'Dino udah pulang?'

Langkah gue terhenti, lalu jari gue bergerak cepat untuk membalas pesannya itu.

'Otw teh, kenapa emangnya?'

'Teteh di rumah Dino, tadi diajak ibu.'

Disitu gue kayak ... DEG!

Entah alasannya apa, tapi tiba-tiba aja muka gue panas sendiri saat membacanya. Gue hanya mengirimkan sebuah stiker kepadanya, lalu menyimpan ponsel kedalam saku jaket dan bergegas pergi dari sana. Bisa dibilang gue nggak begitu dekat sama dia, cuma karena pertemuan pertama yang nyimpan banyak kesan, gue jadi punya perasaan aneh tersendiri yang berhasil bikin jantung gue deg-degan.

Nggak, gue bukan orang yang mudah buat suka. Malah bisa dibilang, gue termasuk kedalam jajaran orang yang harus tahu dulu segalanya baru memikirkan perasaan. Ribet pokoknya, makanya dari dulu sampai sekarang, nggak ada satu pun cewek yang berhasil jadi pacar gue.

Blok rumah gue itu paling sepi karena letaknya di belakang perumahan banget. Makanya ketika ada kendaraan yang parkir di depan pagar, dengan mudah orang-orang bisa tahu bahwa didalam rumah itu sedang ada keramaian. Garasi rumah sempit, cuma masuk satu mobil dan dua motor aja makanya kalau ada tamu, mereka harus parkir di halaman depan atau jalanan.

Dari luar gue mencium wangi masakan yang cukup harum. Ketika masuk, gue langsung disambut oleh bapak yang tengah sibuk dengan hobi barunya; bikin kerupuk. Bapak emang agak unik orangnya, senang bereksperimen dan di percobaan kesekian dalam pergabutannya, dia berhasil menciptakan kerupuk kentang warna-warni yang dibentuk seperti bunga kenikir.

"Basah keneh, euy." Dia ngomong sendiri, atau mungkin pada kerupuk mentahan setengah jadi yang belum kering walau udah dijemur dibawah sinar matahari.

"Mau bisnis emang pak?" Tanya gue yang sedang melepas sepatu.

"Iya, bikin brand kerupuk sendiri."

"Namanya?"

"Kerufuck."

Kalau lo nebak dia nyebut kerufak atau kerufuk, maka lo salah karena bokap gue menyebutnya sebagai kerupucek.

Gue mendengus, biarin aja bapak gue berimajinasi sendiri dengan hobi barunya itu. Setelah mengucap salam, gue masuk ke dalam. Ruang tamu rumah yang nggak terlalu besar ini langsung menghadap pada dapur karena desainnya yang minimalis sehingga sontak pandangan dua perempuan di dalam sana teralih seluruhnya.

"Pulang juga, udah ditungguin dari tadi." Ibu yang bilang. Tangannya pakai sarung tangan plastik, terus ditengadahkan seperti dokter bedah yang mau masuk kamar operasi.

"Ibu sama bapak mau ke gudang distributor buat ambil jatah, kamu makan ya, sama Therena." Katanya. Emang setiap dua minggu sekali, dia selalu dateng ke gudang distributor yang masok barang-barang buat dia jual gitu. Bahasa kerennya dia udah jadi member, dan ada jatah yang harus diambil buat bakal jualannya di grosir-grosir nanti.

"Dino berdua sama Teh Rena?"

"Dino berdua sama Teh Rena?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TIGA BELAS JIWAWhere stories live. Discover now