The Answer

216 46 8
                                    








Semenjak hari dimana aku berangkat bersama Hitomi, sekarang aku jadi ingin terus berangkat bersama gadis menggemaskan ini.

Dan hari ini pun aku berangkat bersamanya, banyak sekali tatapan antusias dilayangkan pada kami saat aku dan Hitomi sampai di sekolah.

Kami tengah berjalan dikoridor, dan dari arah yang berlawanan aku melihat kembaranku berjalan menghampiri kami. Ah, perasaanku mulai tidak enak.

"Good morning kalian berdua." Sapanya, dia menatapku jahil.

"Uwuww... jadi ini dia gadis yang selalu kau ceritakan Chaewon-ah? Dia memang menggemaskan, persis seperti yang kau ceritakan." Tuh kan, sudah ku duga.

Sungguh, aku menyesal telah banyak bercerita pada manusia satu ini. aku menatapnya tajam agar behenti bicara, tapi Felix malah tersenyum sangat lebar kepadaku.

"Hey, calmdown Chae. Eumm... Hitomi-ya apa adik ku ini sering menyusahkan mu? Jika iya, tampar saja dia, jangan segan-segan." 

Kan, suka ngelantur dia kalo ngomong, karena tanganku sudah gatal, akhirnya aku pun memukul belakang kepalanya. Masa bodo dibilang tidak sopan, toh kami hanya berbeda dua menit saja.

"Berhentilah bertingkah Felix-ya. Ingat kau ini masih murid baru." Dasar, suka banyak tingkah memang dia.

"Hahaha... okey aku akan diam. Tapi jangan lupakan ucapanku tadi ya Hitomi-ya." Dia menatap Hitomi dan tanpa permisi dia mengusap puncak kepala gadisku.

'Hey! Kau sangat tidak sopan Felix Kim' makiku dalam hati.

Setelah itu dia melambaikan tangan kepada Hitomi, "Bye Hitomi-ya~"

"Hiraukan saja ucapan manusia itu ya Hii-chan." Gadis menggemaskan ini hanya tersenyum tipis dan mengangguk.


Ah, bisakah dia menjadi milikku sekarang juga?


"Good girl." Aku mencubit gemas kedua pipi tembamnya.

"Aaa... seonbae lepaskan~"

"Hahaha... gomen, gomen." Aku melepaskan cubitanku, lalu mengusap halus kedua pipinya. Aku rasa tadi aku terlalu gemas.

"Apa itu sakit?" pertanyaanku mendapatkan gelengan kepala sebagai jawaban.

"Syukurlah, kajja kita ke kelas."








.

.

.








Sebentar lagi bel istirahat berbunyi, dan aku sibuk menatap layar ponselku yang menampiklan chat room yang masih kosong.

Saat ini aku hendak mengirim pesan pada Hitomi. Kalian jangan bertanya aku mendapatkan nomor ponselnya dari siapa—tentu saja dari Yuri, setelah aku mengiming-iminginya dengan traktiran selama seminggu penuh.

Dan dengan seadanya aku mengirimkan pesan kepada Hitomi.


Me:

Hey~ aku tunggu di rooftop

Aku membawa bekal banyak, ayo kita makan bersama

Ah ya! Ini aku, Kim Chaewon


Aku tersenyum tipis kala dia langsung membaca pesanku. Tak perlu menunggu balasan, karena aku sangat yakin Hitomi akan kesini.

Lantas aku pun duduk diatas tikar, menunggu kedatangan gadis menggemaskan itu. Sudah aku sediakan dua kotak makan—ya jelas untukku dan Hitomi.

Lima menit kemudian gadis berdarah Jepang itu sampai, aku tersenyum melihat kehadirannya.

"Ah, kemarilah Hii-chan." Aku menepuk tempat disebelahku.

Hitomi duduk disampingku, dan aku menyodorkan salah satu kotak makan kepadanya.

"Terimakasih Seonbae."

"Ne, makannya habiskan ya." Sebelum menyantap makananku, aku sempatkan untuk mengusap puncak kepalanya.


Ah, sepertinya ini sudah menjadi kebiasaanku yang baru.


Disela makan, sesekali aku bercerita. Baru kali ini aku bisa bercerita banyak kepada orang lain selain kembaranku dan para sahabatku.

Dalam hati aku merasa senang bisa membuat Hitomi tertawa dengan cerita-cerita konyolku saat bersama Felix.

Hening cukup lama setelah kami menghabiskan makanan kami. Dan entah kenapa aku bercelut, "Eum... Hii-chan, apa kau percaya dengan keberadaan cinta?"

Tatapan kami bertemu, aku menatap manik berbinar itu dalam. Aku mencari sesuatu didalam sana, entah apa yang aku cari.

"Eum... entahlah, menurutku cinta itu tidak perlu dipertanyakan keberadaanya. Kita hanya perlu merasakan itu, tak perlu memikirkan bagaimana dia datang, bagaimana dia bisa ada, mengapa harus menghampirimu—" dia membenarkan posisi duduknya, Hitomi menatap awan diatas sana.

"Kamu tau seonbae, cinta itu layaknya sebuah reaksi alamiah yang hati tunjukan jika ia telah merasakan sebuah kenyamanan." Dia tersenyum sangat tulus kepadaku.

Dan perlahan aku pun ikut tersenyum kepadanya. Sekarang aku tau apa yang aku cari didalam sana—netra jernih gadis ini.

"Ah~ terimakasih Hii-chan." Entah dorongan dan keberanian darimana, aku mencium kedua pipi tembamnya bergantian.

Dia membulatkan kedua matanya, menatapku tidak percaya. Menggemaskan sekali ekspresinya><

Aku terkekeh kecil saat dia dengan refleks memegang dadanya, aku yakin jika Hitomi sangat terkejut dengan perlakuanku barusan.


Maaf Hii-chan, kamu terlalu menggemaskan


"Hii-chan? Are you okay?" aku bertanya seakan tidak terjadi apa-apa sebelumnya.

Dia menggeleng, tapi aku tau jika Hitomi pasti meruntukiku karena dengan polosnya bertanya seperti itu. Aku bangkit dari tempatku dan meraih tangannya.

"Ayo turun, sebentar lagi bell berbunyi." Aku menariknya pelan, membantu Hitomi berdiri lalu meninggalkan dia disana yang masih termenung setelah aku membantunya berdiri.


Maaf aku meninggalkanmu sendiri. Jika aku tetap disana, aku takut bertindak lebih jauh.


Feeling's ||Ssambbang||✔Where stories live. Discover now