9. Menakjubkan 🔪

2.6K 177 14
                                    

Semua terdiam apalagi Vanya. Gadis itu melongo karena terkejut menatap kakak kelasnya yang tiba-tiba mencium punggung tangan Anneth dengan mesra.

Malvin itu sifatnya sering berubah-ubah, ia seperti orang yang mempunyai kepribadian ganda. Kadang cowok itu terlihat pendiam dan tak mau menunjukkan diri pada orang-orang seperti waktu ia menatap Anneth secara diam-diam.

Dan hari ini, sifatnya berubah sangat berbeda. Ia bahkan tak bisa dibilang pendiam saat bibirnya terus menerus mengeluarkan kata-kata untuk membuat Anneth percaya bahwa ia bukan laki-laki seperti yang mereka bayangkan.

Sedangkan Nando, benar-benar tak menyangka jika Malvin yang dikenal sebagai orang yang anti dengan perempuan kini malah terlihat begitu berbeda.

Apa Malvin menyukai Anneth?

Tak heran memang mengetahuinya sebab, Anneth itu gadis langka. Di zaman seperti sekarang ini sangat jarang ada gadis se-polos dan se-unik Anneth. Kenapa unik? Karena setau Nando, Anneth tak pernah merasa takut pada apapun dan siapapun.

Pernah suatu hari ia menonton film psycopath di ponselnya. Vanya tiba-tiba datang dan ikut menonton, tak berapa lama setelahnya gadis itu malah mual karena merasa jijik dengan adegan-adegan pembunuhan yang ada di film itu.

Setelah kepergian Vanya, Anneth pun ikut menonton dengannya karena penasaran. Dan reaksi gadis itu benar-benar membuat Nando takjub sekaligus heran. Anneth malah bertepuk tangan riang disertai kekehan lucu melihat betapa mengerikannya si pemeran utama menghabisi korbannya.

Saat Nando bertanya apa gadis itu tidak merasa takut sama sekali pada tayangan di film itu, Anneth dengan santai menjawab, "Emang kenapa harus takut? Itukan seru, Anneth pengen coba, deh!"

Jawaban polos itu berhasil membuat tawa Nando pecah. Cowok itu kembali menantang Anneth si gadis polos itu dengan wajah menggoda. "Yakin? Kalau pingsan liat darah, gimana?"

Anneth malah tersenyum manis, matanya menatap Nando penuh harap pada cowok itu. "Ayo, kita coba."

Lagi-lagi Nando tertawa, tangannya terulur untuk mengusap gemas rambut pirang gadis itu. "Gak boleh, Neth. Itu perbuatan jahat, gak bisa ditiru di dunia nyata. Ini hanya film, hanya untuk menghibur penonton," jelas Nando pelan agar Anneth mengerti.

Alis Anneth menyatu. "Kenapa gak di coba aja? Pasti lebih terhibur."

Nando menggeleng, menjepit kedua pipi pucat itu dengan jarinya. Lagi-lagi ia gemas dengan Anneth. "Kalau ngelakuin langsung kamu gak akan terhibur, yang ada kamu malah nangis nyariin Mama," ejek Nando.

Anneth menatapnya sengit. "Kalau Anneth berani, Nando jangan kaget, ya!"

***
Nando bilang padanya kalau Malvin itu sepertinya memang memiliki kepribadian ganda, terkadang laki-laki itu pendiam dan bisa jadi banyak bicara seketika.

"Laki-laki yang menarik," ucap Anneth sambil tersenyum menatap layar ponsel yang bertuliskan nama Malvin di sana.

Setelah kejadian di kantin tadi. Anneth meminta kontak Malvin pada Nando. Bukan, Anneth tak terlalu peduli perasaan cowok itu terhadapnya. Ia hanya ingin mendekati Malvin agar bisa menuntaskan hasratnya untuk membunuh.

Gadis itu menekan tombol panggil, menunggu telepon hingga tersambung.

"Halo, ini kak Malvin, kan?" tanya Anneth untuk memastikan nomor yang diberikan Nando itu benar atau tidak.

"Iyaa, ini siapa?" jawab cowok di seberang sana dengan nada bingung.

"Ini Anneth, Kak."

"A ... anneth." Suara Malvin berubah menjadi gugup saat tau orang yang meneleponnya adalah gadis yang ia sukai.

