Chapter 5. Mendadak Kangen

110 9 2
                                    

Setelah mengantarkan Max ke kamar Sekar, Mateen menyiapkan proposal dan beberapa dokumen lain untuk melengkapi keperluannya menemui Perdana Menteri China. Brunei berniat mengakuisisi salah satu perusahaan tambang China dikarenakan Brunei memiliki banyak sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Tidak mau berhenti hanya menjadi supplier, Brunei yakin bisa menjadi produsen lanjut dari tambang tersebut. Ide ini dilontarkan oleh Mateen sendiri kepada ayahnya. Ayahnya setuju asalkan Mateen bisa mengelola dan menjalankan kerja sama yang baik. Kabar baiknya, China menyambut ide tersebut. Seharusnya minggu ini, Mateen dijadwalkan akan bertemu dengan PM china di beijing. Tetapi ternyata mendadak jadwalnya berubah menjadi besok. Meski demikian, Mateen tidak boleh menolak. Azhar sudah mengirim jadwal jet pribadinya dan menyiapkan tempat tinggal mateen di sana. Kebetulan terdapat sebuah mansion milik kerajaan Brunei di salah satu distrik di Beijing.

"How is your lovey dovey progress?" Tanya Azhar.

"What are you talking about?" Tanya Mateen balik.

"Shoot. My member witnessed, you went to so many places with that lady." Ujar Azhar. "And I believe, Paduka has no idea about it yet."

"Hey, he doesn't need to know it yet." Jawab mateen. "You know how much he wanted that engagement."

"I am glad you get my point." Ujar Azhar.

"Dude, I know what I am doing. Trust me." Ujar Mateen.

"Are you taking her as a serious deal?" Tanya Azhar.

"I am." Jawab Mateen. "I have no doubt about her."

"Well, good luck." Ujar Azhar.

"Thanks, man." Sahut Mateen. "I wanna ask you a favor, by the way."

"What?"

"Keep an eye for her. A car suspiciously followed us this evening."

"Seriously?"

"I admit how well you keep me safe all the time." Ujar Mateen. "But since I will take some days to leave, I hope you don't mind working a little extra."

"Do you think what I think?" Tanya Azhar.

"You can tell, comrade." Sahut Mateen. Saking lamanya bersahabat dengan Azhar, terkadang pemikirannya dan Mateen bisa nyambung tanpa mereka sadari.

Mateen meninggalkan apartemen pada saat dini hari, tepat setelah selesai berbicara dengan Azhar melalui sambungan telepon. Ia yakin bahwa saat ini Sekar masih belum bangun.

Azhar berkata bahwa ada anggotanya yang harusnya menjemput Mateen namun nampaknya dia berhalangan dan harus digantikan. Mateen tidak merasa itu jadi masalah besar.

Dia dijemput oleh Supir kepercayaan istana yang bertugas di Bali--Pakcik Hassan Mustofa--menuju hanggar pesawat. Sambil duduk di seat pesawat, pikiran Mateen beralih pada Sekar. Dia yakin gadis itu akan baik-baik saja. Dia cukup kuat dan berani. Private jet itu melaju mulus menuju Beijing.

***

Paginya, Sekar sedikit heran Mateen belum mengabari akan bawa Max jalan-jalan atau tidak. Dia mengetuk pintu kamar Mateen, tapi tidak ada jawaban. Sekar memutuskan untuk membawa Max jalan-jalan sendiri. 

Siang hari, sambil mengerjakan laporan penelitian, dia mengirim text kepada Mateen, menanyakan keberadaannya. Tapi text itu tidak juga dibalas. Sekar berusaha tidak overthinking. 

"Paling ke tempat temannya, atau ke pantai main selancar." Ujar Sekar pada dirinya sendiri. Tapi tak lama kemudian, dia turun ke bawah untuk menanyakan satpam, siapa tau ada informasi tentang Mateen.

Royal Authorities--An Untold StoryWhere stories live. Discover now