[2nd] 15. Saling Berkaitan

Start from the beginning
                                    

Dan Lucian memasangkan nya ke bahu Annika.

"Kenapa kau melepaskan nya? Aku sudah memakai mantel, kau bisa kedinginan!"

"Mantelmu terbuat dari kain tipis, itu tidak akan mempan, lagipula, hidungmu terlihat seperti Rudolph saat ini, ini merah."

Lucian menekan ujung hidung Annika dengan jarinya, itu benar, suasana malam musim gugur sangat dingin itu sebabnya hidungnya memerah saat ini. "Sejak kecil, aku selalu memperhatikan nya, seperti nya kau memang tidak tahan dengan udara yang dingin."

Annika menatapnya jubah yang menutupi bahunya saat ini, samar-samar dapat mencium aroma persik manis yang khas di hidung nya saat ini, itu aroma yang sama dengan sabun persik yang pernah ia gunakan dulu. Mengabaikan ucapan Lucian tentang hidungnya, Annika teringat masa lalu.

'kau bau!'

Mengingat bagaimana ekspresi nya ketika Lucian menolak untuk dimandikan oleh pelayan membuat Annika semakin ragu terhadap kata-kata Selena tadi. Semua terasa seperti kebohongan belaka ditelinga nya, namun disaat bersamaan semua yang terjadi seakan saling berkaitan. Apa yang ia baca dibuku, ucapan nenek cenayang yang sudah lama ia lupakan, dan beberapa hal lainnya terlihat saling berkaitan.

'bagaimana jika itu benar?'

"...."

"Jika diingat-ingat, kita bertemu saat musim dingin kan? Kau mengejarku dengan kaki kecil mu saat itu."

"...."

Lucian menghela nafas dan mengacak rambutnya. "Waktu telah berlalu begitu cepat rupanya."

Annika diam, membiarkan Lucian yang semula mengacak rambutnya kini menata kembali rambut pirangnya dengan hati-hati, ia masih berpikir saat ini, namun disaat bersamaan pula ia tidak ingin mengetahui apa arti dibalik semua hal yang saling berkaitan saat ini.

'aku ingin pura-pura tidak mengetahui apapun...'

Matanya memanas tanpa ia kehendaki.

'Jika apa yang Selena katakan benar...aku harus apa?'

"Hei, kenapa kau terus diam?"

Lucian menangkup kedua pipinya dengan tangan hangatnya, menatap kearah mata ungu lavender milik Annika yang terlihat berkilau.

"Hiks..."

"Ha?"

Lucian yang tengah memerhatikan kini tersentak kaget seolah dia telah melakukan kesalahan besar. Annika yang tiba-tiba menangis melepaskan tangan yang ada di pipinya jatuh ketanah dan memeluk kedua lututnya erat.

"H...hei, Annika, kenapa kau..."

"Bodoh, kenapa mata ini malah menangis, hiks...aku tidak ingin menangis....hiks..."

"Annika."

"Kenapa aku harus hidup dengan takdir yang rumit seperti ini....aku hanya ingin bahagia, aku tidak ingin mati ditangan siapapun...aku...aku hanya ingin hidup dengan baik, aku tidak pernah berbuat salah sebelumnya pada orang-orang disekitar ku...bahkan kepada keluarga ayahku...kenapa...kenapa... huwaaaa...."

The Vermilion Primrose [END]Where stories live. Discover now