1. ((🤬))

99 14 1
                                    

"mereka hanya penasaran dengan masalahmu. Namun, Tidak ada yang mau membantumu keluar dari masalah itu."





"Hong Jisun, Moon Jinhae, Hwang Justin, dan...Jeon Juna. Kalian tahu apa kesalahan kalian?" Tanya bu Sekyung, selaku guru konseling mereka.

Hong Jisun diam sembari memasang wajah sangarnya. Moon Jinhae menunduk, sedangkan Hwang Justin duduk santai sembari memainkan kuku-kukunya yang kemarin baru saja diberi cat oleh adiknya.

Jeon Juna, laki-laki itu hanya memasang wajah datar nya, tatapannya tajam nan menusuk, dengan kedua tangan dilipat di depan dada.

Kim Chaeri, gadis itu menunduk. Setelah kejadian tadi di Rooftop, Chaeri gugup dan takut. Apalagi ketika pak Mino —guru olahraga— yang memergoki mereka, ralat! Kejadian dimana Chaeri yang tiba-tiba berciuman dengan Jeon Juna.

"JAWAB! JANGAN DIAM SAJA!" bentakan bu Sekyung menggema di ruangan tersebut. Chaeri dan Jinhae semakin menundukkan kepala mereka.

Meskipun Jinhae petakilan, nakal, bobrok atau semacamnya. Ia tak akan membiarkan orang tuanya tahu, apalagi Ayahnya. Pasti beliau sangat kecewa melihat anak semata wayangnya seperti itu.

Jinhae tidak ingin Ayahnya sedih. Ayahnya lah yang paling berharga, bahkan melebihi kasih sayangnya kepada Ibunya. Jinhae sangat-sangat menyayangi Ayahnya, Moon Taeil.

"Maaf, yah... Maaf.."

Jinhae berulang kali meminta maaf di dalam hatinya. Sungguh, ia berharap semoga guru di depannya ini tidak memberitahu orang tua mereka.

Bu Sekyung menggeram marah, "kalau kalian tidak mau bicara—! Ibu terpaksa harus memberitahu orang tua kalian!" Ancam beliau.

Jinhae membulatkan matanya, tidak. Ayahnya tidak boleh tahu.

"Bu! Saya minta maaf. Saya minta maaf atas kesalahan kami. Maaf bu, sumpah! Kami tidak melakukan aneh-aneh kepada Chaeri bu!" Ujar Jinhae. Lelaki itu diam-diam mengepalkan kedua tangannya sembari menahan sebulir air mata yang sejak tadi mendesak keluar.

Bu Sekyung menatap datar Jinhae, "permintaan maaf saja tidak cukup, Moon Jinhae. Kalian harus dihukum! Bersihkan lapangan basket, semuanya!" Perintahnya.

Jinhae menghela nafasnya lega. Untung saja guru itu tidak memberitahu para orang tua, jika iya...gawat.

"Tapi....ibu akan tetap memberitahu orang tua kalian! Orang tua kalian harus tahu apa yang dilakukan anak mereka disekolah!" Lanjut bu Sekyung. Jinhae tercekat.

"Bu, saya mohon....jangan..." Ujar Jinhae dengan suara parau, lelaki itu dengan mudahnya berlutut di depan meja milik Lee Sekyung si Fierce teacher.

Seisi ruangan terkejut dengan apa yang diperbuat oleh putra Moon Taeil itu. Justin dan Jisun mengumpati nama Jinhae dengan berbagai jenis makian. Sedangkan Juna dan Chaerin, keduanya menatap sendu Jinhae yang tengah menitikkan air matanya.

"Bangun, Moon Jinhae! Meskipun kamu berlutut hingga besok, ibu akan tetap memberitahu orang tua kalian!"

Moon Jinhae tak bergeming. Dia masih
bertahan di posisinya saat ini, meskipun ia tidak rela—tapi ini semua demi Ayahnya. Jangan sampai Ayah kecewa!

Bu Sekyung tanpa rasa kasihan pergi berlalu begitu saja meninggalkan Jinhae yang masih berlutut di depan meja miliknya.

Juna menatap geram kepergian Bu Sekyung. "Tega sekali iblis itu!" Batinnya. Dia mendekat ke arah Jinhae lalu ikut duduk disebelahnya.

"Bangun. Jangan biarin harga diri lo terinjak cuma gara-gara kejahilan lo sendiri." Ujar Juna datar.

Jinhae paham apa yang dimaksud Juna dengan 'kejahilan lo sendiri' ini adalah salahnya. Memang salahnya, seandainya ia dan Jisun tidak mendorong Juna....maka...ini semua tak akan terjadi.

Dan, Jinhae menyesal.

Triiinggggg~~~

Bel istirahat berbunyi nyaring, hingga cacing-cacing di perut Justin ikut bergoyang tanda lapar.


BRAK!

"JUNA OPPA!!!"





—Tibisi—

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dandelion (sequel of Daddy) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang