tiga belas

122 19 13
                                    

Kirino cuma ingin menjernihkan pikirannya karena otaknya terasa seperti dikuras habis. Ia cuma ingin bersenang-senang sebentar, bukannya malah jadi kesal tidak jelas begini karena melihat Dania.

Atau lebih tepatnya, Dania bersama pacarnya.

Kirino menghela napas panjang, melempar bola basket ke ring—dan gagal. Ia berdecak, tanpa sadar bayangan Dania dan pacarnya yang memasuki bilik photobox kembali muncul di depan matanya.

"Move on, nyet," Ia memaki dirinya sendiri, pergi dari arkade dan memilih ke toko buku.

Kirino merasa pilihannya ke toko buku hari itu salah karena saat melihat salah satu novel, ia jadi teringat akan Dania.

"Lo coba deh baca ini," Dania pernah bilang begitu seraya memegang buku yang dimaksud. Kirino mengangguk, membaca sekilas bagian belakang buku dan kemudian menaruhnya kembali di rak.

"Gampang, deh. List bacaan gue masih banyak,"

Kirino menghela napas, mengambil novel yang pernah direkomendasikan Dania itu dan membawanya ke kasir.

Setelah membayar, ia bergegas keluar toko buku. Matanya mengerjap saat berpapasan dengan Dania bersama pacarnya. Mereka berbagi senyum canggung, berhenti untuk saling menyapa.

"Aku boleh ngobrol sama Ino bentar, nggak?" Kirino bisa mendengar Dania bertanya pada pacarnya itu, kemudian Dania menatap Kirino setelah ia ditinggalkan berdua saja. Mereka sedikit bergeser menjauh dari pintu toko buku, berdiri bersebelahan melihat mal yang ramai, yang sama juga ramainya dengan isi kepala keduanya.

"Gimana kabar lo?" Kirino bertanya perlahan, sekaligus memaki diri sendiri. Lo sekelas sama dia, lo tau kabarnya gimana, Kirino.

"Gue baik. Lo gimana?"

Kirino mengangguk, tersenyum. "Baik banget. Gue kemaren sempet custom stiker kucing gue, liat deh," Kirino mengeluarkan ponsel dan menunjukkan case ponselnya yang ditempeli stiker ketiga kucingnya.

"Lucu banget!" Dania berbinar memandangi ponsel Kirino, membuat pemilik ponsel tersenyum senang. "Gue jadi kangen, deh,"

"Sama gue?"

"Yee," Dania terkekeh, meninju sebelah lengan tangan Kirino. "Sama kucing lo lah, ngapain gue kangen lo?"

"Ouch," Kirino memegang dadanya dengan kedua tangan, menampilkan ekspresi terluka yang langsung membuat Dania tertawa lepas.

"Bercanda, gue juga kangen lo,"

Kirino mengerjap, merasakan jantungnya berhenti berdetak sekali untuk kemudian menyadari kalau Dania merindukannya sebagai teman.

"Lo sombong sih," Kirino berusaha berkelakar, "Mentang-mentang punya pacar."

"Makanya lo juga punya pacar," Dania terkekeh pelan, tapi ekspresinya berubah serius saat mendengar suara Kirino.

"Yah, gimana ya, gue belum move on,"

"No—"

"Maaf," Kirino memotong cepat, mengembuskan napas lelah disertai tangannya yang mengacak rambut dengan cepat. "Gue nggak maksud, tapi gue nggak bisa apa-apa. Gue harap lo nggak jauhin gue karena ini,"

Dania mengangguk, tersenyum tipis. "Nggak apa-apa, gue ngerti. Malah harusnya gue yang minta maaf, No."

"Enggak," Kirino berucap cepat seraya menatap Dania lekat-lekat, tersenyum yakin. "Nggak ada yang salah. Nggak akan ada yang bisa maksain perasaan orang lain, kan?"

Dania mengangguk, merasakan hatinya menghangat entah karena apa. Jauh dari dalam hatinya, ia ingin Kirino bisa berbahagia dengan apa yang dijalani, dengan setiap pilihan yang ia ambil.

"Doain gue, ya,"

Dania menatap Kirino, menemukan laki-laki itu berucap sungguh-sungguh. Matanya berbinar seperti meniti harapan yang tak pernah Dania ketahui apa, tapi ia mengangguk, mengamininya kencang-kencang dalam hati, sekaligus mengucapkannya secara tulus dalam lisan, "Selalu. Apa pun itu, gue selalu doain lo yang terbaik."

Sementara itu, Kirino merasakan ada satu yang terlepas dari tubuhnya. Entah apa. Iya cuma merasa seperti salah satu ikatan di tubuhnya terlepas dan napasnya kembali teratur secara perlahan. Ia melanjutkan permintaan itu dalam hatinya.

Doain gue buat move on, ya, Dania, supaya gue suatu saat juga bisa tau rasanya jatuh cinta kayak lo sama pacar lo sekarang.

"Gue masih bisa jadi temen lo, kan?" Kirino bertanya pelan.

Dania mengangguk, tersenyum lebar. Tangannya menerima uluran tangan Kirino, menjabatnya erat. Ia tertawa mendengar gurauan Kirino, merasakan ketegangan mereka mulai mencair mulai saat itu.

"Halo Dania, kenalin gue Kirino. Salam kenal, ya."

"Salam kenal juga, Kirino. Semoga kita bisa jadi temen baik, ya."

Keduanya tersenyum, beberapa detik kemudian tawa keduanya mengudara seusai jabat tangan keduanya terlepas. Mereka merasakan perasaan baru yang membuat keduanya lega dan senang di saat bersamaan.

Hari itu, Kirino belajar kembali apa itu melepaskan.

Kirino berharap ikatan lain di tubuhnya bisa ia lepaskan secara perlahan.

--

A/N:

Haiiiii gimana kabarnya? Adakah yang masih nunggu cerita ini? ><

Oh, btw!!! Jungwoo lee know mc???? Huhuhuhu kalau beneran aku nangis... (ayo segera konfirmasi biar nangisku totalitas)

Oh iya, temen-temen jangan lupa minum air putih yang banyak yaaaa, jangan lupa juga tidur cukup dan jangan skip makan. Semoga kita bisa lewatin hari ini dengan baik. Love you, guys! <3

Lost and FoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang