"Gilang gila,"

---

Pukul menunjukkan angka 14.30. Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Dela dan Kirana menuju ruang OSIS. Dela dengan teman divisi dan Kirana masih berkutik dengan laptop. Ia masih harus menyelesaikan beberapa proposal. Berkat jadi sekretaris, ia jadi tau surat-menyurat. Dan tentu saja, karena Adrian juga ia tau tentang penulisan. Jadwal Adrian basket hari Rabu dan Sabtu, setiap jam 12, dan hari ini hari Jumat. Adrian menoleh ke seseorang yang sedang sibuk dengan benda di depannya.

Ah.. Adrian ingin mengajak wanita itu. Tapi. Ia ragu. Bukan. Ini lebih ke gengsi. Eza menepuk pundak Adrian.

"Drian, besok lu ngebasket kan?" Adrian mengangguk.

"Gua mau main ke rumah lu, bosen banget gua, engga papa kan?" Eza memancing temannya itu.

"Jangan besok," Eza tersenyum miring.

"Kenapa emang?" tatapan Eza membuat Adrian salah tingkah.

"Besok gua mau pergi," kata Adrian sedikit gagap.

"Sama siapa? Ama yang itu ya?" Eza menunjuk dagu ke Kirana. Adrian melirik sedikit.

"Tapi gua engga tau, engga jadi kali," kata Adrian ragu.

"Kenapa? lu malu?" Eza geregetan kenapa lambat sekali Adrian ini. "Gua yang bilang ya, Kir,-" bibir Eza ditekap oleh Adrian.

Ini orang benar-benar deh. Eza tertawa, dadanya naik turun. "Gila lu ya," Adrian melirik wanita itu, untung aja wanita itu masih fokus sampai tidak menyadarinya.

"Makanya, sana bilang," Mata Adrian berputar. "Kalau sampai gua denger lu belum bilang apa-apa sama Kirana, gua yang bertindak, gua serius,"

---

"Kirana," panggil Adrian.

"Hm?" Matanya masih menatap laptop.

"Besok lu sibuk engga?" tanya Adrian ragu. biasanya hari sabtu Kirana habiskan dengan berguling-guling di atas pulau kapuk.

"Engga, kenapa emang?" Adrian menggaruk tengkuk yang tidak gatal. Ada sesuatu yang ingin diungkapkan.

Ah.. Laki laki itu memang gengsi.

"Engga jadi deh," Adrian mengalihkan. Kirana berhenti lalu menghadapnya.

"Ada apaan? Jangan kentang ah ngomongnya, bikin penasaran tau engga," Kirana sedikit kesal.

Ngomong engga ya? - Adrian

"Temenin gua ngebasket,"

Deg

Apa? engga salah denger? - Kirana

"Mau engga?" Seketika Adrian menyesal bicara itu.

Kalau Adrian minta lu buat nemenin dia ngebasket, abis itu dia ngajak jalan, lu harus terima, gua bakal jelasin alasannya

Perkataan Eza waktu itu, apakah ini yang dimaksud?Adrian melihat Kirana yang sedang berpikir panjang.

"Kalo lu engga bisa, engga papa," Adrian tidak mau seakan memohon.

"Tumben ngajakin gua pergi, ada maksud ya?" tatapan Kirana mengintimidasi.

"Kalau lu engga bisa, bilang aja engga perlu basa basi," Adrian menutupi rasa kecewa dengan kata sok tidak pedulinya.

"Gue kan engga bilang itu," Adrian melirik di sudut mata.

"Jadi lu mau atau engga?" tanya Adrian kini lebih tegas.

"Orang ngajakin pergi kaya nagih utang," Kirana menatap Adrian yang sedang salah tingkah.

"Abisan lu engga jelas, kalau engga mau bilang aja langsung gitu, engga perlu mesti melebar ngomongnya kemana-mana,"

"Iya, gue mau,"

Serius? – Adrian

Adrian pikir pasti akan ditolak mentah-mentah atau lebih singkatnya langsung di skak dengan satu kata 'najis', atau versi halusnya Kirana bakal mengumpat Adrian dengan kata khas 'buaya'

Tapi ia salah, Kirana mengiyakan ajakannya dalam sekali percobaan. Ada apa ini?

"Gua jemput besok," Adrian terlalu syok untuk berkata 5W+1H kepada Kirana.

---

Adrian janji datang ke rumah pukul 11.00 Tadi ia menawarkan apakah Lelaki itu hendak izin terlebih dahulu kepada orang tuanya atau tidak. Tapi Kirana menolak. Lebih baik begitu bukan, pasti akan ada ejekan dari kakaknya. Atau introgasi dadakan dari orang tuanya.

Gua di depan. –Adrian.

Kirana bercermin sekali lagi. Memastikan kalau pakaiannya rapih dan rambutnya tertata. Hari ini ia berpakaian casual. Celana putih dengan jaket denim. Ia tidak berlebihan tapi pas.

Kirana turun ke bawah dan tak lupa, tas selempang cokelat kesayangannya.

"Ma, aku berangkat ya," kata Kirana. Mata Kirana mengitari. Dimana orang tua nya itu? "Ma, pa,"

Kirana mencari ke dapur, kamar. Tidak ada. Kirana berjalan ke luar rumah Dan. Astaga. Adrian sedang mengobrol dengan mama dan papa nya. Mata Kirana melotot. Buru-buru ia menghampiri.

"Mah, pah," Mama, papa dan Adrian melihat ke arahnya.

"Adrian jaga Kirana ya," kata mama. Adrian bilang apa kepada orang tuanya?

"Kirana jangan sampai ilang ya,"

Mama papa tertawa dan Adrian pun, mereka bersekongkol.

"Tenang aja Om, Tante, Kirana aman sama saya, saya pasti jagain Kirana,"

Aman, aman lu pikir lu sekuriti taman dapsus? sok sok jagain –Kirana mendumel dalam hati

"Ayo ka," Kirana mendorong Adrian.

"Pergi dulu ya, om, Tante," Adrian pamit.

"Hati-hati di jalan," sahut mama.

"Dahh, ma, pa," Kirana mendadah ke orang tua nya lalu masuk ke dalam mobil.

---

KIRANA (COMPLETED)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz