enam

227 42 1
                                    

"Yah, nggak dibalas, Na!"

Anna tersenyum simpul dan menepuk pelan pundak Raya, seolah-olah dengan begitu bisa memberikan kekuatan pada Raya. "Nggak apa-apa, mungkin dia sibuk."

"Aduh, gue gemeteran gimana, dong?"

"Berisik, lo."

Raya menoleh cepat. Matanya memicing tajam pada Kevin yang baru saja mengucapkan itu. "Nggak usah ganggu gue kalau iri, kenapa, sih?"

Kevin menghela napas panjang. "Buat apa juga gue iri sama lo? Nggak berfaedah."

Raya segera menolehkan kepala pada Januar. Detik berikutnya, ekspresi Raya berubah. Matanya mengerjap cepat disertai suara yang dibuat seolah menderita, "Kak, bantuin aku dong! Aku di-bully Kak Kevin."

Kevin langsung memasang ekspresi ingin muntah, sementara Anna tertawa pelan dan Januar menghela napasnya.

"Ah, teman-teman, aku bentar lagi dijemput." ujar Anna, membuat semua orang di meja itu mengalihkan pandangan dari Raya.

"Aji udah otw?" tanya Raya.

Anna mengangguk, kemudian matanya beralih pada Kevin yang bertanya pelan, "Kayak kenal deh nama Aji. Prodi apa?"

Setelah Anna dan Kevin bertukar informasi tentang Aji, mereka berdua tertawa karena mengenal orang yang sama.

"Anjir. Lo adiknya?" Kevin tertawa pelan menyadari kalau dunia ini sempit.

"Lo kenal, Kak?" tanya Raya takjub. Setelahnya Raya cuma menganga melihat Kevin dan Anna yang heboh bercerita mengenai Aji. Raya menghela napas panjang dan matanya tertuju pada Januar yang saat ini sedang memandangnya.

"Lo kenapa kusut amat?" tanya Raya, sementara Januar mengerutkan dahinya.

"Masa?"

Raya mengangguk. "Ah, iya, kita jadi nggak ke toko buku?" Raya bertanya begitu karena memang Januar pernah mengajak Raya untuk menemaninya pergi ke toko buku. Raya tidak perlu berpikir dua kali untuk menerima ajakan Januar. Bagaimanapun, toko buku merupakan salah satu tempat favorit Raya setelah rumah makan.

"Lo mau sekarang?" tanya Januar.

"Terserah lo, sih," Raya mengerutkan dahinya samar. "Kalau mau sekarang juga nggak apa-apa, sebelum kita sibuk dengan tugas kuliah."

"Raya, aku pulang duluan, ya!" Anna berdiri dari duduk dan bersalaman dengan semua yang di meja itu.

"Hati-hati, Na!"

"Oke."

Kevin ikut berdiri. "Ayo kita pulang juga."

"Duluan aja, Vin. Gue sama Raya mau pergi." kata Januar.

Kevin mengernyitkan dahi, lantas setelahnya mengangguk. "Awas lo, jangan lama-lama pulangnya. Ini biar gue aja yang bayarin, spesial karena kalian nemenin kehidupan kampus gue."

Tangan Raya bergerak otomatis membuat love sign dengan tangannya, membuat Kevin menatapnya dengan horor. Sementara itu, senyum simpul tercetak di wajah Januar. Melihat kelakuan kedua sepupu itu sudah menjadi makanan sehari-hari bagi Januar.

Saat Kevin masih satu kota dengan mereka, sudah biasa Januar melihat Raya dan Kevin saling ejek. Sekarang saat bertemu lagi di universitas, melihat Kevin dan Raya bertengkar terus-menerus membuat perasaan Januar sedikit lega. Setidaknya bagi Januar, pertengkaran mereka berdua menunjukkan jika mereka masih baik-baik saja. 

"Ayo, Kak Janu!"

Januar tersadar dan mengangguk. Diam-diam ia tersenyum mengingat bagaimana Raya memanggilnya dengan sebutan itu.

Januar suka panggilan itu. Terdengar istimewa, meskipun Raya tidak menganggapnya begitu.

-

"Gue mau cari novel, lo mau di sini aja?"

Januar mengalihkan pandangan dari buku yang ia pegang, matanya menatap Raya beberapa detik. Tak berapa lama, kepalanya mengangguk dan kembali memperhatikan buku di tangannya. "Gue nyusul kalau udah selesai."

Raya mengangguk mantap seraya melangkahkan kaki lebar-lebar menuju rak-rak novel. Matanya berbinar-binar begitu melihat beberapa judul novel yang menarik perhatiannya. Ia mengambil salah satu novel dari rak, kemudian membaca blurb-nya dengan perasaan gemas. "Sabar ya, aku belum bisa baca kamu kali ini. Mungkin kapan-kapan." ujar Raya pelan seraya mengelus sampul novel yang dipegangnya.

Perhatian Raya teralih begitu ia mendengar bunyi dari ponselnya. Ia mengeluarkan ponsel dan hampir saja mengumpat ketika membacanya.

Kalau lusa gimana? Soalnya beneran besok gue nggak bisa. Maaf ya gue lupa. Nanti sekalian kita makan deh, biar wawancaranya santai dan nggak kaku-kaku amat.

Kalau saja saat ini Raya ada di indekos, mungkin ia tidak berpikir dua kali untuk berteriak. Saat ini Raya memegang ponsel dengan bimbang, bigung hendak membalas chat Kirino itu dengan bagaimana.

-

A/N:

Part seterusnya dan seterusnya (kebanyakan) akan mengandung:
(1) kata-kata kasar
(2) sedih sedu sedan

Kemungkinan aku buat cerita ini pendek, nggak panjang part-nya.

Lost and FoundOnde histórias criam vida. Descubra agora