20. Malaikat penjaga Anneth🔪

977 93 8
                                    

PLAKK

Tamparan keras mendarat di pipi mulus Lyra, matanya memerah menahan cairan yang telah ia tahan sejak tadi. Tamparan ini bagai tak ada apa-apanya dibanding sakit di hatinya sekarang.

Setelah sang Ayah tau jika terjadi sesuatu pada Anneth, Lyra seketika diminta untuk berkunjung ke ruang pribadi Ayahnya sedangkan Anneth dijaga dengan aman oleh Adam.

Nafas gadis itu memburu menahan diri untuk tidak meledak di depan sang Ayah, selain masih menghormati pria itu sebagai orang tuanya, ia juga tak ingin masalah yang selama ini ia tutupi terungkap begitu saja.

Biar saja Lyra yang menyimpan segalanya, ia memang telah seperti ini sejak dulu. Takdir mungkin tak pernah berpihak pada kehendaknya, meski begitu Lyra masih bisa menerima dengan lapang dada.

"Apa saja yang kamu lakukan sampai lalai menjaga adikmu!" Geram Alexander Roozelt atau ayah dari Lyra dan Anneth.

Memilih diam, gadis itu merasa tak sanggup. Ia ingin sekali mengeluarkan segala sesuatu yang sejak dulu ia pendam.

"Daddy hanya memintamu untuk tetap menjaga adikmu agar kejadian dulu tidak terulang! Melihat Anneth yang sepertinya takut padamu itu artinya tidak akan ada kesulitan untuk mengendalikannya, kan?!"

Lyra menggeleng. "Tidak semudah itu, Dad." Ayahnya tak tau bagaimana keganasan Anneth saat menghadapi rasa hausnya akan membunuh.

Yang Alexander tau bahwa Anneth melakukan itu karena ada masalah yang telah menimpa anaknya di sekolah hingga membuat gadis manis itu terbaring lemah di rumah sakit.

"Masalah apa yang menimpa adikmu, Lyra?" Tanya Alexander dengan serius, kini ia harus bersikap tegas tanpa memandang bahwa gadis di hadapannya ini adalah anaknya sekarang.

Didikannya sejak dulu adalah memberikan hukuman pada yang bersalah dan melindungi yang lemah, itu berlaku untuk semua orang-orang yang menjadi bawahannya bahkan anaknya sendiri.

"Lyra masih mencari jawabannya, Dad. Setelah orang-orang ku menemukan penyebabnya, Lyra akan segera memberitahu Daddy," ungkapnya seraya menunduk, tapi tak ada rasa takut dalam dirinya.

Melihat sang Ayah berjalan duduk di kursi kebesarannya membuat Lyra bernafas lega, ia mesti tak harus mengeluarkan tenaga untuk menahan sakitnya tamparan pria itu.

"Sekolah sudah Daddy serahkan padamu, kamu bebas melakukan apapun di sana, itu dalam kekuasaanmu. Apa perhatianmu pada adikmu sudah berkurang hingga tidak tau kegiatannya ketika di sekolah?" geram Alexander lagi.

Sekolah itu ia berikan pada Lyra semata-mata untuk menjaga Annetha yang orang kenal sebagai putri kedua dari seorang Alexander. Dengan begitu otomatis banyak rival yang mengincar keamanan orang terdekatnya termasuk Annetha. Itulah mengapa ia mempercayakan Lyra agar dapat menjaga sang adik.

"Lyra juga punya kesibukan, Dad. Tapi Lyra selalu meminta Adam untuk mengawasi Anneth saat Anneth tidak dalam pengawasan Lyra. Kejadian Anneth kali ini di luar kendali Lyra, dan dugaan sementara adalah Anneth memiliki masalah di sekolahnya."

Ungkapan Lyra tak sepenuhnya berbohong, yang ia katakan di awal memang benar bahwa ia meminta Adam mengawasi Anneth, tapi untuk alasan Anneth membahayakan nyawanya ia tutup rapat-rapat, Ayahnya hanya perlu duduk manis dan diam saja.

Alexander menghembus panjang, ditatapnya foto berbingkai yang terpajang cantik di atas meja kerjanya. Di sana ada dirinya bersama sang istri serta Lyra kecil dan Anneth yang ia gendong dengan sayang.

Saat melihat Lyra, ia seperti melihat dirinya dalam gadis itu. Raut tegas dan terlihat begitu berwibawa telah Lyra pancarkan sejak kecil, berbeda dengan Anneth yang begitu lembut dengan tatapan penuh kasihnya pada setiap orang yang ia temui persis seperti sang istri.

