Eight

1.5K 92 7
                                    

Author Pov.

Lily menikmati dari balik jendela kaca besar sapuan gelombang air laut ke pesisir pantai, menerawang jauh untuk sebuah kebebasan sebelum pintu terdengar di ketuk dua kali. Lily melirik sekilas kemudian acuh tak acuh kembali menatap keluar jendela, senja hari menyapa, Lily tahu dari warna langit yang berubah jingga. Setelah sarapan yang berujung makan siang tadi Lily langsung di arahkan kembali ke kamar. Lily menyadari tatapan seseorang kepadanya, ia melirik dan mendengus.

"Aku tidak lapar." Ketus Lily.

Delean yang berada di ambang pintu hanya mengusang senyum.

"Jika aku lapar aku akan mencarimu." Lily kembali menatap keluar jendela.

"Mandilah setelah itu kau akan di siapkan." Ucap Delean. Ia tidak bisa melangkah masuk karena memang tidak pernah ada yang memasuki kamar Rafe terkecuali Lily, pelayan pembersih kamar dan tentu saja Rafe sendiri.

"Apa maksudmu?" Pandangan Lily beralih dan waspada.

"Di siapkan untuk apa?" Tambah Lily.

Delean memasukan kedua tanganya kedalam ke dua sisi kantong celananya. Sikap santai Delean membuat Lily semakin waspada.

"Malam ini akan ada pesta kepulangan Boss, kau harus hadir."

"Jangan harap!" Sahut Lily belum sampai ucapan Delean di cernanya dengan baik.

Tatapan Delean berubah misterius.

"Kau yakin? Apa kau ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Ayahmu jika kau tidak mematuhi keinginan Boss?" Delean yakin ia pasti berhasil membujuk Lily malam ini. Sebelum menemui Lily, Delean berpikir banyak cara untuk membujuk Lily hingga ia menemukan cara paling cemerlang dan ia yakini pasti berhasil, kalau tidak, kenapa wajah Lily berubah pias? Sudah pasti melibatkan Cade akan berhasil.

"Kau....jangan apa-apakan Ayahku!" Kecam Lily, kedua tanganya terkepal bersisian.

Delean tersenyum menang.

"Kalau begitu mandilah, aku akan menunggu diluar, ketuk pintumu jika kau sudah selesai."

"Tapi aku tidak mau pergi kemana pun!"

Delean menghela nafas, bayangan misi menggiurkan itu terus terlintas dalam benak Delean dan satu-satunya cara mendapatkanya adalah dengan membujuk Lily hadir dalam pesta Rafe malam ini.

"Kau ingin aku yang memaksa atau Boss? Bayangkan saja jika Rafe yang memaksamu." Dengan sengaja Delean mengerling nakal, dengan sengaja pula ia melirik ranjang besar Rafe. Lily mengikuti arah lirikan Delean dan mau tidak mau bulu kuduknya meremang takut akan sesuatu yang tidak bisa ia bayangkan. Benak Lily di penuhi spekulasi-spekulasi mengerikan jika Rafe yang turun tangan.

"Bagaimana Miss. Janner?" Kedua alis Delean naik turun, Lily akui Delean jauh lebih baik dari pada Rafe.

"Kalian berdua sama saja!" Dengan perasaan kesal Lily melangkah masuk ke dalam kamar mandi meninggalkan Delean yang menyambut dirinya dengan gelak tawa.

"Aku menunggu di luar!" Seru Delean.

Lily tidak perlu bermanis-manis, ia membanting pintu kamar mandi dan semakin membuat Delean tergelak.

Delean menatap pintu kamar mandi, Lily pasti sangat kesal tapi ia tidak peduli, yang ia pedulikan adalah keberhasilannya. Tapi melihat sikap Lily, Delean yakin gadis itu adalah sumber kehancuran Rafe jika Rafe tidak hati-hati dalam memperlakukam Lily.

*******************************

Sebelah alis Rafe terangkat ketika melihat Delean berdiri menyandarkan punggungnya di pintu kamarnya yang juga kamar Lily.

"Apa yang kau lakukan?" Ucap Rafe. Delean menatap Rafe.

"Menunggu bidadarimu."

Bidadari. Ah sebutan itu sangat tepat untuk Lily.

Tukikan alis Rafe menyatakan ketidak senangan.

"Dia menolak?"

"Tidak, saat ini Lily sedang mandi kemudian akan ku bawa ia ke ruang lain karena aku tahu kau tidak senang kamarmu menjadi tempat lain selain tempat tidur."

Ada sediki kelegaan. Rafe mengangguk.

"Ingat, misi itu tidak akan ku berikan padamu jika Lily tidak hadir malam ini." Rafe memperingatkan Delean kembali.

Sedangkan Delean tersenyum, ia yakin akan berhasil! Saat ini sudah setengah jalan, Lily dan dirinya sudah mencapai kesepakatan.

"Sepenuhnya misi itu milikku jika aku berhasil, setuju?"

Rafe tidak mengangguk, ia hanya menyeringai sebagai persetujuan darinya. Toh misi itu memang untuk Delean dan ia yakin akan berhasil jika Delean yang memegangnya.

Beberapa detik kemudian pintu terbuka menampilkan keadaan Lily yang mengenakan jubah mandi milik Rafe dan handuk yang memilit di kepalanya. Tatapan gadis itu kesal terarah kepada Delean tapi begitu menyadari beradaan Rafe, tatapan Lily berubah marah. Sebelah alis Rafe naik menilai penampilan Lily yang mengenakan jubah mandinya, Rafe menyeringai seraya beranjak pergi, ia juga menyempatkan diri menepuk pundak Delean, memberikan peringatan lewat tepukan yang langsung di mengerti oleh Delean.

"Tenang saja Boss!" Seru Delean sambil menoleh menatap arah kepergian Rafe. Rafe pasti menuju ruang kerjanya.

Delean beralih menatap Lily, tersenyum karena arah tatapan Lily bukan kepadanya.

"Ayo Lily!" Ucap Delean seraya menepuk tanganya untuk mengalihkan perhatian Lily.

"Waktu kita tidak banyak, kau harus segera siap." Tambah Delean. Lily mendengus.

"Terserah!" Sahut Lily seraya berlalu dari hadapan Delean, langkahnya terhenti, berbalik menatap kesal.

"Kemana?!"

Delean terkekeh.

"Lewat sini Tuan Putri." Ucap Delean lengkap dengan gaya eleganya memperlakukan Lily bak seorang Putri.

Delean dan Lily melangkah beriringan, malam ini akan mengukir sejarah baru.

*****************************

UP!!!!

JANGAN LUPA VOMENT😉😉😉

Dikit ya? Wkwkw udah terima ajahhh pasti ada nextnya kok wkwk

See u 😙😘😚

BE YOURSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang