chapter 16

17 4 0
                                    

Happy reading guys❤👉👈

Malam ini bulan merasa pusing entah mengapa tiba-tiba saja kepalanya sangat amat terasa pusing.

Bulan tak menyadari jika pintu kamarnya terbuka, di sana ada rama yang sedang memperhatikan bulan.

"Kenapa kepalanya huh?" Rama berjalan mendekat ke bulan.

"Pusing bang, bulan nggak tau kenapa tiba-tiba aja pusing" Bulan menyenderkan kepalanya ke pundak rama, rama pun dengan senang hati menerimanya.

"Tidur aja deh, abang buatin teh hangat ya" Rama yang berlalu pergi begitu saja dari kamar bulan, dan bulan hanya berguman tanda mengiyakan rama.

Tak lama sekitar 5 menit rama kembali dan membawa teh buatannya itu, dan menaruh di meja kamar bulan.

Rama yang melihat bulan tidur pun beranjak pergi dari kamar adiknya dan tidur.

Mereka berdua terlelap dalam kamar masing-masing dan mimpi mereka masing-masing.

Sedangkan bumi di kamarnya sedang di landa binggung, bagaimana ia lepas dari bulan tanpa menyakiti hati bulan. Sungguh bumi tak pernah mengira bahwa rencana yang ternyata ia buat itu sangat egois tanpa memikirkan perasaan bulan.

Bumi tak akan ambil pusing kali ini, selama besok masih ada hari ke dua untuk memastikan hatinya, maka ia akan berusaha untuk menumbuhkan rasa itu jika di hari ke dua ia masih tak bisa masih ada hari ke tiga, yaitu hari dimana ia menentukan akan pergi atau tetap tinggal.

Tak lama setelah bumi berperang dengan pikirannya ia terlelap dalan tidurnya.



Pagi telah tiba, di sini bulan sedang merasa bahwa harinya sangat amat dingin. Entah cuaca atau menang badannya sedang tak baik-baik saja.

Rama yang sudah siap untuk mengantar bulan ke sekolah sekaligus pergi untuk ke kampus pun heran dimana adiknya itu, tumben sekali nggak masak atau pun membangunkan dirinya.

Tak ambil pusing rama berjalan ke kamar bulan untuk melihat bulan apakah bulan sudah siap untuk bersekolah atau belum.

"Hei dek kamu kenapa, ya allah dek kamu demam ya, bentar abang telfon dokter biar kesini" Rama yang panik karena ia masuk ke dalam kamar bulan, bulan masi terbaring di tempat tidur lalu rama mendekat dan menyentuh dahi bulan, rama terkejut karena bulan demam sangat tinggi.

Rama menelfon dokter keluarga
10 menit dokter itupun datang dan mengecek keadaan bulan.

"Bagaimana dok, adik saya kenapa?" Rama bertanya dnegan raut wajah yang panik.

"Tidak apa-apa hanya kecapean saja, ini saya sudah buatkan resepnya silahkan di tebus di apotek terdekat" Dokter itu menyerahkan resep pada rama dan pergi karena masih banyak yang harus di tangani.

"Di minum bul tehnya sama  rotinya di makan, abang mau antar surat izin kamu ke sekolah terus ke apotek beliin kamu obat"  Rama yang akan bergegas pergi di tahan oleh bulan.

"Abang nggak kuliah?" Bulan bertanya dengan nada yang sangat lirih karena menahan pusing.

"Nggak abang izin aja, kamu kan lagi sakit mana tega abang ninggalin kamu sendirian" Rama mengacak-acak rambut bulan gemas.

"Ya udah hati-hati bang" Seru bulan dan hanya di balas anggukan kepala saja oleh rama.

Di tempat lain tepatnya di gerbang sekolah bumi sedang menunggu kehadiran bulan, kenapa bulan tak kunjung datang padahal ini sudah hampir telat.

Di kejauhan bumi melihat rama yang sedang tergesa-gesa menuju ke gerbang, karena gerbang akan segera di tutup.

"Eh bumi gue nitip surat bulan ya" Rama yang hendak pergi kembali pun di hentikan oleh bumi.

B U L A NWhere stories live. Discover now