Chapter 4. Max, The Goodest Boi

97 9 0
                                    

*Warning*
Mengandung adegan kekerasan. Author tidak pernah mendukung kekerasan dalam bentuk apapun dan tidak bermaksud memprovokasi siapapun.
I know you guys are wise 😉

Pagi itu cerah sekali. Sekar hendak pergi jogging ke taman sekitar apartemennya. Dia menekan tombol untuk menutup pintu lift tepat saat Mateen hendak ikut masuk. Pria itu hampir terpeleset karena terburu-buru saat mencoba menahan pintu lift agar tidak tertutup.

Sekar melempar tatapan setengah kaget kepada Mateen yang kemudian melangkah ke dalam lift dengan penuh percaya diri.

"Wah kamu nak pigi jogging juga? Kebetulan." Ujar Mateen ketika dia sudah di dalam lift.

Sekar sebenarnya males banget barengan sama cowok ini.

"Kenapa sih?" Tanya Sekar datar.

"Tak adalah. Saya pun nak pigi jogging." jawab Mateen dengan tenang.

Mereka berdua berjalan santai menuju taman kota. Keduanya asik bercakap-cakap.

"Baru-baru ini saya dah selesai baca buku Habibie Ainun." Ujar Mateen. Tumben dia mengobrol dengan topik semacam itu. "Bukunya bagus sekali."

"Mereka couple goals banget ga sih?" Sahut Sekar. Logat bicara gadis itu cenderung semakin informal saat bicara dengan Mateen dan tampaknya pria itu mulai membiasakan diri.

"Couple goals banget, sih." Mateen mencoba menyahut dengan logat informal, namun terdengar kaku dan menggelikan.

Sekar tidak bisa menahan tawanya.

"I am trying to speak informal in Bahasa Indonesia." Ujar Mateen dengan sedikit gemas karena ditertawai Sekar.

"Seriously? Wow, you are doing great, you know!" Sekar mencoba memberi Mateen semangat. Dia sedikit merasa bersalah karena sudah menertawai pria itu.

"Thank you." Kali ini senyum Mateen melebar. Mudah sekali membuat pria ini bahagia. Cukup kalimat sanjungan dari seseorang yang istimewa.

Percakapan itu dilanjutkan dengan Sekar yang mengajari Mateen cara berbicara informal dalam bahasa Indonesia. Minat pria itu akan bahasa informal tentu saja bukan tanpa alasan. Dia ingin lebih dekat dan akrab dengan Sekar dan yang lainnya.

Saat itu tiba-tiba terdengar suara seperti rintihan anjing dan umpatan-umpatan kasar tak jauh dari situ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Saat itu tiba-tiba terdengar suara seperti rintihan anjing dan umpatan-umpatan kasar tak jauh dari situ.

Sekar memburu ke arah suara tersebut. Mateen ikut menyusulnya sambil bertanya-tanya apa yang sedang terjadi.

Di suatu sudut halaman rumah kosong terlihat sekelompok pemuda-pemuda berandalan sedang memukuli seekor anjing putih yang sudah kepayahan. Mereka menggunakan sebuah tongkat dan terus saja menyiksa anak berbulu yang malang itu.

"Heh! Berhenti kalian!" Ujar Sekar dengan emosi.

Gerombolan pemuda itu menatap ke arah Sekar dan Mateen yang baru saja sampai di tempat itu. Ada sekitar 6 orang di sana.

Royal Authorities--An Untold StoryWhere stories live. Discover now