Gayatri segera melaksanakan shalat maghrib dengan duduk. Ia tak kuat berdiri lama-lama. Selesai shalat, tiba-tiba ia merasakan sakit di bagian perut bawahnya, tetapi ia bisa menahan hal itu.

Lalu Raksa dan Gayatri kembali ke poli Obygn. Namun sebelum itu, Gayatri ke belakang terlebih dahulu. Ketika ia menyelesaikan permasalahannya itu, ia melihat darah di celana dalamnya. Gayatri lupa bahwa ia sudah telat haid. Seharusnya minggu pertama bulan ini ia sudah haid, tetapi sampai akhir bulan tak kunjung haid juga. Pikirannya berusaha positif, mungkin saja dirinya telat haid dan hari ini ia baru mulai haid pertama.

Kini giliran Gayatri masuk ke dalam poli Obygn. Raksa masih setia mendampinginya. Bahkan laki-laki itu belum berganti pakaian dinasnya.

Mereka lalu dipersilahkan duduk oleh dokter perempuan yang berusia 50 tahunan. Dokter itu tersenyum ramah dan mempersilahkan Gayatri untuk duduk dan menceritakan apa yang dikeluhkan. Gayatri menceritakan tentang dia yang dirujuk oleh dokter umum ke poli Obygn ini.

"Kapan terakhir ibu haid hari pertama?" tanya dokter perempuan itu kemudian. Lantas Gayatri menjawab di awal bulan lalu. Dokter itu mengangguk. Lalu dokter tersebut kembali bertanya hal-hal lain yang dijawab dengan baik oleh Gayatri.

Dokter perempuan itu tersenyum dan mempersilahkan Gayatri untuk berbaring dan menjalani pemeriksaan. Dirinya masih bingung mengapa harus di Obygn padahal dirinya merasa tak hamil dan tak menemukan gejala layaknya orang hamil. Selain itu, dirinya juga mengeluarkan darah tadi.

"Lihat bapak ibu, titik kecil itu adalah janin kalian." Gayatri langsung syok begitupun Raksa.

"Janin dok?" tanya Raksa. Dokter perempuan itu mengangguk. "Iya Pak, istri anda sedang mengandung."

Gayatri bingung harus apa. Tadi ia merasa jika haid tapi sekarang justru dokter memberikan diagnosa bahwa ia hamil.

"Tapi dok, saya mengeluarkan darah tadi." Ucap Gayatri yang membuat dokter perempuan itu kaget.

"Darah? Sebentar." Lalu dokter itu melakukan pemeriksaan lebih lanjut pada kandungan Gayatri. Gayatri bahkan diajak untuk masuk ke dalam suatu ruangan untuk memastikan sesuatu. Tak lama kemudian mereka kembali dan Gayatri dipersilahkan duduk terlebih dahulu.

Dokter perempuan itu menghela nafasnya, "maaf ibu, anda mengalami pendarahan ringan. Benturan akibat ibu terjatuh tadi membuat guncangan sedikit di kandungan ibu sehingga mengakibatkan pendarahan."

"Pendarahan? Lalu anak saya bagaimana dok?" tanya Gayatri yang sudah mulai panik. Rasanya sesak dan bertambah sakit mendengar berita ini. Ia sedih ketika dirinya sendiri tak sadar kalau ia hamil dan melalaikan hal ini. Sungguh Gayatri merasa gagal semisal terjadi apa-apa dengan janinnya itu. Sementara itu Raksa hanya bisa terdiam dengan wajah tanpa ekspresinya.

"Tenang ibu, alhamdulillah janin ibu masih kuat. Pendarahan ini masih bisa diatasi dengan beberapa obat dan istirahat yang cukup." Lalu dokter itu menjelaskan dengan baik supaya tak terjadi kesalahpahaman. Dokter itu juga menganjurkan Gayatri bed rest selama seminggu untuk memulihkan tenaga dan keadaan janinnya. Walaupun tak berdampak banyak, namun hal ini sangat berisiko tentunya.

"Anak saya usianya berapa dok?" tanya Raksa kemudian. Setelah lama bungkam akhirnya ia buka suara.

"Berdasarkan kalender haid istri anda, usia janin yang di kandung ibu sudah memasuki 5 minggu. Dijaga baik ya pak. Kasus ibu yang tidak sadar jika  mengandung ini sudah banyak terjadi dan beragam jenis latar belakangnya. Sekali lagi saya ucapkan selamat. Anda bisa menghubungi saya jika terjadi sesuatu dengan ibu. Semoga saja obat dan vitamin yang saya tulis bisa mengembalikan kekuatan kandungan dan membuat ibu tercukupi asupan gizinya."

DersikWhere stories live. Discover now