"Jangan buat Daddy kecewa, Lyra," ungkapnya dilingkupi rasa sedih. Tangannya mengusap foto wanita yang ia cintai itu. "Anneth sangat berarti untuk Daddy."

Mendengar itu dada Lyra seakan sesak, seolah udara enggan masuk ke paru-paru. Hatinya bahkan semakin terluka setelah sekian lama ia coba untuk menutup luka itu.

"Apa Lyra tidak ada artinya bagi Daddy?" lirihnya dengan tatapan sendu.

Sejak dulu ayahnya hanya akan selalu memikirkan Anneth, keselamatan Anneth, kesenangan Anneth, kegiatan Anneth dan lain sebagainya. Tak pernah Lyra ditanyai hal serupa setiap menelepon, meski memang ia terlihat baik-baik saja.

"Apa hanya Anneth yang Daddy khawatirkan?" Tanpa bisa ditahan lagi air matanya menetes, meninggalkan jejak bagai sungai kecil di pipinya. "Lyra juga ingin dikhawatirkan," jujurnya dengan suara bergetar.

"Jangan menjadi gadis lemah Lyra! Anneth juga adikmu, seharusnya kamu juga menghawatirkan keadaannya!" Balas Alexander tanpa menatap anak perempuannya itu, tatapannya masih berfokus pada bingkai yang ia usap sejak tadi.

"TAPI AKU JUGA SEDANG TIDAK BAIK-BAIK SAJA!" Bentaknya tanpa peduli apapun lagi.

Hal itu berhasil menarik perhatian Alexander hingga membuat pria berumur itu menoleh menatap anak perempuannya yang telah kacau.

Mata basah dengan hidung yang memerah, terlihat jelas jika gadis itu menunjukkan sisi lemahnya sekarang.

"Lyra lelah! Daddy selalu mementingkan Anneth, Anneth, Anneth! Daddy seakan lupa jika Lyra juga anak Daddy! Selamat ini Lyra diam karena Lyra paham ini resiko Lyra menjadi seorang kakak," gadis itu berhenti sejenak, menarik nafas dalam tangisnya yang terdengar menyakitkan. "Tapi lama-lama Lyra pun sadar bahwa Lyra berhak memilih kehidupan Lyra sendiri, bukan hanya semata-mata menjadi malaikat penjaga Anneth!"

Rasa lega melingkupi diri Lyra, ia senang bisa mengeluarkan segala isi hatinya namun sedih saat dirinya secara tak langsung mengatakan seolah adiknya lah penyebab dari kesedihannya ini.

"Daddy tau kamu gadis kuat, kamu mewarisi sikap Daddy yang tak suka dibantah dan tak suka melihat seorang pembangkang, kan?"

Pernyataan itu seolah menyindir Lyra, seakan Lyra sekarang sedang membantah kehendak sang ayah dan menjadi pembangkang.

"DAD! Siapa yang bisa sekuat itu di dunia ini?! Hidup sebagai seorang boneka di bawah perintah tuannya dan meninggalkan kehidupan bebasnya demi kepentingan orang lain! Aku harus bisa menyelesaikan pendidikan secepatnya agar bisa mendapat gelar dan sudah harus memimpin perusahaan di umur yang seharusnya masih menggunakan seragam sekolah! Menjadi pemilik sekolah dan sebuah perusahaan yang sama-sama memiliki tanggung jawab besar, ditambah harus menjaga Anneth yang sebenarnya tidak segampang apa Daddy pikirkan itu! Apa menurut Daddy aku mampu?!"

Nafasnya memburu saat perkataannya selesai, tapi tak sampai di situ. Lyra memilih maju mendekati ayahnya dengan tatapan terluka.

"Jika boleh jujur aku lebih memilih menjadi gadis normal yang tak dikejar oleh perintah dan bebas melakukan apapun sesuai keinginanku! Tapi aku tidak bisa, Anneth juga berarti bagiku! Dia lebih dari seorang adik ... tapi, Dad. Tolong jangan berharap lebih. Aku juga manusia yang bisa saja lalai dan berbuat salah!"

"Dan satu yang ingin aku sampaikan, suatu saat nanti Daddy akan tau ...

siapa Anneth yang sebenarnya!"

Jangan lupa votemen 🌟
Sider pergi aja
Thanks

Salam
Arsetia_

25 Juni 2021

Cute but PsycoWhere stories live. Discover now