagaimana Duke Sean merasa panas di cuaca yang dingin seperti ini. Tapi ya sudahlah, Elaine tidak ingin bertanya dan berkata apapun karena sedikit merasa lelah. Rasa kantuknya menyerang dan Elaine mulai memejamkan mata selama perjalanan menuju istana.

Tak berapa lama, Duke Sean sedikit menepuk pipi Elaine dengan pelan agar Elaine bangun. Perlahan manik mata Elaine terbuka dan betapa terkejutnya Elaine saat sadar ia tertidur di bahu Duke Sean. Elaine segera bergerak menjauh sedikit dari tempat ia tertidur tadi. Wajahnya panik dan ia berkeringat dingin karena takut pria itu marah. Ditambah ia bingung sejak kapan pria itu pindah kesampingnya padahal saat berangkat tadi jelas-jelas pria itu masih duduk di depannya.

"Tidak apa-apa. Aku sengaja pindah karena tidak mau kau terantuk sesuatu selama tertidur." Ucap Duke Sean seakan mengerti kepanikan Elaine. Elaine yang mendengar hal itu menghela nafas lega.

Kemudian keduanya turun dari kereta kuda dan Duke Sean mengantar Elaine menuju kamarnya untuk beristirahat.

"Kau istirahat saja. Biar aku yang beri tahu Yang Mulia Ratu kalau kau sudah melakukan tugasmu. Beliau pasti mengerti."

Elaine mengangguk setuju sambil tersenyum dan hendak mengucapkan terimakasih, namun ia tersentak kaget saat melihat sesuatu di mantel Duke Sean. Elaine ingin memungkiri apa yang ada di pikirannya tapi semakin dilihat ia malah semakin yakin kalau itu bekas "PETA" yang ia buat selama ia tertidur. Seketika Elaine berkeringat dingin dan berharap Duke Sean tak menyadari "bekas" itu di mantelnya.

"U-Um.. Yah... Terimakasih karena sudah mengantar saya. Saya akan segera istirahat." Ucap Elaine dengan keringat dingin memenuhi keningnya dan senyum yang dipaksakan.

Melihat Duke Sean pergi, Elaine segera masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu. Ia merasa jantungnya berdebar kencang karena peristiwa hari itu. Ia masih berharap kalau Duke Sean tidak menyadarinya hingga mantel itu di bersihkan.

Keesokan harinya, semua pelayan istana sibuk karena semua barang yang di pesan telah tiba. Banyak pelayan yang bolak balik sambil membawa barang-barang ke gudang masing-masing. Ratu Emillia dan Raja Harold melihat kegiatan pelayan di istana dari balkon kamar mereka.

"Suamiku, kapan kebijakan baru tentang pemberian gelar pada Elaine bisa diberikan?" Tanya Ratu Emillia pada Raja Harold.

"Segera, istriku. Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun dan fokus saja pada kehamilanmu." Jawab Raja Harold sambil memeluk pinggang istrinya sambil mengelus perutnya.

"Aku tidak sabar untuk memberi hadiah gelar itu untuk Elaine. Bukan hanya Elaine yang setia menemaniku, tapi ibunya pun merawatku dengan sangat baik."

"Aku pun tak sabar untuk meresmikan Elaine menjadi bangsawan. Tapi butuh waktu lama karena urusan kerajaan bukan hanya meresmikan kebijakan baru tersebut. Buktinya beberapa waktu ini kita sudah sibuk dengan urusan persiapan musim semi. Sabarlah, mungkin kebijakan itu bisa di terapkan setelah Elaine melahirkan."

"Benar juga sih. Bagaimanapun juga urusan kerajaan harus didahulukan."

Setelah pembicaraan itu, Raja Harold meminta istrinya untuk istirahat dan raja pun kembali melakukan tugasnya.

##kediaman Marquess Dalton

Siang itu di kediaman Marquess Dalton, Arhen nampak berdiri di depan meja kerja sang kepala keluarga. Marquess Dalton sengaja memanggil Arhen ke ruang kerjanya untuk menanyai sesuatu pada Arhen. Arhen sendiri sebenarnya merasa tidak nyaman untuk bertemu sang ayah karena memang tidak dekat dengannya.

"Kau akan bertunangan dengan putri Earl Yohanes dua minggu lagi." Ujar Marquess Dalton tanpa basa basi.

Arhen terkejut akan ucapan ayahnya itu. Ia tidak ingin bertunangan dengan wanita yang tidak ia cintai. Sebelumnya Marquess tidak pernah memikirkan dengan siapa dia akan berhubungan, tapi kenapa tiba-tiba ia akan menjodohkannya dengan putri Earl Yohanes? Arhen memilih tak menjawab karena masih merasa terkejut.

"Bisnis pertambangan keluarga Yohanes sangat besar dan dengan menikahkanmu dengan putrinya, itu akan menjadi keuntungan bagi keluarga kita dan menikahkanmu dengan putri Earl lebih baik dari pada melihatmu dekat dengan pelayan itu." Lanjut pria paruh baya itu.

"Tapi, ayah! Sebelumnya ayah tidak perduli kan tentang kehidupanku. Jadi kenapa sekarang ayah mencampuri hubunganku dengan Elaine?" tegas Arhen dengan nada yang sedikit ditinggikan.

"Aku memang tidak perduli. Tapi bukan berarti aku akan membiarkanmu mencoreng nama baik keluarga kita. Berhubungan dengan pelayan yang bahkan hamil dari pria yang tidak diketahui identitasnya itu merupakan aib terbesar bagi keluarga bangsawan seperti kita." Jawab pria itu lagi.

"Kau tahu kan aku tak pernah mau mendengar jawaban TIDAK? Apalagi dari kau yang hanya anak diluar nikah." Tegas Marquess Dalton lalu keluar dari ruangannya.

Arhen mengepalkan tangannya erat pertanda ia menahan amarah. Ia tak habis pikir ayahnya yang bahkan tak pernah menoleh saat ia menyapanya sampai melakukan hal ini padanya. Ia lebih memilih menjadi anak yang tak dipedulikan seperti biasanya dari pada harus menuruti keputusan sepihak ayahnya itu. Apa yang harus ia lakukan? Apakah ia akan menuruti keputusan itu atau tetap bersama Elaine dan diusir dari keluarga Dalton?

To be continued~

Duke's Baby Where stories live. Discover now