1: Diam-Diam Menghanyutkan

11 1 0
                                    

Matcha Mikaela Meira.

Cewek yang kini telah menginjak usia 17 tahun itu tampak sibuk meminum segelas susu putihnya dengan khidmat.

Ditenggaknya hingga tersisa setengah lalu menggigit setangkup roti yang dibaluri susu kental manis, bukan selai. Thats her favorite breakfast.

"Matcha Sayang, makannya hati-hati astaga. Itu susunya tumpah-tumpah kena seragam kamu, Nak," tegur Buna Matcha.

Matcha nyengir lalu melap mulutnya dengan lengan seragam yang membuat Bunanya semakin melotot. "Eh iya, lupa ada tissue, hehe. Gini, loh, Bun. 'Kan, ini bentuk roti ini nih kotak, tuh liat, 'kan?" Matcha menyodorkan rotinya yang tersisa setengah. "Trus Matcha kasih susu kental manisnya segunung, trus Matcha lapisin lagi pake roti di atasnya. Trus pas Matcha makan ternyata tumpah-tumpah karena rotinya ada bolong-bolongnya. Coba Buna liat, tuh."

"Hilih, alasan aja tu, Buna," celetuk Moca, kakak cowok Matcha.

Cino kakak cowok kedua Matcha yang baru saja duduk di kursi membalas. "Ning nung ning nung netizen berkomentar."

"Diam. Kamu tu sama aja," cetus Caramel, Kakak Cewek ketiga Matcha.

Buna menghela nafas. "Anak siapa sih yaa Allah, empat orang serasa udah kayak selusin."

"Anak Ayah, lah," sahut Ayah Matcha sambil menyenggol kaki Matcha di bawah meja makan.

Matcha menggeser kakinya lalu mendelik sinis. "Masa?"

"Atcha gaboleh gitu," tegur Buka yang tak Matcha indahkan.

"Memang Atcha, kasar banget ama Ayah," kompor Moca.

"Ca gausah ngompor-ngompor, deh," kesal Caramel.

"Cara, Kakaknya mana? Moca, Moca, ama orang lain pake Kakak. Kak Eza, Kak Adit. Kakak sendiri nggak dipanggil gitu." Buna balik mengomeli Caramel.

Moca terkikik jahat sedangkan Cino menyibukkan diri dengan rotinya untuk menahan tawa.

"Senang mereka kita kena omel," desis Caramel nyaring yang di balas ejekan oleh Moca.

Matcha sendiri yang tadinya sarapan dengan semangat kini tampak bad mood. Dia, tak suka dengan Ayahnya. Bukan, Ayahnya bukanlah Ayah tiri atau bagaimana. Matcha hanya, punya alasan tersendiri mengapa ia sangat sensitif jika sudah ada sangkut paut dengan Ayah kandungnya itu.

* * * * *

"ASSALAMUALAIKUM MOSHI-MOSHI YEOREUBUUUN!"

"Ecopot kucing kejepit tsunami! MATCHAAA! Astaghfirullahaladzim lo itu berdosa banget, heh!"

"Waalaikumussalam, kebiasaan emang si Teh," sambut teman kelasnya.

Matcha nyengir lalu duduk di kursi samping cewek yang latah tadi. "Loh astaghfirullah gitu aja ngambek."

"Giti iji ngimbik." Lyora balas ngejek. "Heh laknat, lo tau kan kita dua sama-sama kagetan ini malah elo dateng-dateng dengan kaga ada akhlaknye ngagetin tuh maksudnye apa, hah?!"

"Iya, iya, maaf, Nyai. Nggak lagi Matcha kagetin." Matcha menyimpan tasnya lalu memeluk sebelah lengan Lyora. "Ada berita apa kemaren pas Matcha gak masuk?"

Iya, Matcha kemaren ijin tidak sekolah dengan alasan sakit. Padahal dia cuma malas sekolah karena ada anime yang belum selesai di tonton. Tapi karena Matcha terkenal karena sifat polos dan lurusnya, maka para guru percaya.

Lyora mengernyit sebentar untuk mengingat lalu tersenyum lebar, seketika melupakan kekesalannya. "Masa ya, satu sekolah gempar kemaren gegara Geon! Setelah berkardus-kardus masker abis buat nutupin wajah tampannya yang membahana itu akhirnya skarang udah lenyap! Bayangin! Biasanya doi slalu pake masker, 'kan? Kemaren?! Astajim dia itu berdosa banget bikin anak perawan jejeritan!"

Cause Demo, I Meet You!Where stories live. Discover now