🎋2. Keluarga Baru

963 78 15
                                    

🌟🌟🌟

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

🌟🌟🌟

06.00, Moskow, Rusia.

Bak-buk! Bak-buk!

Aku terus saja bermain dengan benda mati yang tak lain adalah samsak. Benda mati yang bisa menghilangkan kecemasanku. Tak henti-hentinya tanganku meninju samsak, yang mungkin telah lelah kujadikan pelampiasan. Keringat bahkan tidak juga berhenti untuk terus mengalir di pelipisku. Bisa kurasakan hawa tubuhku yang memanas.

Aku mendengar pintu berderit. Bisaku dengar langkah kaki seorang wanita yang sudah berumur kepala tiga mendekat padaku dan kutebak dia sedang memegang nampan berisi susu dan sandwich.

"Han, dijeda dulu latihannya. Nih, bunda bawain sarapan buat kamu."

Aku menoleh mendengar perkataan bunda. Dia meletakkan nampan di atas meja. Menggeleng pelan saat melihat tubuhku yang bermandikan keringat.

"Astagfirullah, Han. Baju kamu basah, udah ya latihannya. Makan dulu," ujarnya segera mengajakku untuk duduk.

Aku tertawa pelan mendengar segala perkataan bunda Sella yang selalu saja sama setiap harinya.

Aku, Aqqela Tihani Azzaka kini telah mendapatkan keluarga yang baru. Setelah dibuang oleh keluargaku sendiri. Jika dulu, aku bahkan tidak mempunyai pakaian yang layak. Maka, saat ini aku telah mendapatkan segalanya.

Tak ada lagi mama yang selalu menyiksaku, sekarang hanya ada bunda Sella yang selalu menyayangi dan mengkhawatirkan diriku. Itu sudah lebih cukup untukku, aku tidak pernah berniat meminta yang lebih dari ini pada sang pencipta.

"Han, kenapa malah melamun? Ayo duduk, pasti laper 'kan."

Aku mengangguk, mengiyakan perkataan bunda. Secepatnya melepaskan sarung tinju dan ikut duduk bersama bunda Sella.

"Ouh iyua Buanda, udha suarapan?" tanyaku yang sedang mengunyah sandwich.

"Telan dulu baru ngomong, Han," ujar bunda Sella sambil membersihkan sisa sandwich di pinggir bibirku.

Aku hanya bisa cengar-cengir di hadapan bunda. Tak lupa untuk mengacungkan dua jari sebagai tanda damai. "Peace, Bunda."

Bunda Sella menggeleng heran melihat kebiasaanku yang berbicara saat mengunyah makanan. "Bunda sama Daddy udah sarapan tadi, sebelum bawain kamu makanan," ujarnya menjawab pertanyaanku.

"Maaf Bunda, Hani nggak sempat bergabung untuk sarapan bersama kalian. Soalnya Bunda 'kan tau sendiri, pertandingan akan berlangsung 5 hari lagi. Jadi, aku harus lebih sering latihan," sesalku pada bunda Sella.

Selain karena ingin mencari pelampiasan, aku juga melakukan semua ini karena menyukai judo. Banyak pertandingan judo yang telah kumenangkan, tentunya menghasilkan pundi-pundi uang untukku.

AQQELA [Completed]Where stories live. Discover now