"Save nomor Anneth ya, Kak. Ohiya, Kak Malvin sibuk, gak? Anneth mau minta ditemenin beli buku, boleh?"

"Sama aku?" tanya Malvin.

Anneth tertawa kecil mendengar kegugupan cowok itu. "Iya Kak, makanya Anneth telponnya ke Kak Malvin. Kalau telponnya ke Nando berarti Anneth minta temeninnya sama Nando."

"Ohiya, kapan?" tanya Malvin, kini suaranya berubah antusias.

"Hm ... kalau malam ini, bisa?" tanya Anneth memastikan.

"Bisa, kirim aja alamatnya. Jam 7 aku ke rumah kamu."

"Oke." Akhirnya Anneth mengakhiri panggilan itu. Ditatapnya ponsel yang masih menyala itu dengan senyum miring.

Sesaat kemudian gadis itu mengetuk dagunya dengan jari telunjuk, berpikir ingin mengenakan baju seperti apa untuk dipakai malam ini. Ia harus terlihat cantik di depan Malvin karena ini adalah hari terakhir cowok itu.

Sekali-kali menyenangkan korbannya sebelum akhirnya disiksa.

Bukan hanya Anneth yang ingin berpenampilan rapi, Malvin juga berusaha untuk terlihat keren di depan gadis yang ia suka, bahkan Malvin sudah menyiapkan pakaian itu dari sekarang padahal ini baru jam 4 sore.

Malvin juga meminjam mobil Ayahnya, agar Anneth merasa nyaman karena yang Malvin liat, gadis itu selalu bepergian dengan mobil, berbeda dengan dirinya yang naik bus atau terkadang naik motor.

***
"Kakak, keritingin rambut Anneth, dong." Gadis itu kini berada di dalam kamar kakaknya.

"Anneth mau kemana pake baju begitu? sampe minta curly segala," tanya Lyra.

"Anneth mau jalan sama Malvin, cowok yang Anneth bilang target Anneth selanjutnya," jelas Anneth.

"Gak boleh, kamu itu gak pernah jalan sama orang asing Anneth, ditambah lagi kakak gak kenal dia. Kamu gak boleh pergi, paham!" bantah Lyra, ia khawatir terjadi hal buruk pada adiknya.

"Kakak Malvin itu orangnya baik, Anneth jamin deh. Pliss, ya Kak," mohon Anneth.

"Oke, dengan satu syarat! Kamu gak boleh bermain selama dua Minggu."

"Kok gitu, Kak?!"

"Dengerin kakak baik-baik, saat ini polisi masih menyelidiki kasus kematian guru kamu, jadi kakak mohon sama kamu untuk sementara jangan buat masalah atau kita akan tamat."

"Iyauda deh, setuju."

Akhirnya jam 7 malam tiba. Malvin kini telah berada di depan gerbang rumah Anneth. Cowok itu dibuat takjub dengan rumah besar milik Anneth.

Satpam yang berjaga membuka gerbang tersebut dan membiarkan Malvin masuk. Sedang Anneth sudah berdiri di depan pintu bersama Lyra menunggu kedatangan Malvin.

Saat tiba, Malvin keluar dari mobil, kepalanya ia tundukkan. Malvin malu untuk menampakan wajahnya di hadapan Lyra.

"Kak, ini Malvin dan Malvin ini kakak aku."

"Santai saja, gak usah takut," ucap Lyra sambil mengamati Malvin dengan teliti.

Malvin hanya menjawab dengan anggukan.

"Dah kak, Anneth pergi dulu ya."
Gadis itu menarik lengan Malvin dan tangan satunya melambai ke arah Lyra.

"Jangan lupa perjanjian kita." teriak Lyra mengingatkan perjanjian mereka berdua.

Anneth memberi acungan jempol pada kakaknya sebelum memasuki mobil Malvin.

"A ... anneth, kamu cantik," puji Malvin.

Anneth tersenyum manis, jari telunjuknya bergerak untuk menyelipkan rambutnya di belakang telinga. "Makasih, Kak."

"Ini akan jadi terakhir kalinya kamu muji aku, karena sebentar lagi kamu akan mati!" ucap Anneth dalam hati.

Di balik senyum manisnya ia sudah merencanakan sesuatu yang ...

menakjubkan.

Ayo di votmen 🌟
Jangan sider
Dosa 🔪

Salam
Arsetia_

16.04.2020

Cute but PsycoWhere stories live. Discover now