Chapter 2. Usaha Keras

157 9 1
                                    

Beberapa hari sesudahnya, Sekar tinggal di tempat lain mengumpulkan data penelitiannya sambil membantu mengajar seni lukis di sekolah rintisan untuk anak-anak penyintas autisme. Hasil karya anak-anak inilah yang juga kemaren dipajang di pameran dan workshop Sekar. Namun dalam waktu tersebut, ia tidak bertemu dengan Mateen selama beberapa hari.

Hal itu pula yang dipikirkan oleh Mateen, mungkin sudah sekitar dua hari, Mateen tidak bertemu dengan Sekar. Ia memutuskan untuk menanyakan staf workshop lukis tempo hari untuk mencari tahu.

Kebetulan ada seorang mas kemayu yang sedang menunggu di meja depan. Si mas kemayu hanya bilang kalau Sekar sudah tidak mengisi acara workshop lagi karena ada urusan di tempat lain. 

"But if you are interested, I don't mind teaching you painting." Mas Kemayu menawarkan diri sambil mengedipkan mata. Mateen mengernyit dan menolak dengan halus, untuk kemudian pamit dari situ. 

Mateen berjalan ke bibir pantai sambil menghubungi Azhar, sahabat sekaligus tangan kanannya di istana.

"Thank God, you are still alive." Azhar langsung menyapa dengan dingin.

"Dude, is that how you greet me properly?" Mateen tersenyum geli. Azhar masih kesal karena dia meninggalkan istana tanpa kabar.

"Did you even do something properly, Sir? Now tell me what do you want?"

Sambil tertawa Mateen pun menjawab "I want you to find an address. Here is the person." Mateen mengirimkan foto Sekar yang diambilnya secara diam-diam.

"Wow wow wow." Ujar Azhar. "Bro, are you for real?"

"Oh, shut up." Mateen menahan diri untuk tidak memaki Azhar.

"I'm afraid she will steal someone's heart," Ujar Azhar. Dari suaranya sepertinya dia sedang mengetik-ngetik, menelusuri data tentang Sekar. Ini pekerjaan yang tidak dapat dilakukan sembarang orang kecuali kau kerja sebagai tim intelijen. "Or had stolen, perhaps. I mean, look at this drop-dead gorgeous yet hot lady!"

"Cut it off, pervert." Mateen memberi peringatan sambil menahan emosi.

"I get it, dude." Balas Azhar, tertawa puas. "I sent you the address. And are you curious about her job?" 

"No, thanks. I already knew it." Ujar Mateen, segera sesudah mendapatkan alamat Sekar.

"Anytime. Oh, and one thing." Azhar menghentikan langkah Mateen yang sudah terburu-buru.

"What?" 

"I hope you don't use your power to manipulate her." Ujar Azhar. Mateen tersenyum.

"Thanks, dude. I appreciate that." Azhar benar. Ia saksi hidup ketika Mateen memanfaatkan kuasanya untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Tapi itu masa lalu, Mateen banyak belajar sejak itu.

***

Sekar kembali ke apartemennya pada suatu tengah malam dan ia bangun pagi sekali keesokan harinya. Ia menghirup udara segar di balkon sambil merentangkan tangan dan menarik napas dalam-dalam. Ketika menoleh ke samping, ia kaget setengah mati. Mateen juga sedang berdiri di balkon tepat di sebelah kamarnya tinggal sambil senyam-senyum. Sekar mengucek-ngucek mata memastikan apakah itu beneran Mateen. Mimpi apa ia semalam? Sekar pun bergegas menghampiri Mateen.

Sementara itu, Mateen senyum-senyum sendiri di balkon. Dia tidak menyangka bisa melihat Sekar yang mengenakan kaos belel dengan tulisan merk minyak goreng. Gadis itu terlihat lucu dan menggemaskan bagi Mateen. Dia mendengar bel pintunya berbunyi, lalu beranjak membukakan pintu.

"Since when have you been here?" Tanya Sekar, begitu Mateen membuka pintu.

"Yesterday." Jawab Mateen. "Come in. I will show you around." Ia melangkahi barang-barang yang masih bertebaran. "Sorry, it's kinda a mess."

Royal Authorities--An Untold StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang