additional - 2

3K 329 28
                                    

12.Sept.2020

.

.

.

.

First cut is the deepest.

Agaknya pepatah lama itu benar. Torehan luka dari cinta pertama teramat sakit. Bahkan pergi menjauh dari penyebab rasa sakit pun tak seberapa membantu.

Lang-er mengusap hidung mancungnya yang telah tepasang Septum Piercing. 'Kau jadi lebih mirip sapi daripada serigala.' Itu komentar Jin Ling saat melihat hasil tindiknya. Tak acuh, Lang-er melempari kakak sepupunya itu dengan jari tengah.

"Kau yakin mau sekaligus menerima 2 gambar?" Si tatoist bertanya sambil mengamati ulang sketsa yang dipinta oleh Lang-er beberapa waktu yang lalu.

"Oui." Lang-er mulai melepas kancing kemeja dan melemparnya ke kursi kosong distudio itu. "Kau sudah menerima pernyataan sehat dari Physician. Dua gambar sekaligus tidak akan menjadi masalah." Ucapnya sembari duduk di meja penanganan.

Si tatoist mengangguki dan mulai bekerja. Glove karet juga jarum steril dan tinta yang akan dia gunakan. "Kau akan butuh beberapa kali kunjungan sampai gambar ini selesai."

"Je connais." Jawab Lang-er. "simplement fais-le."

Si tatoist menggeleng tak paham. Anak muda memang terkadang keras kepala dan terlalu gegabah dalam mengambil keputusan. Pelanggannya ini termasuk salah satu diantara mereka. Seorang student dari beda benua dengan umur yang masih muda. Sebagai orang dewasa, Si tatoist agak menyayangkan keputusan Lang-er, tapi sebagai seorang warga negara dan seniman, dia tak mau menolak pelanggan.

Negara ini mempunyai aturan umur 18 tahun keatas sebagai orang dewasa yang melegalkan konsumsi alkohol maupun ganja. Kanada bahkan memperbolehkan sexual activities diusia 16 tahun pada warganya. Under consent alias tanpa paksaan.

Si tatoist tidak begitu peduli siapa pelanggannya selama mereka membayar penuh atas hasil karyanya. Dia juga mengenal Lang-er sejak dia pertama kali jadi student di Ontario Tech. Univ.

Saat itu Lang-er berdiri didepan studio miliknya. Si tatoist melihat wajah penuh amarah dan putus asa seorang remaja asing berwajah khas Asia timur. Lang-er beberapa kali berkunjung ke studionya diantara hari libur dari universitas. Dia juga mengungkapkan keinginan untuk melukiskan gambar abadi dikulitnya.

"Aku akan kembali saat usiaku sudah legal." Si tatoist ingat betul kalimat itu. Kalimat yang Lang-er ucapkan seperti sumpah 3 tahun yang lalu.

"Are you ready?" Si tatoist dengan pistol jarum berisi tinta bertanya pada Lang-er.

Anggukan kepalanya mantap. Saat jarum mulai menusuk-nusuk menembus kulit didada kirinya, mata Lang-er terpejam, sudut bibirnya sedikit terangkat. Sakit. Rasa ini akan bisa memupus luka pertama yang ditinggalkannya di Beijing. Wang Xiaolang akan berhenti menjadi seorang pengecut dan berdamai dengan keadaan. Dan mungkin, rasa sakit ini yang pantas didapatkannya.

.

.

.

.

.

"Aahh!" Rasa perih menjalar dari jemari telunjuknya yang terpotong pisau buah. Apel yang dikupasnya tadi jatuh ke lantai, daging buah itupun memerah dari tetesan darahnya.

Yibo dengan terburu mendekati Xiao Zhan. "Ckkk kau melamun atau bagaimana?" Gerutunya, lalu bergegas menuju dapur mencari kotak medis. Dengan setengah berlari Yibo kembali menghampiri istrinya.

Xiao Zhan menunggu Yibo sambil duduk di sofa ruang tamu. Dia tak tau sepasang mata kecil memperhatikan dari sudut ruangan. Yibo segera membersihkan dan mengobati luka itu.

"Mwamaa ouchii?" Suara dari si bungsu Wang mengagetkan mereka. Kaki kecil Hu Er melangkah mendekati Mamanya. Dia melihat darah kering disepanjang jari Xiao Zhan. Obsidian kembar turunan dari Yibo mulai basah dengan air mata. "Ouchii?" Ulangnya lagi.

"Oh. xiao Hu baobei. Kemarilah. Mama tidak sakit. Lihat?" Seru Xiao Zhan yang meraih Hu Er dalam pelukan serta memperlihatkan jari yang terluka sudah dibebat oleh Yibo dengan plester.

Hu Er mengamati jemari sang Mama, lalu dia mengambil sesuatu dari kantong celana dan memberikannya pada Xiao Zhan.

"Untuk Mama?" Itu adalah plester dengan gambar kartun harimau kecil.

Hu Er mengangguk dan mulai membuka plastiknya dan memakaikan plester itu pada jari Xiao Zhan, meski tidak tepat pada lukanya. Setelah beberapa lembar plester tertempel berantakan, jari telunjuk Xiao Zhan hampir sebesar ibu jari. Yibo tertawa melihatnya.

"Xiexie Laohu. Kau memang yang terbaik." Ucap Xiao Zhan mendaratkan ciuman dipipi montok putra bungsunya.

"Ah. Aku cemburu. Bukankah aku juga mengobati jarimu?" Sunggut Yibo.

Xiao Zhan terkekeh, satu ciuman juga mendarat dipipi Yibo. "Xiexie Laogong. Kau juga yang terbaik."

"Gwege?" Tiba-tiba Hu Er berseru seakan tak ingin sang kakak lupa disebut.

Pertanyaan balita yang belum genap berumur 2 tahun itu agak mengejutkan untuk Yibo dan Xiao Zhan. "Tentu saja. Gegemu juga yang terbaik." Yibo mengacungkan 2 jempolnya.

"Ungg! Gwege bwaiikk!" Hu Er meng-copy kecuali dia menyerukan kesepuluh jemari cubbynya.

Tentu saja. Wang Xiaolang adalah yang terbaik dimata Hu Er. Harimau kecil itu akan menghapus semua rasa sakit. Di jemari sang Mama maupun dihati Lang-er.

Dia masih punya banyak stok plester. Cukup untuk membalut luka Wang Xiaolang.

~

additional adalah tambahan yang timeline-nya ada direntang waktu dalam AFTERMATH. katakanlah kejadian itu ada sesaat setelah Wang Laohu lahir & Wang Xiaolang masih studi di Kanada.

do i make anysense? Jelas ga? Bingung ya? Sama 😅

~

Je connais : aku tau
simplement fais-le : lakukan saja
Oui : iya

He has his first tatoo at eighteenth and got his piercings at sixteenth.
Kanada memiliki 2 bahasa; Inggris & Perancis. Katakanlah baby wolf-ku multilangual ya 😂

This Is Us [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang