XVII. Cloud Red

Mulai dari awal
                                    

"Saya bodyguard pribadi Tuan dan Nona Han, keberadaan saya di sini untuk meminta izin dengan Bibi Jeon, agar bisa membawa Hasa pulang. Ada pertemuan mendadak yang mengharuskan Nona Han untuk mengikutinya."

Hasa mengulum senyumnya, gadis itu melipat tangan di depan dada. Kim Taehyung ya? Berani dan nekat, tapi kali ini cenderung sangat nekat. Jungkook sudah bersiap menolah namun nyonya Jeon membekap mulutnya.

"Astaga, Nak Taehyung maafkan anak satu-satunya bibi ya? Jungkook ini memang sering sekali bercanda kelewatan. Sebenarnya, bibi sedih sekali karena Nak Hasa harus pulang sekarang, tapi memang ya si Han itu sibuk sekali sejak dulu."

Taehyung tersenyum, sedangkan Jungkook memijat keningnya. Sang ibu memang tidak terbantahkan. Apa lagi kalau sudah membahas sahabat sejak masa kecilnya itu, tuan Han dan nyonya Jeon memang bersahabat.

Bahkan dulu, mereka sering menitipkan anak satu sama lain. Tidak heran jika Jungkook dan Hasa jadi sangat dekat. Mandi bersama saja pernah. Hasa juga masih ingat kalau Jungkook memiliki tahi lalat di pinggul kanannya.

"Jungkook, ambilkan koper Hasa di atas" kata wanita paruh baya itu dan Jungkook menghela nafas sebelum kembali naik ke atas. Hasa tersenyum geli saat melihat nyonya Jeon mengajak Taehyung ke dapur untuk minum.

Tidak butuh waktu lama untuk berpamitan setelah itu. Hasa tidak banyak bertanya juga saat mereka naik taksi menuju stasiun. Ia tau, ini adalah akal-akalan Taehyung, karena kalau memang benar sang ayah yang menyuruh, pasti mereka sudah berada di bandara saat ini.

Setelah sampai di stasiun, Hasa menunggu Taehyung dengan duduk di salah satu bangkunya. Gadis itu memperhatikan orang yang berlalu-lalang. Ada yang berpasangan, ada yang sendiri, ada pula yang bersama sahabatnya, lalu yang terakhir sepertinya sebuah keluarga kecil, ayah dan ibu serta satu anak perempuan di tengah.

Kalau bisa memilih ingin menjalani kehidupan yang tidak pernah Hasa rasakan, gadis itu akan memilih menjadi orang biasa saja, dalam artian bukanlah anak seorang presiden. Karena sejak ayahnya memberanikan diri untuk terjun ke politik, dirinya merasa terbatas. Padahal, belum tentu hal itu membatasi dirinya. Hanya rasa takut berlebihan saja.

"Ayo naik," kata Taehyung saat kereta berhenti di depan mereka dan pintunya terbuka. Gadis itu berdiri dan mengikuti. Pria itu menyentuh pergelangan tangannya, mereka masuk ke dalam dan duduk di salah satu tempat. Saling berhadapan.

"Biar ku tebak, ini pertama kalinya kau naik kereta?"

Hasa menoleh dan tidak langsung menjawab, gadis itu memilih melihat ke arah jendela lebih dulu, sebelum kembali menatap Taehyung yang menunggu jawabannya.

"Iya, ini yang pertama kalinya bagiku. Apa kita akan ke Seoul?" tanya gadis itu. Taehyung menggeleng.

"Chuncheon, kita akan ke sana. Mungkin memakan waktu tiga sampai empat jam, kau bisa tidur dulu, aku yang akan menjagamu."

"Jadi, kau ini membawaku kabur ya?"

"Tidak, aku mengajakmu berlibur satu harian penuh."

Sudut bibir Hasa tertarik, ia kembali menatap ke luar jendela. Kereta mulai melaju, tatapannya perlahan sendu, namun kembali bersemangat saat melihat pemandangan. Taehyung tidak melepaskan tatapannya dari gadis itu.

Selama kurang lebih satu jam setengah, keduanya tidak terlibat pembicaraan. Taehyung yang awalnya mulai menganguk, kembali melebarkan matanya saat melihat gadis itu jatuh tertidur, dengan kepala yang menyandar di jendela.

MERLOT ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang