"Anjir! Gue bakal cepet berkoordinasi dengan satuan gue Rak. Sudah nggak bisa ditoleransi ini." Sahut Dewa langsung setelah ia mendengar cerita Raksa itu. Sebagai seorang suami sekaligus ayah dari satu anak, tentu Dewa sangat marah ketika ada orang yang mengusik dan membuat celaka orang yang disayang. Ia benar-benar merasakan seperti apa yang dirasakan oleh Raksa. Rasa marah dan tak terima pasti sangat mendominasi hati dan pikiran saat ini.

"Btw, selamat bro, gue turut seneng istri lo hamil."
Raksa mengangguk, "makasih Wa."

Dewa tersenyum, "saran gue sekarang lo bisa jaga istri lo lebih ketat lagi. Kita nggak tahu apakah mereka masih ambisi memburu istri lo atau tidak."

Raksa mengangguk, "iya Wa, gue bakal lebih jaga istri gue. Gue nggak mau kecolongan lagi. Cukup kejadian ini sampai sini, gue nggak mau menanggung resiko lebih banyak lagi ke depannya. Keselamatan istri dan anak gue yang utama."

Dewa tertawa kecil, "kayaknya sudah siap jadi bapak nih."

Raksa ikut terkekeh di tempatnya. "Sebenarnya kami nggak tahu kalau ternyata istri gue hamil. Dia kemarin memang sibuk-sibuknya sehingga sampai lupa hal-hal semacam itu. Antara bersyukur sama kaget soalnya gue sama istri belum membicarakan masalah anak lebih lanjut. Namun ternyata Tuhan kasih kita rezeki itu lebih cepat. Gue sangat bersyukur, artinya gue harus siap dan bertanggung jawab sepenuhnya atas amanah yang diberikan." Jelasnya yang membuat Dewa menepuk pelan bahu Raksa.

"Kadang apa yang kita nggak minta, tapi bagi Tuhan itu yang terbaik jadinya langsung dikasih." Ujar Dewa menambahkan.

Sudah hampir 1 jam mereka membahas hal ini di ruangan Dewa. Sengaja Raksa meminta izin satu hari ke Danyon karena sang istri sakit. Beruntung para Komandannya itu memberikan Raksa kelonggaran dan mendo'akan kesembuhan untuk Gayatri. Sebenarnya juga Gayatri meminta sang suami untuk tidak izin saja, namun nampaknya suaminya itu memang keras kepala, alhasil tetap kekeh izin dan menjaga dirinya.

Setelah berbincang sejenak, Raksa pamit pada Dewa untuk kembali ke asrama. Raksa masih tak tenang dengan sang istri yang ia tinggal sendirian di asrama. Ketika hendak pergi tadi, Gayatri mengaku mengantuk dan kemungkinan tidur ketika ia tinggal sebentar tadi.

Ketika berjalan di lobi, tiba-tiba ia bertemu dengan sang mama. Langsung saja Kencana menahan Raksa dan mengajaknya untuk berbicara sejenak. Ia hanya tahu jika Gayatri sakit. Namun hari ini ia justru bertemu Raksa di Mabes Polri. Jarang sekali putranya itu menginjakkan kakinya di sana.

"Sebenarnya ada apa le?" tanya Kencana pada Raksa. Kini mereka berada di ruangan Kencana. Raksa yang hendak kembali akhirnya mengurungkan niatnya.

"Aya sakit, Mah. Kemarin ditabrak sama orang nggak dikenal. Kemungkinan Aya sedang jadi tujuan kejahatan."

"Selain itu, Aya sempat mengalami pendarahan kecil kemarin. Kami nggak tahu kalau ternyata Aya sedang mengandung." Lanjut Raksa yang langsung membuat Kencana mengucap kalimat istighfar berkali-kali.

"Sekarang mantu mama gimana?" tanya Kencana yang tentunya sangat khawatir. Apalagi mendengar kata pendarahan membuat Kencana teringat dulu dimana ia juga pernah merasakan hal itu. Rasanya dunia berhenti ketika kehilangan darah daging yang ia nanti-nantikan kehadirannya.

"Alhamdulillah sudah mendingan Mah. Masih agak syok dan kaget dengan kejadian kemarin. Kata dokter harus bed rest dulu. Walaupun kandungannya baik-baik saja, tetapi kemungkinan bisa saja terulang kembali kalau nggak dijaga dengan baik."

Kencana menghela nafasnya panjang. Pasti menantunya itu butuh dukungan dan pendampingan. Walaupun punya mental kuat, tak menutup kemungkinan pula bisa menjadi beban tersendiri jika sudah merambah ke teror.

DersikOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz