Part 1

146K 6.3K 278
                                    

■ Sasha

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sasha

Kalau hidup semenyakitkan ini, lalu haruskah aku memilih untuk mati saja supaya semua masalahnya selesai sampai di sini.

Waktu seperti berhenti dan menertawakan keputusasaanku. Mungkin sekarang Tuhan sedang membuka mataku lebar lebar, memaksaku untuk melihat kembali dosa dan kesalahan apa saja yang selama ini sudah aku perbuat.

Tadinya aku pikir dia akan memeluk dan meyakinkanku semua akan baik baik saja, tapi ternyata salah. Benar benar sulit dipercaya, laki laki yang selama ini terlihat begitu memujaku, kini berbalik mendorongku jatuh ke jurang neraka hidupku.

"Gugurkan saja! Aku belum ingin punya anak, lagi pula aku juga belum siap menikah."

Jantungku serasa berhenti berdetak. Aku seperti terhempas dari ketinggian tanpa batas, lalu hancur tak bersisa. Apa dia lupa, anak yang ditolaknya ini juga darah dagingnya.

Bagaimana mungkin semudah itu dia mengatakannya tanpa sedikitpun rasa bersalah di wajahnya. Manusia biadab! Bagaimana bisa selama ini aku begitu mencintai laki laki yang tak punya hati seperti ini.

Itulah alasan kenapa sekarang aku berdiri di atas jembatan setinggi ini. Di bawah guyuran hujan deras, dengan pemikiran sesat yang semakin keras menggaung gaung di kepalaku.

'Mati saja kau, Sha! Daripada hidup menjadi cemoohan orang lain. Kamu tidak lebih dari sampah sekarang, keberadaanmu hanya akan jadi aib bagi keluargamu!'

Suara suara itu semakin terdengar keras dan terus menggema di kepalaku. Aku seperti raga tanpa nyawa, berdiri terpaku diantara lorong gelap, tersesat kehilangan arah.

Aku bodoh karena percaya saat dia bilang mencintaiku. Aku terlalu lupa diri saat dia merayuku. Dan aku terlalu naif karena percaya bahwa dia akan bertanggung jawab padaku.

Begini lah akhirnya sekarang, setelah hamil tidak ada lagi sedikitpun rasa pedulinya padaku. Aku baginya tak lebih dari boneka yang sudah bosan dia mainkan, lalu dibuang.

Hamil?! Aku seperti ditampar kenyataan untuk kesekian kalinya.

Bagaimana bisa aku pulang sekarang, bahkan aku tidak tahu apakah masih sanggup menatap wajah bundaku lagi.

Tidak! Akan sangat menyakitkan melihatnya dihujat karena anak perempuannya hamil di luar nikah, tanpa ada yang mau bertanggung jawab.

Sekujur tubuhku bergetar hebat, tanganku mencengkram erat pembatas jembatan.

'Jangan menangis Sasha! Keputusanmu sudah benar, lebih baik mati daripada hidup mempermalukan bundamu.'

"Aku tidak menginginkan anak itu, dia hanya akan menjadi batu sandungan hidupku. Orang tuaku tidak akan senang kalau tahu aku menghamili wanita sembarangan di luar sana."

"Apa maksudmu dengan wanita sembarangan?! Kamu pikir aku wanita murahan?! Jelas jelas kamu tahu, aku baru pertama melakukan itu denganmu!"

Nafasku memburu, tanganku sudah gemetar ingin menampar mulut kurang ajarnya.

KARMA (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang