"Lagi keluar sama Mas Cello"

Dikta ngangguk. Lalu ngajak Ian buat duduk di bangku panjang yang ada di bagian belakang. Menghadap langsung ke luar karena temboknya sudah sengaja dihilangin.

Gudang mereka itu dua lantai. Jadi dari sini kelihatan jelas pemandangan malam yang bagus. Apalagi daerah Tlekung termasuk dataran tinggi. Jadi betah karena suasananya nyegerin mata.

"Kamu gak papa?" Dikta nanya ke Ian setelah mereka duduk.

Yang ditanya cuma diam saja.

Sejujurnya dia lagi takut. Takut kawannya bakal jadi sasaran pengeroyokan.

Dio itu memang jago kelahi. Tapi kalau dibandingkan sama dia masih jauh. Karena Dio gak punya dasar bela diri.

Apalagi kalau musuhnya itu anak negeri. Sudah maunya menang sendiri, ditambah mereka yang suka keroyokan. Jelas kalau Dio lawan mereka pasti Dionya kalah.

Ian yakin Dio sekarang pasti sudah dijadikan incaran mereka.

Ian gak mau kawan dia yang baik itu sampai terluka.

"Mereka gak bakal berani, kan Ian pacar saya" ucap Dikta yang sekarang lagi asik nyelimutin tubuh kecil Ian pakai jaket besar miliknya.

"Siapa yang takut!" sengit Ian.

Dikta ketawa. Lucu saja melihat ekspresi marahnya Ian.

"Makanya jangan takut, kan ada saya"

"Iya aja biar kamu senang"

"Harus senang, soalnya yang bilang pacar sendiri"

"Pacar-pacar terus tapi suka menghilang" sahut Ian cepat.

Sebenarnya dia juga kesal perihal Dikta yang tiba-tiba menghilang dan tiba-tiba muncul lagi. Seenaknya aja.

Pacar apa yang suka ninggalin tanpa kabar begitu.

"Maaf ya seminggu ini saya gak ke Ian"

Ian diam. Dia malas mau menanggapi.

"Saya ikut turnamen futsal di kota, nginep di asramanya seminggu. Jadi gak bisa ketemu Ian"

Ian mendegarkan saja.

"Saya baru pulang tadi sore dan langsung samperin Ian. Takut kangen"

"Siapa yang kangen" geurut Ian.

Dikta ketawa kecil. "Dikta yang kangen" ucapnya seraya lihat ke Ian.

Ian yang dilihatin begitu jadi buang muka. Tiba-tiba aja pipi tembamnya kerasa panas.

"Kenapa gak ngabarin kalau begitu" ucap Ian pelan.

"Maunya ngabarin Ian tiap hari, tapi takut jadi makin pengen ketemu"

"Enaknya Ian saya kantongin aja, biar ada terus sama saya"

"Dikira aku miniatur bisa dikantongin"

tawuranWhere stories live. Discover now