- 12. Kenyataan Dan Pilihan -

113 2 0
                                    

"Nggak mau. Lestari bukan barang yang bisa dipindahin ke sana ke sini, Pak," ujar Lestari setengah berteriak kepada Darmo.

Setelah empat hari berlalu, akhirnya Darmo menceritakan semua tentang yang terjadi pada masa lalu dan rencana orang tua kandung Lestari yang berniat untuk menjemputnya. Lestari tentu saja tidak dapat mempercayai semua cerita itu karena sangat mustahil terjadi. Seumur hidupnya yang dia tahu adalah ibu kandungnya pergi dan Darmo adalah ayah kandungnya. Sekarang keadaan menjadi sangat berbeda. Rahasia masa lalu membuat hidupnya seketika berubah. Kenyataan bahwa Lestari bukanlah anak kandung Darmo dan kedua orang tua kandungnya masih hidup bahkan telah menikah, benar-benar membuat Lestari sangat merana. Dia tidak sanggup menerima semua kenyataan tentang dirinya dan merasa seumur hidupnya dia hidup dalam kebohongan.

"Tapi dia ibu dan bapak kandungmu, Nduk. Mereka menyayangimu," balas Darmo yang mencoba menenangkan Lestari yang berjalan mondar mandir seperti orang yang bingung.

"Bukan! Lestari cuman punya bapak. Bapak yang selama ini merawat dan membesarkan Lestari. Aku nggak punya ibu dan bapak lain. Dan dia nggak pantas disebut ibu. Dia meninggalkan kita. Dia meninggalkan Lestari," tangis Lestari makin pecah.

Darmo menghampiri Lestari, kemudian memeluknya. Pria itu dapat merasakan detak jantung dan napas Lestari yang cepat tidak beraturan.

"Maafkan kami, Nduk," bisik Darmo.

Lestari masih terus menangis. Kepalanya terasa sangat berat dan sulit untuk bernapas sehingga membuatnya sesak. Lestari kemudian mendorong tubuh Darmo menjauh.

"Kenapa semua ini harus terjadi kepada Lestari, Pak? Dari dulu sampai sekarang hidupku selalu seperti ini," Lestari menghapus air mata yang membanjiri wajahnya, "Lestari kira bapak yang selama ini bisa melindungi Lestari, tapi ternyata salah. Bapak tega membohongiku!" Lestari berteriak dan memberontak saat Darmo hendak memeluknya lagi.

Pelan-pelan Darmo mulai bisa menenangkan sang putri, meskipun dia tahu bahwa pikiran dan perasaan Lestari masih sangat kacau. Darmo sadar tidak mudah menerima kenyataan yang begitu besar sehingga dia memberikan waktu untuk Lestari agar bisa lebih tenang dan mampu berpikir jernih.

Darmo terus memeluk Lestari sambil mengelus lembut rambut panjang sang putri. Pada waktu bersamaan di kepalanya terjadi kilas balik kejadian tujuh belas tahun lalu yang telah mengubah hidupnya. Saat itu, Darmo masih kuliah di salah satu universitas negeri di Solo. Bima adalah sahabatnya kala itu dan Wening adalah kekasih Bima.

Suatu hari, Darmo tidak sengaja memergoki Bima dan Wening berdebat di kampus. Ternyata saat itu mereka sedang bertengkar. Wening meminta pertanggungjawaban Bima karena dirinya hamil, tetapi Bima dengan tidak berperasaan malah tidak mengakuinya dan bahkan menuduh Wening telah meniduri lelaki lain.

Darmo yang mengintip dari balik sudut tembok kampus, tidak berani mendekat, hanya terus menguping.

Darmo ingat malam harinya, Wening datang ke kosnya dan meminta bantuannya supaya membujuk Bima agar mau menikahinya. Bima sebenarnya adalah lelaki yang baik di mata Darmo sebagai sahabat, hanya saja dia sering bergonta-ganti pasangan. Wajahnya memang tampan, perempuan mana pun pasti akan tertarik kepadanya.

Dalam keadaan menangis, Wening memohon bantuan kepada Darmo, "Aku tahu kamu sahabatnya Bima, tolonglah aku. Tolong bujuk Bima. Kalau Bima tidak mau bertanggung jawab dengan menikahiku, aku akan diusir oleh orang tuaku. Aku tidak punya siapa-siapa lagi. Kumohon tolong aku."

Sebenarnya Darmo tidak ingin mencampuri urusan sahabatnya, hanya saja dia kemudian merasa sangat iba kepada Wening yang tidak berhenti menangis. Keesokan harinya, Darmo berbicara empat mata dengan Bima dan meminta agar dia bertanggung jawab atas perbuatannya. Bima tentu saja menolak mentah-mentah sampai keduanya beradu mulut. Entah bagaimana semuanya bermula, Darmo dan Bima kemudian terlibat perkelahian dan lagi-lagi Bima menegaskan tidak akan pernah menikahi dan mengakui janin dalam kandungan Wening.

Lestari [TAMAT~> terbit eBook]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang