"Iya kan sama"

"Hah?"

"Sama-sama menggemaskan"

Ian lagi-lagi buang muka. Sudah merah semua mukanya.

Dikta ketawa. Mengusak kepala Ian dengan lembut. Bikin Mukanya Ian jadi makin memerah lagi.

"te-terus menang?" tanya Ian. Dia jadi gugup begitu karena Dikta masih saja menggusak rambut miliknya. Bahkan sekarang lagi rapihin rambutnya yang berantakan.

Gak tau itu kenapa Ian mau-mau saja diperlakukan begitu.

"Saya kalah di perempat final. Mikirin Ian terus jadi gak bisa konsentrasi" jawab Dikta seraya natap Ian lembut. Gak lupa juga buat senyum.

"Alasan aja!"

"Hahahaha"

•••


Obrolan mereka berdua terhenti ketika beberapa orang masuk bersamaan ke dalam markas.

Itu kawannya Dikta. Anggota berandalan SMK 61. Ada Cello, Kai, Baim, dan sisanya yang lain Ian belum kenal. Termasuk si ketua.

"Cie, Dikta udah gak sendirian lagi nih!" teriak Baim lantang.

Posisi mereka yang agak jauh dari yang lain ngebuat siapapun yang mau ngomong jadi harus sedikit teriak.

"Masih baru tuh, masih anget-angetnya kayak tai cicak" sahut Rizal.

"Jangan digodain terus, kasian nanti nangis" giliran Kai yang bicara.

Dikta senyum aja denger celotehan kawannya.

Lalu salah satu dari mereka mulai mendekat. Berjalan ke arah dimana Ian dan Dikta duduk.

Itu si ketua. Kris.

"Nih, titipan lo" ucap Kris seraya memberi sebuah kantong plastik putih berukuran sedang.

Isinya satu bungkus martabak sama dua susu kotak rasa stroberi.

Dikta ketawa. Habis itu langsung ngambil susu kotak, nusukin sedotan lalu dikasih ke Ian.

Ian dengan senang hati menerima. Minum susunya dengan semangat.

Tadi Dikta memang nitip cemilan ke Kris. Katanya buat si pacar.

Cuma Dikta memang yang berani begitu ke ketua berandalan paling ditakuti itu.

"Aduh! Bang Kris emang gak ada harga dirinya kalau udah sama Dikta" celetuk Cello yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari si korban.

"Lagi ngerayu dia, kalau gak gitu Dikta gak bakal mau jadi penggantinya" ucap Baim.

"Hahaha akhir kejayaan anak 61 ini. Gak ada yang mau jadi ketua lagi. Gue aja ah yang nyalonin kalau gitu" usul Kai.

"Kalau ketuanya kayak lo sih mending bubar aja" sahut Cello.

"Jangan salah dong sayang, gini-gini gue juga bisa diandelin"

tawuranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang