17. Bunuh Anneth 🔪

1.3K 102 6
                                    

"Mampir dulu, Kak," ajak Anneth.

"Tentu," terima Jo dengan senang hati.

Mereka keluar dari mobil secara bersamaan. Padahal, Jonathan sengaja ingin turun lebih dulu sebab ingin membuka pintu untuk gadis itu. Namun, sepertinya Anneth tak begitu peduli dengan perhatian kecilnya.

"Ikut aku, yuk," ajak Anneth lagi.

Kakinya melangkah menuju ke arah samping. Jonathan hanya mengikuti dari belakang, masih berfikir positif bahwa mungkin gadis itu biasa masuk melalui pintu samping rumah.

Langkah mereka berhenti tepat di sebuah tangga yang mengarah turun ke bawah. Dua alis Jo menyatu bingung, apa rumah besar ini juga memiliki ruang bawah tanah yang begitu gelap di sore hari yang cerah ini.

"Ayo, Kak."

Jo menggeleng, bukan karena takut tapi ragu.

Ragu bahwa gadis itu akan membawanya ke sebuah tempat sunyi yang hanya akan ada mereka berdua di sana. Bagaimana jika ada yang memergoki, atau bahkan salah seorang keluarga Anneth menemukan mereka berdua di dalam sebuah ruangan.

Apa yang akan mereka pikirkan nanti.

"Kenapa? Kak Jo takut? Anneth gak akan ngapa-ngapain, kok," ucapnya meyakinkan. "Atau Kak Jo berfikir Anneth adalah anak pembantu, makanya masuk lewat ruang bawah tanah, gitu?" lanjutnya saat mengingat si Tante yang pernah berfikir hal serupa saat melihat Anneth masuk ke ruang bawah tanah.

Dengan cepat Jo menggeleng, bukan begitu maksudnya. Ia hanya sungkan masuk saat tak ada orang yang melihat mereka berdua di sini.

Lagipula, mengapa mansion sebesar ini tak ada yang menjaga. Apa mereka tidak takut jika suatu hari akan ada perampok yang masuk.

"Emang kamu mau cari apa di bawah sana?" Tanya Jo tenang.

"Anneth gak cari apa-apa, kok. Anneth cuma mau kasih tau Jo tentang ruangan rahasia Anneth," ucap gadis itu.

"Maaf, Neth. Bukannya aku gak mau ... tapi aku punya alasan tersendiri, aku kurang suka ruangan gelap gulita seperti itu," tolak Jonathan dengan lembut, agar gadis itu tidak merasa tersinggung.

"Kan, ada Anneth, Kak."

"Anneth!" Panggil Lyra.

Seketika Jonathan dan Anneth tersentak menoleh secara bersamaan.

"Eh, Kakak? Kenalin, ini teman Anneth."

Lyra diam, memandang terkejut orang yang diperkenalkan oleh sang adik.

Kenapa Anneth harus memilih laki-laki itu.

"Kamu Jonathan, kan?" Tanya Lyra memastikan. Walau ia yakin orang ini memang benar-benar Jonathan Willie Hattrick.

"Iya, Kak. Apa kabar?" Sapa Jo berusaha mencairkan suasana yang canggung ini.

"Baik, kamu apa kabar?" Sapa Lyra kembali seraya bersalaman, seperti layaknya rekan bisnis yang lama tidak bertemu.

Tidak banyak bicara Lyra langsung mengajak anak konglomerat itu untuk masuk dan menikmati teh bersama.

"Oh ... jadi Kak Lyra sudah kenal Jo?" tanya Anneth melihat keakraban mereka.

"Gimana kakak gak kenal, dia itu anak rekan kerja Daddy. Orang tuanya berperan besar dalam sponsor di perusahaan Dad," jelas Lyra.

"Beneran? Kebetulan yang tidak terduga." Antusias Anneth.

"Oh iya, Kak, ngomong-ngomong saya mau mengundang Kak Lyra untuk datang ke pesta Papa sama Mama lusa nanti," sopan Jo.

"Iya, saya pasti datang. Orang tua kamu juga sudah memberikan undangannya. Nanti biar kakak pergi bareng Anneth," balas Lyra ramah.

Cute but PsycoWhere stories live. Discover now